KENANGAN HUJAN

1K 50 3
                                    

Siang berganti malam, hari berganti minggu tapi kamu tak akan tergantikan. Malam itu hujan sangat deras sekali, udara dingin masuk melalui celah celah jendela dan menusuk menembus kulit.

Vano berada di kamar Vinny, ia menemani Vinny yang asik melihat ribuan air hujan jatuh dari langit. Vinny mengenang masa kecilnya yang penuh dengan kebahagiaan bersama kedua orang tuanya dan Vano.

"Kak, dulu kita sering mandi hujan, kan?" Vinny menatap keluar jendela. "Terus papa sama mama suka marahin kita kalo kelamaan mandi hujan."

"Iya dek, kakak selalu dijewer mama kalo ngajak kamu mandi hujan." Vano menyelimuti Vinny.

Tapi kakak inget sesuatu kalo hujan.

"Aku kangen mereka, apa mereka gak kangen sama kita, kak?" Mata Vinny mulai basah.

"Mereka pasti kangen sama kita, dek. Tapi karena tuntutan pekerjaan, mereka harus menjauh dari kita." Vano memeluk Vinny.

"Apa sesibuk itu, kak? Bahkan ntuk ngobrol lewat telepon juga gak ada waktu."

Namun Vano hanya diam, ia tidak tahu jawaban apa yang harus ia berikan perihal kesibukan orang tuanya. Akhirnya Vano mengalihkan pembicaraannya agar Vinny tak terlalu sedih mengingat kedua orang tuanya.

"hm... Saudara Arya gimana?" 

Vinny menaikan alisnya. "Oh, dia baik-baik aja cuma masih syok gitu kak," balas Vinny. "oh iya, aku boleh nanya gak ,kak?"

"Iya apa?"

Vinny menjauh dari Vano. "Ceritain tentang kak Nanda?" Vano melotot. "Kakak gak pernah mau ceritain tentang kak Nanda kenapa dia sampe kayak gitu."

"Kamu mau tau? Jadi gini ceritanya...."

Siang itu hujan sangat deras mengguyur kota Bandung, saat pulang sekolah Vano menunggu di halte bus bersama Nanda. Mereka menunggu hujan reda, karena saat itu Vano hanya membawa motor ninjanya.
Hari mulai sore tapi hujan tak kunjung reda.

"Kak, hujannya masih lama, kita terobos aja," pinta Vano.

"Jangan, dek, nanti sakit besok kakak ada ujian dan kamu juga masih flu," ucap Nanda tersenyum.

Vano menuruti semua perkataan Nanda, mereka masih menunggu hujan reda hingga jam 5 sore hujan mulai berhenti. Nanda dan Vano bergegas untuk pulang ke rumah, Vano mengendarai motornya dengan penuh hati-hati karena kondisi jalan yang licin. Saat di tengah perjalanan motor Vano terhenti, sebuah mobil mewah menghadang jalannya.

"Dek, kenapa?"

"Ada mobil yang halangi, kak."

Betapa kagetnya Nanda melihat seorang laki-laki keluar dari mobil itu, laki-laki putih yang tampan namun terlihat brengsek.

"Kak, itu pacar lo, kan?"

"DANTE!" pekik Nanda. "Lo gak usah ganggu gue lagi, gue mau fokus sama cita-cita gue."

"Iya, sayang, gue ngerti kok, gue cuma mau anterin lo pulang. Nanti sakit besok ada ujian." Dante tersenyum miring.

"Gue bisa pulang sama Vano."

Dengan penuh paksaan Dante menarik tangan Nanda secara kuat dan mendorongnya ke dalam mobil, dengan sigap Vano menahannya. Namun, saat itu tubuh Dante terlalu besar dan kuat sehingga Vani jatuh tersungkur saat menerima satu pukulan dari Dante. Secepat kilat mobil Dante meluncur dari pandangan, Vano mengejar menggunakan ninjanya.

Setengah jam Vano memutari tempat yang dilewati mobil Dante, tapi tak kunjung ketemu. Hingga akhirnya di sebuah rumah tua, Vano melihat mobil yang dikendari Dante. Saat tiba di sana Vano melihat sekeliling ruangan yang kotor dan gelap.

PROTECTIVE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang