E.M.P.A.T

253 16 0
                                    

Matahari telah terbit, semua orang terbangun. Kriesha membantu menyapu rumah, dan belline mencuci piring. Mungkin karena air disana susah, jadi merreka mencuci piring dua hari sekali.

Setelah menyapu, mereka langsung di ajak ke dapur. Semua peralatan masak, masih sangat traditional. Mereka masih menggunakan tungku, dimana mereka harus membuat api secara manual.

Yang harus mereka lakukan adalah memotong sayuran, memasak cabe, mencari tanah liat, menyerut pepaya muda dan masih banyak lagi. Kalian tahu, tanah liat itu buat apa? Itu untuk membuat agar pepaya muda tidak terlalu bau. Dan, baru pertama kali mereka mengetahui tentang hal tersebut. Di depan rumah mereka, ada tebing yang berwarna putih, mirip batu kapur teksturnya, dan disela sela itu ada tanah liat dan mereka harus mengambil dari sana.

"kalian pernah makan pecel?" Tanya intan, mereka berempat langsung terbatuk. setiap mendengar pertanyaan seperti itu, mereka selalu terbatuk karena  terlalu terkejut. Dari cerita intan kemarin, orrang didesa menganggap kota itu sangat sangat indah. Tapi, mereka menjelaskan bahwa kota tidak seindah dan semewah yang mereka bayangkan.

"pernah kak, sering banget malah" ucap shailene, mereka bertiga mengangguk.

Selesai membuat dan makan pecel, mereka berjalan jalan keliling kampung. Pasalnya, mereka harus tinggal disana selama seminggu. Jadi, mereka harus hafal jalan jalan disana. Mereka tidak mungkin bergantung kepada yani terus. Shailene dan malynn, ikut mereka jalan jalan keliling kampung.

Orang disana, sangat ramah. Setiap bertemu, selalu menyapa mereka. Jadi, otomatis mereka harus selalu menyapa orang orang disana. Untuk menghindari kesan "anak kota mah sombong"

Kata yani, nanti malam akan ada acara pertunjukan kuda lumping. Mereka berempat penasaran, tapi mulainya kira kira pukul tujuh malam. Jadi, mereka berkeliling kampung dulu. Sampai mereka tersesat, dan menemukan rumah kailex dan jonathan yang harus melewati sawah dulu. Mereka melewati malynn, tapi jalanannya sudah bagus.

"Sumpah, ini si amber sama kriesha gak ada abisnya ya. Gak cape capek. Gue pingin duduk" ucap belline, malynn  langsung menarik belline dan kriesha menarik shailene. Mereka berdua sudah seperti kelelahan.

"mending, lu pada istirahat disini. Entar, kita pas sunset ketemuan disini. Soalnya, deket ke bukit nagasari. Bagus buat liat sunset katanya" ucap caeron

"tapi, kita gak mungkin gak mandi dulu kan. Kita harus mandi, terus ajak kakak. Gue di ajak nonton kuda lumping soalnya" ucap belline

"eh, ikut dong. Mau liat, gak pernah liat soalnya" ucap kailex, mereka berdua mengacungkan jempol tanda memperbolehkan.

Tin tin..

Mendengar suara klakson, mereka semua langsung menoleh. Dan ternyata, ada dua motor yang datang. Yori di bonceng brandon, dan amber di bonceng oleh max. Sekilas, muncul perasaan iri dalam perasaan kriesha. Tapi demi tuhan, dia tidak cemburu. Dia tidak masalah, jika sahabatnya di bonceng oleh max. Tapi, ada satu orang yang paling membuat kriesha waswas, jika dia dekat dengan max.

"Kriesha, belline, malynn, shailene. Nanti mau liat sunset gak, tadi gue ketemu spot bagus" ucap yori

"Emang nanti mau liat sunset bareng" ucap kriesha, belline dan shailene. Lalu, mereka bertiga tertawa karena berbicara berbarengan.

"Ber, turun ber. Lu berat ber" ucap max, kemudian amber memukul max. Mereka berdua tertawa. Lalu, mereka turun dan bergabung dengan yang lain. Kriesha heran, kenapa agak susah ya dekat dengan max, sementara yang lain dengan mudah dekat dengan max. Apa mungkin, karena pernah bekerja sama saat osis? Hal tersebut, membuat kriesha menyesal tidak masuk osis tahun lalu.

If You Love Someone, You Have To Be Brave To Say (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang