Langkah kaki Tiffany semakin dipercepat dan matanya sibuk mencari kendaraan umum yang bisa segera mengantarnya pulang. Di telepon tadi, Yuni tidak mengatakan secara spesifik apa yang terjadi pada Ella. Hanya saja dia menyuruhnya untuk segera pulang karena ada masalah yang terjadi.“Kamu butuh tumpangan?”
Suara Nick di belakang mengagetkannya. Tatapan bingungnya membuat Nick tahu pertanyaan yang akan dilontarkan Tiffany, jadi dia langsung berkata, “Ayo aku antar, kamu lagi buru-buru kan.”“Tidak perlu chef, chef kembali makan aja sama mereka.” jawab Tiffany tak enak hati.
“Aku tidak mungkin bersenang-senang sama mereka sementara salah satu temanku sedang mengalami masalah.” ujarnya santai.
Perasaan Tiffany semakin gundah dan rasanya dia tidak ada waktu untuk menolak ajakan Nick apalagi sedaritadi tidak ada angkot yang lewat. “Baiklah, tapi sebelumnya terima kasih.” ucapnya dengan tulus.
Nick tersenyum lalu berjalan di depan. Sesampainya di mobil, tidak ada satupun yang bicara. Tiffany menggigit bibirnya dan memandang keluar jendela memikirkan kondisi terburuk dan berdoa agar semua baik-baik saja.
Ketika mobil Nick sudah mulai memasuki gang kecil, Tiffany pun segera melepas sealt betnya. “Turunin aku di sini saja chef, sekali lagi terima kasih ya.”
Nick memang menepikan mobilnya di salah satu rumah kosong karena dia tahu mobilnya tidak akan bisa masuk lagi untuk jalan yang lebih depan. Tapi bukan berarti dia akan pergi begitu saja. Dia berseru saat Tiffany hendak membuka pintu mobil, “Tunggu! Aku ikut.”
Tiffany mengernyit dan ingin membantah atau malah memaksa Nick pulang. Tapi dia tidak ingin membuang waktu untuk hal itu dan memilih membiarkan Nick melakukan apa yang dia mau.
Nick mengikuti Tiffany dari belakang dan tiba di sebuah rumah petak. Pintu rumah tidak dikunci jadi mereka masuk begitu saja. “Ibu! Ella!” teriak Tiffany saat menemukan rumah dalam keadaan kosong.
Sosok wanita keluar dari salah satu kamar dan menatap Tiffany dengan raut wajah cemas. Pandangannya beralih pada Nick yang masih berdiri di belakang Tiffany.
Tiffany yang melihat Ibunya keluar mendekati mereka pun langsung berkata, “Bu. Ini chef Nick, kepala koki di restoran,” Dia menatap Nick. “dan chef, ini Ibuku.”
Nick mengulurkan tangannya dan memberi salam, “Malam Bu, maaf kalau saya datang tanpa diundang.”
Yuni juga ikut terkena virus Nick saat dia menampilkan senyumnya. “Lain kali akan saya undang kamu. Kamu yang antar Tiffany pulang kan? Kalau begitu, terima kasih ya.”
“Tidak masalah, Bu.” jawab Nick dengan senyum yang masih melekat di wajahnya.
“Ella mana Bu?” tanya Tiffany panik karena biasa Ella akan selalu menyambutnya pulang.
Wajah Yuni kembali berubah muram seperti awal. “Dia ada di kamar.”
“Apa yang terjadi, Bu?” tanya Tiffany yang mulai resah.
Yuni mendesah dan menyuruh agar mereka duduk dulu. Setelah itu, dia baru bercerita tentang dia yang dipanggil oleh guru Ella di sekolah. “Jadi tadi guru Ella bilang ke Ibu kalau Ella bertengkar dengan teman kelasnya. Terus dia juga menjatuhkan botol minuman temannya. Saat orang tua teman Ella datang, Ibu sudah meminta maaf beberapa kali tapi mereka ingin kita ganti rugi karena botol minuman anak itu katanya mahal. Bahkan tadi Ibu dan Ella tidak diperbolehkan pulang sebelum membayar ganti ruginya.”
Hati Tiffany remuk dan dia bertanya dengan lirih, “Jadi daritadi kalian tunggu di sekolah?”
“Iya, tapi guru Ella berbaik hati membiarkan kami untuk segera pulang setelah tiga jam mereka betah menunggu kita dan akhirnya pulang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing Rainbow
General Fiction[ Ganti judul dari "She's not My Baby" ] Tiffany, The Caregiver. Tujuannya adalah dapat membantu orang sebanyak mungkin. Kelemahannya adalah keegoisan. Ketika dia terlalu mencintai seseorang, akankah dia memilih untuk egois atau melepaskan orang yan...