Salahku

1.6K 83 4
                                    

Arya tersenyum melihat Vinny yang terlihat bahagia, senyum di wajahnya menandakan bahwa ia sangat bahagia. Tak henti-hentinya Arya memandang wajah cantik Vinny. Mata yang teduh, hidung kecil dan mancung, bibir tipis nan mungil, serta pipi yang sedikit chubby. Semua itu mampu menghipnotis alam sadar Arya, tanpa disangka Vinny mulai merasa bahwa Arya dari tadi memandanginya. Sontak rona pipi Vinny mulai bersemu merah, wajah malu-malunya mulai terlihat.

"Eh, Ar, kenapa lo liat gue gitu," ucap Vinny salting.

"Lo cantik, Vin," kata Arya tanpa sadar.
Vinny membeo.
"Cantik?"

"Ar, lo kenapa mau temenan sama gue?"
tanya Vinny.

Arya menaik turunkan kedua alisnya.
"Kenapa ya? Em... entahlah."

"Kenapa?" tanya Vinny serius. "Lo tau gue lumpuh dan lo juga selalu dihajar sampe babak belur oleh kakak gue."

Arya menatap dalam kedua mata Vinny.
"Nyaman," jawabnya singkat. "Gue nyaman saat dekat lo, gue nyaman saat ngeliat wajah lo, gue nyaman saat denger suara lo, dan gue nyaman saat gue bisa natap lo sedeket ini."

DEG

Detak jantung Vinny terasa berhenti saat Arya menatap lekat kedua matanya. Jiwanya melayang entah kemana, rasanya sangat mustahil baginya bisa merasakan adegan romantis yang biasanya hanya ia lihat di film-film drama korea. Tapi detik ini Vinny merasakan bagaimana rasanya menjadi pemeran-pemeran dalam drama itu, seketika jantungnya kembali berdetak namun kecepatannya tidak bisa terkontrol, bahkan mungkin Arya pun bisa mendengarnya.

Suasana yang sepi nan sejuk melengkapi kesempurnaan scene ini. Arya meletakkan kedua tangannya di pipi Vinny. Perlahan-lahan Arya mendekatkan wajahnya kearah Vinny, jantungnya semakin kencang napasnya terasa sesak. Arya masih mendekatkan wajahnya makin dekat makin dekat dan dekat lagi, hingga jarak keduanya hanya lima cm. Arya mendekati wajahnya sedikit lagi, seketika Vinny memejamkan mata.

"Kayaknya gue udah tahap suka sama lo, Vin," bisik Arya dengan jarak begitu dekat.

Vinny tersadar ketika mendengar ponsel Arya yang berdering, keduanya membuang muka. Arya menonaktifkan ponselnya. Vinny terlihat sangat malu, pipi chubbynya kini memanas. Terjadi keheningan cukup lama di antara keduanya.

Gue kenapa sih, batin Vinny

Hanya dialog batin yang kini terjadi, mereka bingung untuk membuka topik setelah kejadian beberapa menit yang lalu.

"Gue," ucap keduanya serempak.

"Lo," ucapnya lagi serempak.

"Lo duluan aja," pinta Vinny tersenyum.

"Lo aja, Vin."

"Lo aja."

"Lo aja."

"Lo aja."

"Lo aja."

Keduanya tertawa kecil melihat perdebatan mereka.

"Gue." Kembali mereka ngucapkan kata yang sama dan pada waktu yang bersamaan juga.

Arya tertawa. "Ya sudah gue aja dulu," ucapnya. "Gue minta maaf kalo ungkapan suka gue ke lo tadi buat lo kaget."

"Emm... gapapa kok," kata Vinny dengan anggukan kecil. "Oh iya, aktivitas lo apa, Ar?" tanya Vinny.

Gue harus jujur atau gimana? "Gu... gue public figure, Vin," jawabnya ragu.

Vinny melipat kembali kedua tangannya.
"Aktor? Penyanyi? Komedian? Pembawa acara TV?" tanya Vinny bertubi-tubi,
"Tapi kok gue gak pernah liat lo di TV?"

PROTECTIVE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang