Pengorbanan Vano

955 46 5
                                    

Demi Qilah
Aku rela melepaskan cintaku

Kringgg.......

Suara dering ponsel Vano berbunyi, terlihat nama yang cukup jelas untuk dibaca tertera pada layar ponselnya. "ARA", sebuah nama yang tak asing lagi bagi Vano. Setelah pertemuan itu, Vano dan Ara semakin dekat dan akrab. Keduanya kerap bertemu atau bertegur sapa lewat jejaring sosial, Vano senang melihat Ara yang sedikit demi sedikit mulai sembuh dari trauma psikis akibat peristiwa itu.
Tetapi, sayangnya Ara tidak mengetahui bahwa Vano adalah kakak Vinny, cewek lumpuh yang selama ini Ara benci. Entah apa yang akan terjadi nanti jika Ara mengetahui Vano dan Vinny bersaudara.

"Siapa, kak?" tanya Vinny.

"Ara," sahut Vano. Vinny membulatkan bibirnya, Vano mengangkat telpon itu dengan santai.

"Halo?"

"Hai, kak Van. Hari ini kita jalan, yuk?"

"Hem... ya udah gue jemput bentar lagi."

"Oke, bye."

Vano menutup teleponnya, wajahnya terlihat lesu dan tak bersemangat. Wajar saja, Vano tak menyukai bila harus berlama-lama dengan Ara. Vano mempunyai kehidupan cinta sendiri, Vano selalu menunda pertemuannya bersama sang kekasih demi menemani Ara berkeliling kota Bandung.
Vinny menatap wajah Vano, hatinya merasakan apa yang dirasakan kakaknya saat ini. Ingin sekali Vinny memberitahukan kepada Arya bahwa Ara saat ini dekat dengan Vano. Tetapi, Vinny takut bila semua terbongkar dan Ara tahu bahwa Vano adalah kakaknya akan membuat kondisi Ara kembali buruk.

"Ara, ngajak jalan lagi?" ujar Vinny.

Vano mengangguk lesu. "Iya, dek." Vano melangkah pergi.

"Kalo kakak gak suka, kenapa diterima?" Vinny menahan tangan Vano.

"Kakak cuma gak mau nasib kak Nanda terjadi sama cewek lain," ucapnya lemah.

Vinny melepaskan tangan Vano. Deru motor Vano perlahan menjauh. Wajahnya sangat lusuh tak bersemangat, kecepatan motornya pun hanya sedang. Sebenarnya, Vano tak ingin terlibat dalam situasi seperti ini, tetapi Vano juga tidak ingin melihat cewek lain mengalami hal yang sama seperti yang dialami Nanda. Terlebih lagi, Vano mengenal Ara dan saudara Ara yaitu Arya adalah kekasih dari adiknya.
Sesampainya di tempat tujuan, Ara sudah siap di depan rumahnya. Ara terlihat sangat cantik, kaos merah muda dipadukan dengan jeans hitam serta rambut yang terurai membuat pesonanya sangat terlihat. Vano memberikan helm untuk Ara kenakan, Ara tersenyum manis dan langsung naik tanpa disuruh.
Di perjalanan hanya suara angin dan knalpot kendaraan yang terdengar, keduanya diam. Sampai akhirnya, Vano membawa Ara ke sebuah danau favoritnya. Vano memarkirkan motornya dan membawa Ara duduk di bangku favoritnya.

"Danaunya indah, kak," ujar Ara.

Vano tersenyum. "Ini tempat favorit gue dan adek gue." Vano merebahkan tangannya di bangku itu.

"Banyak kenangannya dong?" kekeh Ara. "Ada kenangan sama mantan, gak?" goda Ara, sambil menaik turunkan alisnya.

Vano melirik sejenak kemudian menatap lurus ke depan. "gak ada, ini khusus kenangan keluarga gue." Vano menarik napas dalam dan menghembuskannya.

"Ceritain dong tentang adik lo," pinta Ara.

"Adik gue?" tutur Vano. "Dia cewek yang cantik, lucu, imut, ngeselin, cengeng, mandiri, pemberani, penuh semangat, penuh keceriaan, pokoknya luar biasa."

PROTECTIVE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang