Sudah seminggu lewat sejak terakhir dia berkunjung ke rumah Nick. Setiap kali pulang, ada sebuah rasa kosong yang hinggap di batin mereka berdua. Apa mungkin ini karena mereka sudah terbiasa. Tapi bukankah waktu satu minggu itu terasa terlalu singkat untuk mengklarifikasi perasaan aneh mereka.
Tenaga mereka sudah terkuras untuk menyediakan buffet siang. Ketika semua pada menikmati waktu istirahat mereka, Nick masih berada di dapur membuat menu special minggu ini. Bahkan ketika Tiffany sudah selesai dengan makanannya, Nick juga masih belum keluar.
Entah hantu apa yang merasuki tubuh Tiffany sehingga dia berjalan masuk ke dapur. Dilihatnya Nick yang masih sibuk menggiling pasta padahal sudah ada sepiring lamb di sampingnnya.
"Chef gak makan?" ujar Tiffany ragu-ragu karena dia sendiri juga tidak ingin terlihat sok akrab. Dia menganggap ini sebagai rasa kepedulian sesama rekan kerja.
Nick hanya tersenyum menanggapinya dan mengarahkan dagunya pada sepiring loin of lamb itu.
Tiffany memandang diam keterampilan pria itu dalam memegang panci dan mengolah ravioli diatasnya. Ketika pastanya selesai, dia ditawari untuk ikut mencicipinya. "Pappa al pomodoro filled ravioli."
Tentu saja dia akan mengatakan enak karena memang itu kenyataannya. Rasa cannelini bean cream begitu terasa di mulut terlebih dengan potongan gurita panggangnya.
Nick mengamati ekspresi Tiffany lalu tiba-tiba bergumam pelan, "Aku kangen...," Ada jeda sampai Tiffany mengunyah habis makanan di mulutnya. "masakanmu," sambungnya.
Untung saja Tiffany tidak sempat tersedak. Emangnya apa yang dia harapkan. "Kalau chef bilang kangen masakan bu Kian, aku percaya. Tapi kalau masakanku, aku gak percaya."
Senyum tersungging di wajah Nick dan menyentil dahi Tiffany. Cara lain karena dia tidak bisa mencubit pipi Tiffany yang membuatnya gemas. "Masakan kalian sama –sama seperti masakan rumah."
Tiffany tidak terlalu menghiraukan jawaban Nick melainkan, "Chef! Ini udah ketiga kalinya chef nyentil dahiku." Sebelah tangannya mengusap dahinya pelan. Nick hanya terkekeh dan memakan raviolinya.
**
"Tiffany," seru Nick begitu melihat Tiffany keluar dari kamar ganti.
"Ya?"
"Mau temani aku beli bahan masakan?"
Ada sedikit kerutan di dahinya. Dia hendak menolak tapi terbesit di pikirannya akan kebaikan Nick jadi dia kembali menimbang. Mungkin dia akan menyuruh ibu dan Ella untuk tidak menunggunya makan malam. "Baiklah."
Tiffany hendak memisahkan diri saat selesai menemani Nick membeli beberapa bahan kue. Tapi Nick membujuknya sampai dia berhasil masuk kembali kedalam mobil. "Dia gak lagi nyulik aku buat ke rumahnya lagi kan?" pikirnya.
Ternyata dugaannya salah karena Nick benar-benar mengantarnya pulang sampai rumah. Ucapan terima kasih yang akan dia ucapkan tertunda karena Nick juga ikut turun dengan membawa bahan yang tadi dia beli.
"Chef, mau ngapain?" tanya Tiffany bingung.
"Buat dorayaki," jawab Nick santai dan mulai berjalan.
"Hah, chef mau buat dorayaki di rumahku?" Dia kembali melontarkan pertanyaan dengan alis menyatu. Karena tidak ada jawaban yang dia dapatkan, dia kembali bertanya, "Chef beneran serius nurutin permintaan Ella?"
Hanya sebuah senyuman yang diberikan Nick yang tidak bisa meredakan kekhawatiran Tiffany. Sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan, dia hanya takut kalau hal ini berlanjut jauh. Apalagi hari itu dia tidak pulang dan menginap di tempat Nick. Ibunya memang tidak mengatakan apapun semenjak kepulangannya tapi sekarang, apa yang akan dipikirkan Ibu jika dia kembali membawa pria yang sama ke rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing Rainbow
General Fiction[ Ganti judul dari "She's not My Baby" ] Tiffany, The Caregiver. Tujuannya adalah dapat membantu orang sebanyak mungkin. Kelemahannya adalah keegoisan. Ketika dia terlalu mencintai seseorang, akankah dia memilih untuk egois atau melepaskan orang yan...