Ketahuan. bagian. 23

24 4 17
                                    

Benar, aku sudah terlalu muak untuk bersikap biasa saja. Jadi, biarkan aku untuk memulai kali ini.. -G-

Toko roti bundanya sudah mulai sepi. Jam makan siang sudah berlalu. Hanya ada beberapa orang yang sedang bercengkrama ataupun mengetik dengan laptop di luar atau di sudut ruangan.

Toko roti Sanjaya memang di desain dengan sederhana. Hanya ada kursi kecil dengan meja yang kecil pula. Juga bangku panjang yang langsung menghadap ke kaca estalase di luar. Mereka hanya menyediakan tempat untuk orang-orang yg ingin bersantai atau beristirahat sejenak dari kepadatan ibu kota. Menu yg disajikan hanya roti dengan beraneka ragam jenis dan seduhan teh . Meskipun tidak terlalu besar, tapi ruangan ini dipenuhi dengan bunga-bunga dan tumbuhan hijau yang membuatnya menjadi hidup. Itu karena kegemaran bundanya yang gemar merawat bunga.

Hari ini, tepatnya hari minggu, Nadine  membantu bundanya di toko. Ia membersihkan kaca steling roti.

" Kamu memangnya gak pergi bareng Arya? Biasanya hari Minggu pergi ke toko buku."

Bunda Nadine berjalan ke arahnya sambil membawa nampan berisi roti yang baru keluar dari oven.

Nadine melirik sekilas bundanya
"Gak Bun. Arya pulang ke Bandung kemaren. "

"Ibunya Arya apa kabar ya? Udah lama gak ketemu juga.. bunda kangen deh"

"Waktu terakhir kali Nadine ke sana bareng naomi juga, ibu keliatan baik bunda. Dia mulai usaha buka warung jajanan di depan rumah."

"Wah bagus dong.. biar gak terlalu ngerasa sepi kalo Arya belum bisa pulang ya kan? Bunda jadi gak enak, Arya makin sibuk karna ngajarin Naomi juga.  "

"Makanya Arya udah bisa pulang karna kan Nao udah selesai ujian Bun. Dan dia merengek minta ikut sama Arya"

Nadine berbicara sambil melanjutkan tangannya membersihkan meja di samping meja kasir.

" Kapan-kapan bunda ikut deh.. silaturahmi ya kan?"

Nadine mengangguk hingga kemudian tidak sadar menabrak seseorang di belakangnya. Nadine membalikkan tubuhnya sambil menundukkan kepala minta maaf.

Kemudian ketika mendongakkan kepala, ia terperangah melihat Gilang berdiri menatapnya juga. Nadine tanpa sadar mundur selangkah. Ia kaget.

"Aduh.. hati-hati dong nad"
bundanya memperingati Nadine kemudian tersenyum meminta maaf.

Bunyi suara alarm di dinding berbunyi. Memberikan sinyal suara roti yang telah matang dari oven.

"Rita..!"
Bundanya berseru memanggil satu-satunya pekerja di toko roti ini." Namun perempuan yang selalu Nadine panggil kak Rita itu belum muncul juga.

Bundanya buru-buru melepas sarung tangan nya kemudian bergumam pada Nadine.

"Dilayani dulu pembelinya. Bunda mau mindahin roti"

Nadine yg masih berdiri di depan Gilang dengan mengenakan celemek berwarna oranye dan memegang serbet segera tersadar kemudian berjalan ke balik steling kaca roti.

Ia dengan gugup mencuci tangan di keran yang ada di situ kemudian memakai sarung tangan.

Sejenak Nadine ragu. Harus mengatakan ini atau tidak tapi setelah keningnya mengerut berfikir keras, akhirnya Nadine mendongak dan menatap Gilang.

"Selamat datang di Sanjaya bakery, rasa rotinya di jamin maknyus"

Nadine mengatakannya. Nadine mengatakan slogan toko roti mereka yang kata bundanya harus di katakan saat menyambut tamu. Strategi marketing bunda Rahma.

LNRNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang