part 9.2

1.6K 171 8
                                    



Mengingat kembali kejadian di mobil tadi membuat Tiffany ingin merebus kepalanya sendiri dalam panci bersama tauge, wortel dan selada air. Nick tidak menanyakan apapun alasan kenapa dia menangis dan dia juga tidak bercerita.

Setelah rebusannya matang, diangkatnya untuk ditiris. Tiba-tiba, sebuah panci diletakkan di sebelahnya. Praktis di menoleh. "Chef ngapain?!"

"Cuma mau memastikan ingusmu tidak jatuh pada makanannya."

Dia mendengus kesal dan Nick yang melihat ekspresi lucu Tiffany pun terkekeh. Dia membuat dua telur mata sapi sedangkan Tiffany menggoreng potongan gurita yang sudah dilumuri saus pedas Korea.

Terakhir mereka memasukkan nasi dalam mangkok lalu menaruh sayuran serta gurita diatasnya. Mereka membawa dua mangkuk Oejingo Bibimbap ke meja makan.

Di sela-sela makan, Nick terus mengamati ekspresi Tiffany yang sudah kembali biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sela-sela makan, Nick terus mengamati ekspresi Tiffany yang sudah kembali biasa.

"Kenapa?" tanya Tiffany pelan yang merasa jengah karena dipandangi terus.

"Seharusnya tadi aku sudah marah padamu, tapi gara-gara kamu nangis, aku jadi lupa."

Tiffany menatapnya bingung dan entah kenapa itu membuat Nick gemas. Sejujurnya dia menunggu perempuan itu mengatakan alasannya menangis. Dan sudah dua pancingan dia berikan tapi tidak ditangkap oleh Tiffany. Dia hanya mendesah pendek dan kembali memakan bibimbapnya.

Gerakan mengunyah Tiffany melambat. "Dulu Ayahku meninggal karena dipukul orang." gumamnya pelan sambil memandang hampa nasinya. Dia merasakan bahwa tatapan Nick kini kembali terpaku padanya. "Saat itu aku masih tidak mengerti kenapa hal itu bisa terjadi ... sampai aku beranjak dewasa, barulah aku tahu kalau dia dipukul karena mengutang sejumlah uang."

Kini Nick tahu alasan Tiffany menangis dan dia bisa mengerti alasan kenapa tadi dia berlari seperti begitu. Karena dia tidak ingin orang lain merasakan hal yang sama seperti Ayahya. "Maaf karena aku sempat ingin marah padamu." Tiba-tiba Tiffany terkekeh sehingga ujung matanya ikut tertarik. Dan Nick tidak bisa melepas pandangannya kala dia tersenyum. Sontak kedua ujung bibirnya ikut melengkung.

**

"Tunggu!" Langkah Tiffany berhenti karena Nick memanggilnya dari belakang. Pria itu berjalan cepat ke arahnya setelah mengambil kunci mobil di kamarnya. "Aku antar kamu."

Dengan sigap, Tiffany menggerakan kedua tangannya. "Tidak chef. Aku bisa pulang sendiri."

"Ini sudah malam Tiffany. Bagaimana kalau kamu melakukan tindakan bodoh lagi seperti tadi? Aku tidak bisa duduk tenang karena mengkhawatirkanmu."

Mendadak wajah Tiffany menjadi panas. Dia melengos untuk menutupi wajahnya. Ketika hendak meraih pintu keluar, Nick menghadangnya sehingga dia terpaksa mundur selangkah.

"Sudah kubilang jangan bandel." Nada rendah Nick membuat Tiffany sulit berkata karena jantungnya yang tiba-tiba berdetak tak karuan. Nick keluar sehingga Tiffany berjalan di belakangnya. Semakin dipikir, dia seperti perempuan yang sedang membebani orang. Tujuannya ke sini hanya untuk membayar utang dengan cara bekerja pada Nick. Tapi dia malah diantar dan gara-gara tangannya yang sakit kemarin, dia ditraktir oleh Nick.

Sebelum Nick keluar dari gedung ini, Tiffany segera berhenti membuat Nick menoleh dengan bingung. "Tidak bisa. Chef kembali saja, aku sungguh bisa kembali sendiri. Aku sudah sangat berterima kasih karena chef mau memberikanku pekerjaan. Aku tidak ingin menambah utangku lagi."

Nick menangkat alisnya. "Utang? Apa kamu pikir aku akan memukulmu? Lagipula aku melakukan ini dengan ikhlas, Tiffany."

"Bukan begitu chef. Tapi hidup ini adalah hubungan timbal balik. Apa yang kita beri itulah yang kita dapat dan ketika aku menerima lebih maka aku pasti akan memberi lebih."

"Kalau ada orang yang berlaku baik padamu itu karena kamu pantas mendapatkannya. Karena kamu sudah memberi kebaikan pada orang lain."

"Tapi tidak ada kebaikan yang kuberikan padamu, chef."

Mereka bersipandang selama beberapa detik. Tangan kanan Nick terangkat untuk menyelipkan rambut hitam Tiffany dibelakang telingannya. Tiffany membulatkan matanya dan langsung menunduk.

Nick tersadar akan perlakuannya yang tidak biasa. Dia kembali berjalan menuju parkiran dengan Tiffany yang kini terdiam menurut di belakangnya.







Votenya emang belum capai 50 tapi saya post karena tangan  gatal. Ha ha ha, baik banget kan saya #plak (gak ada orang baik yg ngatain dirinya baik).

SPOILER sekaligus mau Tanya

Di part berikutnya, mereka akan pergi liburan. Bukan berdua tapi sama anggota chef lainnya. Pertanyaannya, Mau kemana mereka? Ada yang mau request? Masih wilayah Indonesia ya...




Chasing RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang