Nadine fikir hari ini adalah salah satu hari paling melelahkan. Ia tidak bisa tidur sampai subuh karena harus merawat kakaknya yang sakit.
"Kamu kecapekan ya? "
Arya yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Nadine akhirnya angkat bicara.
Nadine mengangguk jujur.
" kemarin mbak Laras pingsan dan keterusan Sampek demam. Aku sama bunda jagain mbak Laras. Takut makin drop."Arya tidak bertanya lebih. Ia cukup tau apa yang terjadi di keluarga Sanjaya.
"Mau istirahat dulu di unit kesehatan? Soalnya kamu juga agak kelihatan pucat."
"Ngga kok. Aku hari ini ada tugas kelompok. Trus nanti harus lanjut ke ke lab. Aku duluan ya."
Nadine menjawab kemudian berpamitan ketika mereka sudah sampai di depan fakultas kedokteran.
Nadine memang diantar ayahnya setiap hari sampai di gerbang kampus. Namun Arya juga selalu menunggu Nadine agar bisa berjalan bersama ke depan fakultas. Padahal ia sendiri juga sudah memarkirkan motornya di tepat parkir yang jauh dari gerbang utama.
Nadine menolehkan kepalanya melihat Arya yang sudah menjauh. Nadine melangkah pelan.
Dengan setelan rok panjang dan sepatu flat nya, ia berjalan menuju kelasnya.
***
Hari ini kelasnya ditugaskan membuat kelompok untuk penelitian ke rumah sakit Minggu depan. Sebagai tugas untuk semester ini, mereka bakal melakukan praktik CPR pada bayi yang berusia di bawah 1 tahun untuk membuka jalur nafas yang menyempit.
Jujur saja ini sedikit membebani karna melakukan CPR pada bayi dan orang dewasa tentu berbeda. Akan susah meskipun hanya menggunakan boneka praktik. Ada tekanan yang perlu di kontrol.
Dan yang lebih membebani, hari ini tugas ini akan dibagi menjadi beberapa kelompok. Hal itu membuat Nadine lemas. Tugas kelompok adalah hal yang paling tidak disukainya. Bukan apa-apa hanya saja, komunikasi yang tentu dibutuhkan adalah hal yang paling sulit bagi Nadine.
Nadine menghembuskan nafasnya. Ia melirik semua orang yang sibuk mencari kelompok. Sedangkan dirinya duduk diam di kursi paling belakang.
Diam-diam, Nadine menatap ke arah Gilang yang berada di depan dekat dengan dosen. Pria itu sudah dikelilingi dengan orang-orang yang ingin ikut menjadi bagian kelompoknya. Ruangan menjadi sangat heboh.
Nadine ingin. Nadine juga ingin menjadi salah satu bagian dari kelompok Gilang. Menjadi salah satu perempuan yang dengan percaya diri bisa mendekatinya.
Dan seperti seolah bisa membaca apa yang difikirkan Nadine, Gilang menoleh. Ia menatap Nadine.
Nadine tersentak. Ia yang ditatap tiba-tiba merasa gugup. Ia menggerakkan matanya dengan gelisah. Sampai ketika menolehkan kepalanya ke samping. Ke arah Wahyu dan Septi yang terlihat acuh memilih kelompok. Ia langsung sigap duduk di dekat mereka. Bermaksud ingin bergabung dengan kelompok mereka.
Nadine melirik lagi. Kini Gilang tidak menatap padanya. Pria itu sibuk dengan caranya menolak perempuan-perempuan yang tidak diharapkannya datang.
"Saya tidak mau tau bagaimana caranya, namun kelompok harus beranggotakan 4-5 orang. Kalian bisa membagi kelompok sendiri karna saya tidak akan ikut campur." Dosen dengan kacamata tipis dan kecil itu keluar dari ruangan.
"Lo mau bareng kita?" Septi bertanya.
Nadine hanya mengangguk Karana tidak tau harus menjawab apalagi. Toh selama ini jika ada tugas kelompok, ia hanya akan mengikuti dengan pasrah. Namun ini juga sudah ketiga kalinya ia satu kelompok dengan septi. Jadi Nadine fikir itu lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
LNRN
RomanceJika kamu merasa terluka, jangan coba-coba membandingkannya dengan luka ku. -L- Jika kamu tau di mana letak keberanian itu, maka tolong beritahu aku. -N- Jika kamu mencari kebahagiaan, maka jangan jauh-jauh. Cukup datang kepadaku. -R- Jika kamu bel...