Full Tiffany-Nick just for you guys 😘😘
Please comment karena saya ngerasa karakter mereka mulai rancu 😔Tiffany membisu mencoba mempercayai apa yang baru saja dikatakan oleh Nick. Ini tidak mungkinkan? Dia tidak pernah menduga sekalipun bahwa Nick akan mengutarakan perasaan padanya. Dia segera memalingkan wajahnya ke depan, tidak tahu harus menjawab apa.
"Tifa," lirih Nick. Sangat pelan sampai berhasil membuat Tiffany menoleh kembali padanya.
Semua orang memanggilnya Fani ataupun Tiffany dan hanya satu orang yang memanggilnya Tifa, ayahnya. Pandangannya kembali bertemu dengan mata Nick. "Aku ... tidak bisa."
"Apa yang menjadi masalahmu?"
Kepalanya tertunduk dan memilih untuk menatap lantai kayu. "Kita berbeda."
Nick tersenyum simpul. "Tentu saja kita berbeda agar kita bisa saling melengkapi." Tangannya menyusuri lekuk wajah Tiffany dan mengangkat wajahnya pelan agar kembali memandangnya. "Kamu pasti sedang memandang rendah dirimu sendiri?"
Tiffany hanya bergeming karena memang itu yang dia pikirkan. Dia dan Nick berada di kelas yang berbeda. Dia memang tidak pernah melihat orang dari status sosial mereka. Hanya saja dia takut jika harus berhadapan dengan Nick. Takut ketika dia sudah memiliki dan harus kehilangan.
"Kamu tahu, Tiffany ... orang tidak akan mengingat apa yang kita punya melainkan siapa diri kita. Aku bisa saja memiliki sebuah kota ataupun pulau. Tapi jika aku kehilangan itu semua, aku tetaplah aku." Nick mendekatkan wajahnya lebih dekat lagi sampai hidung mereka bersentuhan. "Tiffany ... aku membutuhkanmu untuk selalu di sisiku dan berjuang bersamaku. Aku membutuhkanmu sebagai teman, sahabat, pacar, dan orang yang paling kusayangi."
Nafas Nick menerpa hangat di wajahnya. Debaran jantungnya kian bertambah kala bibir Nick menyentuh miliknya dan melumatnya pelan. Matanya mengedip tidak percaya atas perlakuan spontan itu. Tak lama, Nick menarik bibirnya dan mengecup kening Tiffany.
"Tidak ada tamparan berarti kamu menerimanya kan?"
Dia sempat linglung sesaat. Tapi dia tidak bisa menahan dirinya untuk merasakan hal yang sama. Karena dirinya juga mendambakan pria itu. "I-iya." Astaga, kenapa juga suaranya harus menjadi serak begini. Dia masih belum bisa menghentikan debaran jantungnya. Tiba-tiba tubuhnya tertarik ke depan sehingga dia berada dalam pelukan Nick.
"Terima kasih," bisiknya di telinga Tiffany.
Perlahan kedua tangannya ikut membalas pelukan Nick. Hangat. Dia ingin seperti ini terus. "Aku memohon pada langit untuk membantuku melupakannya. Tapi langit tidak mengizinkan dan malah membuatku lebih jatuh kedalamnya."
**
Tiffany terbangun karena merasa ada yang aneh. Matanya terbuka dan tersadar bahwa tiga jam yang lalu dia tertidur dalam pelukan Nick. Kepalanya mendongak melihat wajah Nick yang berjarak sangat dekat dengannya. Dia hampir tidak mempercayai semua ini. Hal ini terjadi begitu saja, cepat dan tidak dapat terelakkan.
Dia menatap jam di tangan Nick dan jarum pendek baru bergerak ke angka tiga. Dia ingin membangunkan Nick karena kalau mereka tidak berangkat sekarang, mereka akan telat ke hotel. Tapi melihat wajah Nick yang begitu tentram dan mengingat dia sudah berkendara semalam, dia pun mengurungkan niatnya.
Tiffany menarik dirinya pelan agar tidak membangunkan Nick. Tapi ternyata kesensitifan Nick begitu tajam sehingga pergerakan kecilnya membuat Nick membuka matanya.
"Kenapa?" tanya Nick dengan suara serak.
Dia menghela napas karena tidak tega membiarkan Nick berkendara di pagi buta begini. Mau tak mau, dia tetap menjawab, "Kita harus pulang, Nick. Kalau tidak, nanti kita terlambat."
Nick menaikkan ujung bibirnya dan beranjak memposisikan kepalanya berada di atas paha Tiffany. "Aku sudah bilang pada manager hotel kalau kita akan cuti hari ini." Dia kembali memejamkan matanya.
Tiffany melongo tidak percaya. Kapan, kapan dia bilang begitu. Dia kembali menghela napas untuk mengenyahkan pikiran bahwa manager mereka akan berpikiran macam-macam atau mungkin besok setelah balik ke hotel, bakalan ada gossip tentang mereka berdua.
**
Mereka kembali berkendara saat matahari mulai menampakkan dirinya. Lagu Stay with me oleh Sam Smith menemani perjalanan mereka. Nick menoleh sebentar dan menggelus kepala Tiffany. "Tidurlah ... akan kubangunkan kalau sudah sampai."
Tiffany menggeleng pelan. "Aku tidak ngantuk."
Secercah senyum terbit di wajah Nick. "Baiklah, kalau gitu mau dengar kelanjutan cerita semalam?"
Tiffany memandangnya dan tidak perlu dia berkata iya, dia tentu ingin mendengarnya. Semua hal yang berkaitan tentang Nick dan semua yang belum dia ketahui. Kemarin, di bawah bintang, beralas rumah pohon, Nick menceritakan bagaimana penyakit merenggut orang yang dia cintai. Sebaliknya juga dengan Tiffany yang menceritakan bagaimana kisah tragis yang menimpa ayahnya.
"Apa yang kamu pikirkan pertama kali saat bertemu denganku?" tanya Nick.
Tiffany berpikir lalu menjawab. "Em, ramah? Kamu selalu baik sama setiap orang dan tanpa sadar mereka semua tertarik begitu saja oleh magnetmu. Meski kamu tegas kalau sudah di dapur, kamu tidak pernah memandang rendah bawahanmu dan kamu merangkulnya agar bisa naik bersama." Bibirnya melengkung seiring dengan ceritanya.
Nick ikut tersenyum dan menatap Tiffany sekilas sehingga mata mereka bersirobok. "Kamu tahu, kamu pasti tidak akan menyangka bahwa dulu aku sama sekali tidak punya teman."
Dahinya berkerut. "Apa dulu kamu korban bullying?" tebak Tiffany.
Sebuah kekehan keluar dari mulut Nick. "Justru mereka yang takut padaku." Dia kembali mengamati ekspresi Tiffany yang bingung. "Papaku sangat overprotektif semenjak kepergian mama. Pernah suatu hari, temanku tidak sengaja melempar bola mengenaiku, dan dia sampai diskors. Teman-teman yang lain mulai menjauhi dan menghindariku."
Meski Nick tersenyum tapi Tiffany tahu ada banyak kesedihan yang dia pendam dibalik senyumnya. "Jadi, bagaimana kamu bisa lolos dari jeratan papamu?"
"Aku kabur dari rumah setelah lulus SMA. Tapi bukan papaku namanya kalau dia tidak bisa menemukanku. Mungkin kamu akan menanggapku anak durhaka karena aku mengacam akan bunuh diri jika dia terus membatasi hidupku."
Tiffany memandangnya dengan iba. Tangan kiri Nick memegang wajahnya lalu berkata, "Hey, aku tidak menceritakan ini untuk membuatmu menangis, sayang." Sontak wajahnya berubah menjadi panas. "Aku tidak menangis!" elaknya membuat Nick tertawa.
"Tapi sekarang sudah baik-baik saja. Papa sibuk dengan perusahaan barunya sehingga tidak ada waktu lagi untuk membatasiku."
Mereka berdua tersenyum lega. Nick menggengam tangan Tiffany dan menariknya ke depan wajah untuk mengecup tangannya. Sesekali dia menoleh untuk menemukan smiley eyes milik Tiffany. Kenapa smiley eyes? Karena setiap kali perempuan itu tersenyum maka matanya juga ikut tersenyum.
"Aku tidak akan meninggalkanmu, Nick," bisiknya dalam hati. Tanpa dia ketahui bahwa dialah yang akan melanggar ucapannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing Rainbow
General Fiction[ Ganti judul dari "She's not My Baby" ] Tiffany, The Caregiver. Tujuannya adalah dapat membantu orang sebanyak mungkin. Kelemahannya adalah keegoisan. Ketika dia terlalu mencintai seseorang, akankah dia memilih untuk egois atau melepaskan orang yan...