PERCAYA DIRI. bagian 7

27 12 17
                                    

"Din, kamu emang harus nyari bahan praktek segini malamnya??"

"Iya. Aku  lupa banget. Sorry ya Arya. Aku ganggu kamu. "

"Ya bukan gitu din, untung tadi aku belum tidur, jadi bisa nemenin kan? Tapi kalok tadi papa kamu nggak ngajak aku ngobrol, aku pasti dah molor dan kamu pasti nekat keluar sendirian."

Arya sedikit kesal pada Nadine yang selalu nekat keluar sendirian. Padahal dia seorang perempuan. Kan bahaya kalau berkendara malam sendirian. Biar bagaimanapun Arya sangat menyayangi Nadine. Nadine sudah ia anggap seperti saudara perempuannya. Bukan hanya Nadine yang ia sayangi tapi seluruh keluarga sanjaya yang sudah sangat berbaik hati padanya.

Seperti memberikannya tempat untuk menginap dirumah mereka seperti saat ini.

Arya menguap kecil. Berusaha menghilangkan kantuknya. Tadi bapak Rihardi mengajak Arya berbincang tentang tawaran pekerjaan ke perusahaannya setelah wisuda. Mereka berbincang sampai jam 11 malam. Hingga saat berniat menyudahi dan pergi tidur, Arya melihat Nadine yang tergopoh-gopoh keluar kamar dengan memegang kunci mobil pak Rihardi. Mengatakan keharusan ya membeli bahan praktik yang ia lupakan.

Arya lagi-lagi menguap. Membuat Nadine yang berada di sebelahnya tidak enak.

Pasalnya yang saat ini menyetir adalah dirinya. Ia bisa saja terbuai dengan kantuk itu hingga menabrakkan mobil bapak Rihardi ke tiang lalu lintas.

Mereka sampai di apotik yang masih buka. Bukan apa-apa namun saat jam 12 malam, sangat jarang ditemukan  apotik yang masih melayani pembeli. Nadine turun dengan memegang dompet di tangan kirinya. Namun setelah seseorang keluar dari apotik itu, mata nadine pun fokus pada pemilik apotik yang malah membalikkan papan kecil yang berada dipintu. Dari kata 'open' menjadi 'close'. Nadine segera berlari memanggil si pemilik apotik.

"Mbak maaf. Saya mau beli satu paket kotak p3k. Bisa kan??"

Sementara itu Arya turun dari mobil  menyusul nadine.

"Aduh maaf mbak. P3knya semua udah dibeli sama mas yang itu. "

Kata pemilik toko sambil menunjuk ke belakang punggung Nadine.

Nadine menoleh mencari cari pria yang dimaksud dan seketika terdiam melihat pria yang sepertinya sudah sedari tadi menatap mereka dengan pandangan datar.

Arya ikut menoleh dan mengernyitkan kening sambil memaki situasi.

Arya juga sudah sangat gemas dengan kebetulan ntah takdir yang dialami nadine.

Arya menarik nafasnya. Yahh mereka sudah jauh-jauh kemari dan biar bagaimanapun Arya akan usahakan mereka pulang dengan membawa hasil.

Nadine masih diam, ketika Arya menghampiri pria yang tak lain Gilang. Ya. Yang saat ini Arya maksud adalah Gilang Tirtawijaya. Sosok yang Arya bilang ingin ia pukul wajahnya dua hari yang lalu.

" hmm maaf. Lo yang beli semua p3k kan?  Kayaknya punya lo banyak. Keberatan gak kalo kita beli satu kotak aja?" kata arya sambil melirik kantungan besar ditangan gilang.

Arya tidak ingin berbasa basi say hello,  mengenalkan diri, atau sok kenal dengan mengatakan mereka satu kampus. Ia hanya mencoba terlihat sopan ketika meminta kotak p3k itu.

Gilang pun diam. Wajahnya datar. Mengatakan kesamaan akan ketidakpedulian mereka.  Gilang menatap Arya kemudian menatap lama pada Nadine yang juga sedang menatapnya.

Nadine gugup. Tentu saja. Ia takut. apakah Gilang mengenalnya ? Apa arti tatapan datar Gilang?

Nadine pun semakin gugup ketika
Gilang mengacuhkan Arya dan menghampiri Nadine yang masih berdiri di depan toko. Nadine mencoba mengalihkan wajahnya. Ia meremas dompetnya  ketika gilang melangkah dengan pasti.

LNRNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang