SADAR RA!!

979 52 6
                                    

Ara termenung di meja belajarnya, matanya tak henti-henti menatap layar ponsel. Ketika layar ponsel redup, jari Ara dengan cepat menyentuhnya agar tetap menyala. Sudah dua hari Vano tidak memberinya kabar, telpon dan sms pun tidak pernah Vano jawab. Ara bingung dengan perubahan Vano secara cepat. Ara merasa tidak berbuat kesalahan apapun sehingga membuat Vano marah. Ara berniat ke rumah Vano, tapi hatinya mencegah. Ara takut mengganggu kerjaan Vano. Selama dua hari ini, Ara hanya uring-uringan di kamar. Ara menidurkan kepalanya di samping ponsel, terdengar suara notif pesan. Secepat kilat Ara membukanya.

"Yaaa, olshop." Ara kembali menidurkan kepalanya. "Vano kemana, sih?" pikir Ara.

Tiba-tiba, suara pintu terbuka. Terlihat Arya berjalan ke arah Ara, langkahnya lemah, wajahnya sendu. Arya berpikir, ini adalah waktu yang tepat untuk menceritakan kenyataan pahit ini kepada Ara. Walaupun, Ara akan merasakan sakit. Tapi, paling tidak semua berakhir dan tidak ada lagi hubungan palsu yang akan membuat Ara merasakan lebih sakit lagi.

"Kenapa?" ucap Ara lemah.

"Lo lagi ngapain, sih?" Arhmya duduk di tepi kasur.

"Nungguin kabar Vano."

Arya menghela nafas panjang.

"Gak usah ditungguin," cetus Arya.

Ara menoleh. "Kenapa?" ucap Ara heran, "Dia pacar gue."

"Kalo emang dia pacar lo, kenapa dia gak ngabarin lo?" tanya Arya menantang.

Ara emosi. "Lo kenapa, sih? Datang-datang buat orang emosi aja." Suara Ara mulai meninggi.

"Lupain Vano!"

Ara bangkit dari duduknya. "Maksud lo apa sih, Ar? Dia pacar gue dan gue cinta sama dia!" pekik Ara.

"TAPI DIA GAK CINTA SAMA LO!" Arya bangkit dari duduknya. "Dia mencintai orang lain dan orang itu bukan lo, Ra!" Ara mulai membendung air matanya.

Ara memalingkan tubuhnya. "Lo itu ngomong apa sih, Ar?" lirih Ara.

"Ra, kalo emang Vano cinta sama lo, dia gak mungkin tanpa kabar kayak gini." Arya membalikan tubuh Ara.

"Dia cuma lagi sibuk sama pekerjaannya," ucap Ara santai.

Arya makin emosi. "Ra! Lo itu harus sadar bahwa Vano gak cinta sama lo dan dia itu udah punya pacar, Ra!"

"VANO ITU MILIK GUE DAN SELAMANYA AKAN JADI MILIK GUE, AR!" Air mata Ara mengalir deras.

"Lo harus lupain Vano!" paksa Arya. "Hubungan ini gak bener, Ra, semua ini hanya akan buat lo tambah sakit." Arya memeluk Ara.

Ara mendorong kasar dada Arya. "Gak, Ar, gue gak akan ngelepasin Vano. Gue cinta sama dia dan gue mau hidup sama dia." Ara menangis sejadi-jadinya.

"Tapi, Vano gak cinta sama lo dan dia gak mau hidup sama lo. Kenapa lo maksa kayak gini si, Ra!" Mata Arya melotot, bibirnya bergetar.

Ara menghempaskan tubuhnya. "Vano cinta sama gue dan gue cinta sama Vano," ucap Ara melemah.

"Ra, dia gak cinta sama lo. Lo harus lupain dia." Arya kembali memdekap Ara.

"Gak, Ar, coba kalo lo yang gue suruh lupain Vinny dan jauhin Vinny. Apa lo mau?" Suara Ara kembali meninggi.

"Keadaannya beda, Ra, gue dan Vinny saling mencintai. Sedangkan lo, hanya lo yang cinta sama Vano."

Ara menatap tajam kedua bola mata Arya.Hatinya begitu sakit mendengar ucapan Arya. Ara tidak percaya bahwa saudaranya akan mengucapkan kata-kata yang sangat menyakitkan itu. Air mata yang keluar dari mata Ara semakin deras, dadanya terasa sangat sakit. Ara masih tidak percaya kalau Vano tidak mencintainya. Ara berpikir, bahwa ini adalah rencana dari Vinny dan Arya untuk memisahkan dirinya dan Vano.

PROTECTIVE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang