JANJI. bagian 12

26 8 12
                                    

Saat ini ada sebuah harapan yang kugantungkan, pada sebuah janji yang kuharap kau tepati.

Kali ini Naomi memasakkan ayam gulai ketika Arya lagi-lagi mampir ke rumah Sanjaya.

Arya memakan makanannya dengan lahap. sedangkan Naomi menopang kan wajahnya dengan kedua tangan sambil memandangi Arya.

"Gimana mas? Enak?"

Arya mengangguk. Ia mengunyah suapan terakhir. Tidak ada makanan buatan Naomi yang tidak enak.

Naomi yang mendapati anggukan dari Arya tersenyum senang.
Apalagi ketika laki-laki itu menolak saat Naomi menawarkan untuk mencuci piringnya.

Arya pria dewasa dan mandiri.  Menurut Naomi Arya adalah pria dengan tipikal sempurna.

"Jadi.., ujian nya dimulai Senin depan ya?"

"Iya. Ujiannya diadakan seminggu penuh mas. Naomi takut gak sanggup belajar seminggu penuh." Naomi memberenggut.

Arya mengerutkan kening.
"Kenapa gitu? Kamu kan udah mas ajarin trik nya supaya ngerjain soal. Seminggu ini kita tinggal bahas soal lho. Materinya udah abis."

"Tapi aku pasti susah. Meskipun udah belajar mati-matian, belum tentu aku bisa masuk 10 besar kaya yang ayah pingin dari aku. "

"Maka dari itu harus lebih giat lagi. Apapun nanti hasilnya, kamu ngga akan menyesal karena sudah berusaha yang terbaik. Sekarang kita belajar. Mas bakal nge print soal-soal prediksinya ya. "

***

"Arghh!!" Naomi mengacak-acak rambutnya.

Arya yang melihat itu mengalihkan matanya dari laptop.
"Ada masalah apa?"

"Nadine pusing mas. Kayanya soalnya terbang-terbang pake sayap di kepala Naomi. " Jawab   Naomi asal.
"Lagian kenapa sih harus pinter. Toh cita-cita Naomi gak ada sangkut pautnya sama pelajaran sejarah, geografi apalagi olahraga. Semuanya gak penting mas."

"Emang cita-cita kamu apa?"

Naomi tersenyum lebar sebelum menjawab.

"Aku pengen buka restoran makanan Nusantara menunya banyak, enak, harganya terjangkau lagi. Trus.."

Aku pengen nikah sama mas Arya kalo udah gede nanti.  Cita-cita aku cuma itu mas

Naomi melanjutkan dalam hatihal yang tidak bisa ia utarakan.

"Trus apa?"

"Trus punya uang yang banyak biar bisa ngajak ayah sama bunda jalan-jalan. Trus nikah sama cowo yang Naomi suka" jawabnya sambil tersenyum bahagia.

Arya menghela nafas.
"Memang kamu gak perlu mendalami semuanya Nao, tapi kamu perlu mengerti. Siapa bilang gak penting? Semua pelajaran itu penting. Apalagi kamu mau buka bisnis nantinya. Ilmu ekonomi perlu di terapkan dong."

"Lagian kalo kamu ngga mau lanjutin belajar, buat apa selama ini mas selalu datang dan ngajarin kamu. Mas ngerti kemampuan semua orang dalam belajar itu berbeda-beda. Dan mas ngerti kalo kamu ngerasa cepek saat belajar. Tapi Nao, kalo kaya gini jujur mas ngerasa gagal buat ngajarin kamu. Mas merasa bersalah sama ayah kamu kalo ngga bisa buat kamu paham."

Nao terdiam. Ia sadar sudah membuat Arya kecewa. Biar bagaimanapun, Arya menjadi guru bimbelnya juga tidak jauh dari permintaannya kepada ayahnya. Dilatar belakangi alasan jika semua kakaknya tidak ada yang jurusan IPS selain Laras yang sibuk bekerja. Dan tidak ada yang bisa mengajarinya selain Arya.

Arya sudah lelah mengajarinya sepulang dari kampus. Ia tetap sabar. Meski sempat menolak gaji yang diberikan ayahnya.

Mata Naomi sudah berkaca-kaca. Dan Arya mengusap pelan kepala gadis itu .

LNRNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang