Sampai di rumah Tiffany, Nick ikut turun. Melihat Nick yang hendak masuk ke rumahnya, Tiffany menahan lengan Nick. "Chef mau masuk?" tanyanya ragu. Sebenarnya untuk pulang saja, dia merasa was-was. Apa yang akan ibunya katakan bila tahu dia cuti hanya karena Nick.
Kedua alis Nick menyatu. Dia mengacak rambut Tiffany pelan. "Kenapa panggil chef?" Dia menatap wajah Tiffany yang dipenuhi kekhawatiran. Perempuan itu mungkin belum siap untuk memperkenalkannya sebagai pacar. Tapi dia merasa adanya kewajiban untuk memberi penjelasan kepada Yuni setelah membawa kabur anaknya.
"Baiklah, ayo masuk," jawab Tiffany pasrah. Yang terjadi sekarang biarlah terjadi. Dia baru akan memikirkan jikalau ibunya marah nanti. Sama seperti kejadian tujuh tahun lalu.
Mereka mendapati Yuni sedang menyetrika di ruang depan. Yuni terkesiap dan mematikan setrikanya begitu melihat anaknya pulang. Terlebih Nick yang berdiri di samping Tiffany kini maju untuk menyapanya.
"Pagi, Bu! Maaf kalau kedatanganku mengganggu."
"Tidak, tidak. Ayo duduk," sahut Yuni segera bangkit dan mengesampingkan baju hasil setrikanya.
Tiffany ikut membantu ibunya membereskan bajunya. Dia bersyukur karena ibunya tidak langsung menyemprot mereka. Dia menggigit bibir bawahnya saat terdengar Nick yang mulai menjelaskan ketidakpulangan dia kemarin.
Yuni hanya menangguk pelan. "Ibu tahu kalau kamu sakit dan Tiffany harus merawatmu. Kamu tidak perlu khawatir karena ibu tidak akan berpikiran macem-macem selama kamu juga tidak macem-macem terhadap anak ibu."
Nick terkekeh menanggapi ucapan yang keluar dari mulut Yuni dengan wajah yang begitu damai. Dia melirik Tiffany sebentar dan tersenyum padanya. Kini dia tahu bahwa sifat baik wanita itu turun dari ibunya. "Aku juga ingin menyampaikan satu hal lagi." Ada jeda sebelum dia melanjutkan, "Aku ingin memperkenalkan diri sekali lagi sebagai pacar dari anak ibu, Tiffany."
Tidak seperti dugaan, Yuni hanya tersenyum simpul . "Kalian pacaran bukan karena terjadi sesuatu kan?"
"Tentu saja tidak, Bu," celetuk Tiffany.
Yuni tertawa lalu memandang Nick lagi. "Haha, baiklah, ibu mengerti. Oh ya, Tiffany," Pandangannya berlabuh pada Tiffany yang sudah duduk di samping Nick. "Kamu pigi jemput Ella gih, sebentar lagi dia udah mau keluar."
Tiffany mengiyakan. "Biar aku yang antar," ujar Nick padanya.
**
Di dalam mobil, Tiffany belum mengeluarkan sepatah katapun. Akhirnya Nick pun memecah keheningan. "Kamu terlihat sangat khawatir."
Refleks Tiffany menoleh ke samping. "Ini terlalu tiba-tiba. Aku takut ibu berpikiran buruk padamu," jujurnya.
Nick menyunggingkan senyum. "Awalnya aku juga sempat khawatir tapi semuanya sudah berlalu bukan. Ibumu juga tampak menyukaiku."
Tiffany tidak bisa menahan senyumnya kala Nick dengan percaya dirinya mengatakan hal itu. Dia lega sekaligus bahagia.
"Jangan liatin terus. Nanti aku gak fokus nyetir loh," ujar Nick yang langsung membuat Tiffany memalingkan muka ke depan.
**
Mereka tiba di sekolah Ella bertepatan dengan bel sekolahnya berbunyi. Nick memilih untuk menunggu di depan mobil. Tiffany melambaikan tangannya begitu melihat Ella keluar dari kelasnya.
"Kakak!" seru Ella berlari ke arah Tiffany. "Kok kakak ada di sini?"
"Hari ini kakak cuti makanya kakak yang jemput."
Ella tidak mempertanyakan alasan kakaknya cuti atau apapun. Yang dia tahu, dia merasa senang karena mempunyai waktu dengan kakaknya.
"Yuk." Tiffany menggadeng tangan Ella menuju parkiran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing Rainbow
General Fiction[ Ganti judul dari "She's not My Baby" ] Tiffany, The Caregiver. Tujuannya adalah dapat membantu orang sebanyak mungkin. Kelemahannya adalah keegoisan. Ketika dia terlalu mencintai seseorang, akankah dia memilih untuk egois atau melepaskan orang yan...