Riana mendribble bola basketnya. Di samping garasi rumahnya, ada halaman kecil. Dulu tempat itu di jadikan tempat bermain sepeda ketika ia dan kakaknya masih kecil. Sekarang di jadikan Riana sebagai tempatnya latihan. Ia memasang ring basket dan berlatih sendiri. Untuk membuang suntuk. Memang kecil. Luasnya kira-kira cukup untuk shooting three points.
Riana mendribble lagi. Dan memasukkan bolanya. Berhasil!!
Kini bola itu menggelinding. Riana mendongakkan wajahnya ketika hendak mengambilnya. Bola itu menggelinding lagi ke arah pria yang baru masuk lewat gerbang rumahnya yang kini sudah memegang bola itu. Mengapitnya diantara ketiak dan pinggangnya. Sementara sebelah tangannya memegang satu rantang yang kemarin di berikan bundanya sebagai ucapan syukur kepulangan ayahnya dari rumah sakit. Ia menatap Riana. Memandang dengan tatapan menilai.
Riana menggeram. Ia benci ketika laki-laki ini selalu datang ke rumahnya setiap saat. Riana tau dia adalah tetangga kesayangan bundanya. Bundanya bilang dulu keluarga pria ini tinggal dekat dengan rumah eyangnya di Jogja.. Tapi bahkan Riana sama sekali tidak ingat. Atau dengan kata lain, tidak mau mengingat.
Riana mengerut tidak senang. Apalagi ketika pria yang tidak lain adalah Hendro itu meletakkan rantangnya ke bawah serta mengambil aba-aba untuk melemparnya dan..
Gagal..
Riana mengangkat bibirnya sinis.
"Kalo bego main basket gak usah coba-coba." Sahutnya tajam sambil berlalu mengambil bola yang lagi-lagi memantul tak tentu arah itu.Hendro terlihat kesal. Namun tiba-tiba Hendro menghampirinya dan menghalanginya.
"Lo nantangin gue?" Katanya kini merebut bola basket di tangan Riana.Riana berdecih. Ia menatap remeh pada Hendro. Kemudian memukul bola itu dari tangan Hendro. Hingga kembali memantul. Riana mengejar dan mendribble. Hendro mencoba merebut. Namun Riana terlalu lincah. Riana menghindar kesana kemari dikarenakan tubuhnya yang kecil.
Saat ia berhasil merebut, Riana malah muncul ntah dari mana dan menyalip lalu mencuri bola itu. Menjadikan Hendro kalang kabut. Mereka bertanding tanpa sadar. Mencoba saling merebut. Begitulah seterusnya. Dan Hendro tidak berhasil memasukkan satu Bola pun karna Riana tidak memberi kesempatan. Nafas mereka ngos-ngosan. Riana menertawakan kebodohan Hendro. Mengejek dengan senyum sinisnya.Hendro kesal. Dan tiba tiba berhenti. Ia menatap Riana. Riana tidak peduli. Ia fokus pada permainannya sendiri Sampai ketika ingin memasukkan bola itu, Hendro tiba-tiba meraih dan menggagalkan Riana. Lalu membawa bola itu untuk dikuasainya.
Hendro menarik smirk nya. Mentatap Riana dengan pandangan tidak terbaca.
"Kali ini gue serius."
Riana mengerutkan keningnya tidak suka.
Jadi dari tadi dia nggak serius? Sombong banget nih kakek lampir.
Riana mengoceh dalam hati sambil mencoba merebut bola. Namun ia kesal karena apa yang dikatakan pria itu benar. Ia tidak main-main kali ini. Riana menyalip ke depan Hendro mengambil kesempatan untuk mencuri bola itu namun tiba-tiba Hendro mengangkat bola itu ke atas. Menjauhkannya dari Riana. Riana menjinjit. Namun Hendro juga ikut menjinjit.
selama ini Riana tidak masalah dengan tubuh kecilnya. Ia merasa tidak mengalami kesulitan bahkan saat menshooting bola. Namun untuk kali ini Riana sangat kesal dengan gen yang di dapatnya dari bundanya ini.Riana lagi lagi mencoba menggapai. Namun Hendro lagi-lagi mengangkat lebih tinggi. Alhasil saat ini mereka begitu dekat. Nafas mereka beradu. Riana menatap Hendro. Dan Hendro mengunci tatapan mata itu. Wajah mereka dekat. Dalam diam Hendro menelusuri matanya mulai dari kening gadis ini yang berkeringat, bulu matanya yang lentik, hidungnya kemudian.. bibirnya..
KAMU SEDANG MEMBACA
LNRN
RomanceJika kamu merasa terluka, jangan coba-coba membandingkannya dengan luka ku. -L- Jika kamu tau di mana letak keberanian itu, maka tolong beritahu aku. -N- Jika kamu mencari kebahagiaan, maka jangan jauh-jauh. Cukup datang kepadaku. -R- Jika kamu bel...