Nyaman, Tenang, Senang. bagian. 20

16 5 19
                                    

Tunggu, aku baru memulai..
bersiaplah..
aku akan secepatnya menaklukkan mu.
Tunggu aku.
Jangan kemana-mana..😊

Naomi menatap kata-kata pada buku di hadapannya. sudah 26 soal ia kerjakan. Namun saat ini kepalanya terasa sakit. Belum lagi jarinya yang terasa membengkak di bagian ujungnya karena terlalu lama menulis ringkasan penting materi untuk persiapannya. Naomi memejamkan mata dan menekan pangkal hidungnya.

Rasanya sangat lelah. Semakin hari Naomi merasa semakin di kejar waktu. Ia merasa belum cukup untuk menguasai materi. Bukan karena ia menjadi sangat rajin. Mungkin bisa di bilang begitu. Namun masalah utamanya adalah karena dia terlalu banyak bermain-main selama ini. Dia harus belajar dari awal lagi hingga membuat kepalanya terasa memanas.

Naomi akui dia memang bodoh. Namun perasaan untuk membalas dan membanggakan kebaikan ayah dan bundanya, membuatnya bertekad agar bisa masuk sepuluh besar saat ujian nanti. Belum lagi iming iming janji Arya yang akan mengabulkan satu permintaannya, membuat Naomi seperti mendapat hasrat semangat yang menggebu-gebu.

Namun kini otaknya sudah mulai lelah dan tangannya yang sudah terasa sakit belum lagi kepalanya yang terasa semakin berdenyut seolah memaksanya untuk berhenti.

Naomi menekan lagi ujung kepalanya. Berniat menyelesaikan 4 soal terakhir. Namun tiba-tiba pandangnya terasa mengabur. Naomi menggelengkan kepalanya mengusir pandangannya yang terasa buram. Tapi saat itu pula tetesan darah jatuh di lembar bukunya.

Naomi meringis pelan. Ia mengusap hidungnya pelan dan kemudian merasakan darahnya merembes. Naomi cepat-cepat mengambil tissue yang juga berada di meja belajarnya. Kemudian menggulung dan menjadikannya penyumbat di kedua lubang hidungnya. Namun tissue tersebut tersisa hanya selembar.

Naomi berdiri dari bangkunya dengan mendongakkan kepalanya ke atas dengan sebelah hidung yang belum di sumbat. Dia membuka kenop pintu berniat mengambil tissue yang ada di ruang tamu. Namum dia malah menabrak tubuh tinggi di hadapannya.

"Duhh!! Hati-hari dong Nao. Kamu ngapain..Loh kamu kenapa?? "

Arya meletakkan teh jahe yang di bawanya di dalam botol termos.
Kemudian menangkup kedua pipi Naomi.

"Ini kenapa jadi mimisan gini? Cobak sini liat?"

Naomi di tarik duduk di sofa ruang tamu. Arya mengambil selembar tissue dan menyumbatnya di hidung Naomi yang sebelah kiri.

"Mas Arya kapan datang?" Naomi bertanya dengan suara sengaunya membuat Arya terkekeh geli.

"Cck. Kamu ini di tanya apa di jawab apa. Mas dari Bandung langsung ke sini. Tadi ibu nitip ini buat kamu karna besok bakal ujian."

Arya membuka tutup termos dan menuangkan teh jahe yang masih hangat.

Naomi memandang Arya yang dengan perhatian memberikan teh itu ke depan bibir Naomi. Naomi menyesapnya pelan tanpa melepaskan pandangannya pada Arya. Seketika rasa hangat dan aroma jahe itu membuat dirinya rileks. Sakit kepala yang di rasakannya menguap entah kemana.

Naomi tersenyum senang. Belum lagi Arya yang ikut tersenyum. Ya sejak hari di mana Naomi dengan sengaja menanyakan perihal perasaan Arya pada Dinda tempo hari, laki-laki di hadapannya ini jadi jarang datang ke rumah. Bukan berarti ia mengabaikan Naomi. Karna tentu saja Arya masih membalas pesannya. Juga menitipkan contoh soal-soal ujian yang dititipkan pada Nadine. Hanya saja, ketidakhadiran Hendro seminggu belakangan membuat Naomi di Landa rasa rindu.

LNRNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang