Pertemuan pertama
" Hendro apa kabar? Udah lama ibu gak jumpa. Udah besar ya kamu. Dulu waktu ibu dateng ke rumah kamu yang lama, masih SMP ya??? sekarang genteng sekali"
Perempuan separuh baya itu tersenyum lebar bersama ketiga putrinya yang duduk diruang tamu. Dia senang menyambut kedatangan laki-laki yang dia panggil hendro itu.
" memang udah lama ya bu.. " Hendro tersenyum memaklumi. Dia memang sudah mengenal Rahma. Wanita penuh antusias di umurnya yang sudah menginjak kepala lima.
" oh iya, ibu lupa. Ini loh anak-anak ibuk. Ibuk punyanya cuma perempuan semua.
Yang itu namanya laras anak ibu yang paling gede. Udah kerja sekarang." Rahma menunjuk pada seorang perempuan cantik berambut hitam lurus dan berkulit putih. Perempuan itu hanya tersenyum tipis. "Yang ini, namanya nadine. Anak ibu yang nomor dua. dia lumayan pinter orangnya. Dia juga lagi kuliah ditahun keempat, sama kayak kamu. Sebentar lagi sama sama lulus. Terus cari kerja. Terus nikah. Terus ibu udah gendong cucu. Terus..."
"Bunda.." perempuan yang baru saja dikenalkan Rahma, menegurnya.
" oh iya. Maaf. Maaf bunda suka ngayal hehe."
Rahma hanya terkekeh menggoda Nadine lalu melirik ke arah Hendro. Tapi Nadine hanya tersenyum meminta maaf atas tingkah bundanya yang memang sering berlebihan." Ini namanya Naomi. Dia sering usil. Terus manja. Kalo ibuk sih wajar. Namanya juga yang paling bungsu. Dia sekarang masih SMA. Lagi masa masa labil."
kemudian gadis remaja di sebelah rahma langsung merenggut
"Bunda juga masih labil kok." Sahut Naomi tak mau kalah.
Hendro tersenyum kepada semua anak anak ibu Rahma. Mereka cantik dan ayu. duduk dan bercengkrama hanya untuk menyambutnya seperti ini, tentu membuat Hendro merasa di hargai. Ia harus bisa akrab dengan mereka. Karna mulai hari ini mereka lah yang akan jadi orang-orang terdekatnya. Karna mereka adalah.. tetangga barunya.
"Bunda..!!!"
Seseorang tiba tiba berteriak keras dari atas tangga. Perempuan itu berlari terburu buru menuruni tangga. Tanpa takut akan terjatuh atau tersandung. Ketika perempuan itu sampai dihadapan mereka semua, Hendro mengamati perempuan itu dari kepala hingga kaki. perempuan itu terburu buru mengikat rambutnya, sambil menggelangkan satu bola basket yang dikelilingi jaring jaring bersimpul. Perempuan itu juga menggunakan sepasang baju basket yang tampak kebesaran di tubuhnya.
Tanpa memperdulikan semua orang yang menatapnya sambil mengerutkan kening, ia mengulurkan tangannya kepada Rahma.
"Salim bun... Riri harus cepet. Ada janji main basket bareng sama Rido, Eno."
Rahma yang masih berkerut kening mengulurkan tangannya. Tapi bukan untuk menyambut salam dari putrinya itu. Tapi menarik anak gadisnya itu untuk duduk berdampingan dengan dirinya.
" enak aja main pergi. Tadi kan bunda udah bilang, ada tetangga baru kita yang mau bertamu. Bunda juga udah nyuruh kamu ganti baju yang rapi kan ri... kok jadinya gini.. kan malu kitanya.."
" aduh bun... nanti aja deh ya. Riri beneran udah telat. Nanti Eno sama Rido keburu pulang. Kan bunda tau, mereka gimana..
Yah bun.. nanti aja ya...""Nggak boleh. Kamu bisa pergi. Tapi sebentar lagi, sesudah bunda ngenalin kamu ke nak Hendro." Kata Rahma sambil melirik Hendro yang tersenyum.
Riri mengikuti arah pandang bundanya. Ia terdiam.
" udahlah dek.. duduk bentar aja. Kamu WA Rido gih. Suruh Nunggu sebentar lagi kan bisa.."
Laras yang sedari tadi sibuk memainkan poselnya akhirnya mengangkat suara." iya kak. Bentar aja. Nunggu Bunda ngenalinnya ke mas Hendro. Baru pergi... sini duduk disamping Nao aja." naomi pun membujuk kakaknya itu.
Mau tidak mau, Riri duduk disamping Naomi. Ia menekuk wajahnya kesal.
"Jangan cemberut dong ri.." kata rahma memandang anaknya lalu kembali memandang hendro. " nak hendro, ini lo Anak ibu yang paling keras kepala.. namanya Riana. Duh ibu habis kata deh kalok ngomongin riri.. Tapi yauda deh. Pokoknya kamu bisa mintak tolong apa aja sama mereka. Anggap aja kaya keluarga. Jangan sungkan-sungkan ya.. kita kan udah jadi tetangga. Semoga menjadi tetangga yang akur direstui sama allah. "
Hendro pun kembali tersenyum.
" iya buk. Aku nggak bakal sungkan-sungkan kok."
Hendro menatap putri Ibu rahma yang bernama riri. Perempuan tapak gelisah di duduknya matanya tak henti menatap jam tangan dan ponsel yang dipegangnya. Hingga sedetik kemudian tatapan mereka saling bertabrakan. Riri memandang dirinya penuh kekesalan. Hendro pun menaikkan alisnya bingung.Pembicaraan mereka kemudian mengalir begitu saja ketika akhirnya ibu rahma menanyakan hal yang membuat hendro bingung menjawabnya
"Nak hendro, udah punya pacar belum?" tanya ibu rahma pelan pelan.
Hendro langsung mengalihkan tatapannya dan menatap ibu rahma sambil tersenyum kecil.
"Belum buk. Sejak mama meninggal, Hendro jadi harus sibuk ngurus diri sendiri. Jadi gak sempat buat cari pacar. "
"Oh gitu, lagian gak usah dicari-cari tu jodoh nanti ketemu sendiri kok. Mungkin juga jodoh kamu udah di depan mata. " kata Rahma sambil tersenyum penuh geli.
Seakan tau apa yang dipikirkan bundanya keempat perempuan muda itu menatap rahma kesal.
Dan Riana yang sudah tidak tahan pun langsung berdiri dari duduknya dan mengambil tangan Rahma cepat. Lalu menciumnya dan langsung lagi keluar rumah sambil berteriak
"Riri pergi bun.."
Rahma pun menatap kepergian putrinya.
"Ya ampun si riri.. Maafin dia ya.. Dia memang gitu orangnya. Keras kepala banget."
"Iya buk gapapa. Lagian saya juga mau pamit. Masih banyak yang harus diberesin." hendro bangkit berdiri
"Mau dibantu sama ibuk?"
" ngga perlu buk. Hendro bisa sendiri kok. Permisi dulu ya buk.. kakak kakak.. saya pamit dulu ya.." hendro pamit pergi.
"Dek, arya bakalan dateng. Kamu siap siap gih. " kata Nadine sambil menghadap ke arah Naomi setelah sebelumnya membaca pesan Arya di ponselnya.
Sedangkan Naomi yang mendengar nama Arya langsung melompat dari tempat duduknya dan tersenyum lebar.
"Mas arya mau dateng? Tapi kan ini hari minggu kak.."
"Iya. Dia bilang jadwal dia lagi kosong. Udah cepetan siapin buku-buku kamu gihh.."
"Ok " naomi pun langsung menuju ke kamarnya dengan cepat.
Malta_vee
KAMU SEDANG MEMBACA
LNRN
RomanceJika kamu merasa terluka, jangan coba-coba membandingkannya dengan luka ku. -L- Jika kamu tau di mana letak keberanian itu, maka tolong beritahu aku. -N- Jika kamu mencari kebahagiaan, maka jangan jauh-jauh. Cukup datang kepadaku. -R- Jika kamu bel...