part 21.B

1.1K 98 4
                                    


Siang berganti malam. Di terasnya, Tiffany setia memandang bintang-bintang kecil yang sudah terlihat di atas langit. Dia bertanya dalam hati, apa ayah kini melihatnya? Dia sudah menjadi chef sekarang. Sudut bibirnya terangkat mengingat wajah ayahnya ketika memarahi dia saat mengambil cangkang telur dari adonan menggunakan tangan.

"Masih tidak ingin tidur?" Suara itu datang dari Nick yang kini mengambil tempat di sampingnya.

Pikirannya teralihkan, Tiffany menggeleng.

"Ingin tinggal di sini lagi?"

Senyap sejenak lalu Tiffany kembali menggeleng. Nick menunjukkan raut wajah bingung. Tiffany tersenyum. "Aku akan balik, bukan untuk tinggal hanya untuk singgah. Karena aku sudah punya rumah dan kamu termasuk tempat untukku pulang."

Senyum terbit di wajah Nick. Dia menarik Tiffany kedalam pelukannya, "Kita akan membuat rumah kita bersama. "

**

Aroma roti menghinggapi indra penciuman Tiffany. Matanya perlahan terbuka dan memandang ke arah jendela melihat matahari yang sudah menampakkan dirinya. Dia beranjak dari kasurnya dan mengikuti aroma roti tersebut.

Pintu terbuka dan dia mendapati Nick dan Ella yang sedang asyik membuat adonan roti. Kata yang lebih tepat untuk Ella adalah bermain tepung dan membanting adonan dengan tangan kecil yang tak bertenaga itu.

Tiffany tidak langsung mendekati mereka tapi masih bertengger di daun pintu memandangi mereka. Tuhan memang mengambil orang yang dia cintai tapi Tuhan juga memberikan orang baru dalam hidupnya.

"Kakak!!" Jeritan Ella membuyarkan lamunan Tiffany. "Ella sama kak Nick bakalan buat roti buat kakak."

Tiffany berhenti di depan mereka dan melihat hasil kerja mereka. Dia tertawa tak bersuara. "Kenapa tiba-tiba buat roti?" tanyanya memandang Nick.

"Emm ... membangkitkan kenangan di rumah ini?"

Bukannya sedih tapi Tiffany tersenyum haru. Sepertinya Tuhan memang menciptakan Ella dan Nick sebagai penyembuh luka dan pendamping hidupnya.

Nick berjalan dan berhenti di belakang Tiffany. Tangannya mengambil mangkuk di depan Tiffany sehingga tubuh mereka berapatan. Dia berkata lirih, "Aku memang tidak akan pernah bisa menggantikan posisi ayahmu. Tapi aku juga bisa membuatkan roti untukmu. Bukan hanya roti saja, semua masakan juga bisa kumasakkan untukmu."

Senyum Tiffany semakin mengembang sehingga matanya sedikit menyipit. Tangannya menyapu tepung terigu yang tak jauh darinya. "Kamu tidak perlu terlalu berusaha. Sama seperti tepung terigu yang merupakan komposisi utama roti. Kamu itu komposisi utamaku." Dia memiringkan kepalanya ke samping sampai mata mereka bertemu.

"Ella, lihat di bawah kamu ada adonan yang jatuh," ujar Nick pelan.

Ella yang mendengar itu pun refleks berjongkok dan celingukan mencari adonan yang jatuh. Dalam waktu itu juga, Nick mengambil kesempatan untuk mencuri kecupan kecil di bibir Tiffany.

"Mana ada kak." Ella bangkit dengan wajah polosnya.

Nick yang sudah beringsut kembali ke tempatnya berusaha menyembunyikan tawanya. "Mungkin tadi yang kak Nick lihat itu tikus."

"Ihh..." Ella menjadi geli sendiri. Tiffany terkekeh melihat mereka berdua.

**

Siangnya mereka balik ke Jakarta. Sebelum mengantar Tiffany dan keluarganya pulang, mereka singgah ke salah satu restoran terlebih dahulu.

"Kak, Ella mau pipis," ucap Ella terlebih dahulu sebelum turun dari kursinya.

"Baiklah, ayo"

Mereka berjalan ke arah kamar mandi tapi ketika hendak masuk ke toilet wanita, mereka berhenti. Lebih tepatnya, Tiffany yang memberhentikan langkahnya. Dirinya membeku tidak percaya.

Wanita di depannya turut menampakkan raut wajah terkejut tapi tidak sekaget Tiffany. "Sepertinya kita memang ditakdirkan untuk bertemu."

Genggaman tangannya pada Ella menguat sehingga Ella mengernyit dan memanggilnya, "Kakak?"

Lantas wanita di depannya mengarahkan pandangannya pada Ella. Detik itu juga Tiffany merasa dirinya berada di ambang jurang dan kapanpun dia bisa saja jatuh terjerambab dan tak akan naik lagi.







Coba tebak siapa wanita itu?


Btw, SNMB tinggal 9 bab lagi loh... '))


Chasing RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang