BAKAL BENCI MULAI DETIK INI. bagian 5

34 19 20
                                    


Hari minggu menjadi hari sibuk bagi keluarga Sanjaya. Terutama Riana. Perempuan itu akan mulai membersihkan rumah dari lantai atas hingga bawah. Ia mulai dengan menyapu bersih semua lantai hingga mengkilap seperti mama lemon. Kemudian di pel hingga kinclong. Hingga terakhir, menata kembali sofa dengan letak yang mengagumkan.

Ini adalah salah satu keahlian Riana. Jangan pernah berfikir kalau Riana adalah perempuan tomboy dengan sifat pemalas dan amburadul.

Riana adalah perempuan yang sangat sangat benci ketidakrapian. Kepalanya sangat ingin pecah jika melihat barang-barang tidak rapi dan kotor. Contohnya kemarin saat -Farel- balita tetangga sebelah yang di bawa Naomi bermain ke rumah. Rumah mereka seketika menjadi kapal pecah.

Bukan. Bukan berarti Riana tidak menyukai anak kecil. Hanya saja kadang terasa sangat pusing jika anak-anak bermain di dunia fantasinya sendiri. Sehingga terkadang membuat kekacauan untuk orang seperti Riana.

Hari ini semua orang sedang sibuk. Dimulai dari Naomi yang mencuci pakaian juga membersihkan kamar mandi dan mungkin saat ini sudah selesai., Laras yang menyiram dan membersihkan taman bunga belakang. Ayah yang sibuk bersama pak Ahmad di garasi mobil. Dan saat ini Riana mengambil peran membersihkan seluruh rumah dari lantai bawah hingga ruang tv dan kamar di lantai atas.

Riana menghela nafas lelah sambil menyandarkan bahunya ke punggung sofa. Ia sudah membersihkan hampir semua bagian rumah ini. Dan sekarang rasa lelah lah yang menggerogoti tubuhnya. Iya menipiskan bibirnya dan mengelap peluh didahinya sambil berkata dalam hati bahwa ia masih akan sanggup untuk membersihkan peralatan kebersihan nya dan mengesot ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Riana pun beranjak dan mengambil sapu dan pengepel serta ember yang masih berisi air itu. Ia mencelupkan pengepel kotor itu agar dibersihkan dengan air di ember itu. Ia memerasnya perlahan hingga tetesan air tak lagi terjatuh. Kemudian berjalan ke balkon dan membuang air bekas itu ke bawah.

Byurr..

tanpa tahu bahwa seseorang sudah basah kuyup karna ulahnya

" ehh buset. Apaan nih??!!!"

Hendro memaki dengan keras ketika seseorang menyiramnya dengan air yang tidak ingin Hendro bayangkan habis digunakan untuk apa. Ia mendongak dan mendapati Riana sedang membelalak menatap ke bawah. Ke arah dirinya sekarang.

Riana sangat terkejut ketika sadar bahwa ia sudah secara tidak sengaja membuat basah hendro dibawah sana. Sangkin terkejut nya ia sampai tak sadar jika ember yang masih dipegangnya tadi terlepas. Dan lagi lagi mengenai kepala hendro.

BUKk

Sialan!!

Hendro lagi lagi mengumpat sambil memegangi kepalanya. Ia terduduk ditanah dan meringis.

Tak lama Naomi datang dengan berlari terbitit birit dengan wajah terkejutnya.

Riana juga cepat -cepat menyusul turun ke bawah setelah sadar dari perbuatannya. Ia berdiri menatap pria yang kini masih meringis kesakitan. Ia juga panik namun masih berdiri tidak tau harus melakukan apa.

" ya ampun mas hendro. Kenapa basah kuyup begini?? Malah kepalanya benjol lagi ... Astaga.!"

Naomi datang mebantu Hendro berdiri. Pria itu kemudian berdiri diikuti ringisan kesakitan dari bibirnya.

Hendro menatap tajam Riana yang masih berdiri kaku. Ia mendekati perempuan yang ekspresinya tidak bisa dibaca itu.

" ehh! Lo kenapa sih?? Kayaknya nggak suka bener sama gue? Gue punya salah apa sama lo? Dari pertama ketemu sama lo, gue bikin salah apa sama lo? Kok lo tega teganya nyirem gue pakek air yang brengsek banget baunya.. Ngelemparin ember segala lagi.." kata hendro sambil menatap Riana meminta penjelasan.

Sedangkan perempuan yang dihadapannya tersadar dari bentakan pria itu. Ia yg tadinya khawatir seketika menggertakkan giginya kemudian mencebik.

" siapa jugak yang nyiram lo? Tau namanya 'ketidaksengajaan' gak? Lagian salah Lo sendiri ngapain berdiri di situ? Udah tau semua orang lagi sibuk. Minum tuh air pel. Rasain!!" sahut Riana tak kalah tajam. Ia tadinya berniat minta maaf. Riana menyesal tadi cepat-cepat berlari ke bawah menuruni tangga karna khwatir. Ketika sampai disini ia mendapat siraman pedas dari mulut laki laki itu. Habis sudah niatnya ingin meminta maaf.

Sedangkan Hendro tak menyangka jika mendapati jawaban itu dari seseorang seperti Riana. Ia pikir akan mendapati permintaan maaf.

Sedangkan Naomi hanya melirik takut takut pada dua orang yang sedang beradu mulut itu.

"Lo!!.." Hendro menyipitkan matanya. Ia kehabisan kata kata. Melihat itu Riana semakin menaikkan dagunya menantang.

"Apa!!??" sahutnya galak.

"Lo harus tanggung jawab."
Hendro berkata lantang

Dan setelahnya,, hal yang membuat Riana membelalak tidak percaya adalah hendro yang tiba tiba memeluk erat tubuhnya.

"Lo juga harus ikut basah sama gue. Baru adil.."

Jantung Riana berdetak cepat. Beraninya... Beraninya pria ini memelukkanya.... Riana menggeram pelan dengan wajah memerah. Dia melepas sekuat tenaga pelukan pria itu kemudian menampar pipinya kuat kuat. Hingga Hendro meringis perih.

Dan saat itu bunyi gerbang terbuka. Memperlihatkan kedatangan bunda Rahma dan Nadine yang menenteng belanjaan sambil menatap terkejut pada mereka

"Astagfirullahaladzim"

***

"Jadi tadi Hendro lagi mau ngajarin Naomi main game? Tapi lagi nunggu Nao yang jemur pakaian dulu? Trus tiba-tiba Riana nyiram nak Hendro pake air pel? Trus kamu ditampar?"

Hendro hanya mengangguk pelan ketika ditanya ibu rahma. Ia harus bisa menahan kekesalannya. Apalagi ketika melihat wajah tidak bersalah milik Riana. Rasanya Hendro ingin memelintir kepala perempuan itu.

Riana masih memasang muka judes.
"Makanya, jadi cowok itu tangannya jangan kegatelan. Pake meluk-meluk.. Idihh.."

Hendro semakin kesal dibuatnya. Namun ia tidak memungkiri kesalahannya yang tiba tiba memeluk riana tadi. Ia pun tidak tau kenapa, ia hanya refleks. Karena merasa gemas akan kelakuan dan sikap perempuan itu padanya.

"Riana kamu gak boleh gitu. Nak hendro kan maunya kamu tanggung jawab. Masih bagus tanggung jawabnya gitu. Daripada nanti disuruh tanggung jawab ke KUA gimana? "
Kata rahma sambil menggoda riana.

Hendro berdehem pelan sambil memalingkan wajahnya

Riana menatap kesal pada bundanya yang sempat sempatnya menggoda.

Bundanya kenapa semangat banget sih ngebelain si hendro ini? Emang dia istimewa banget ?

"Kamu minta maaf dong sama nak hendro.."

Riana membelalakkan matanya. Minta maaf? Oh jangan harap. Tidak akan pernah.

"Gak mau. Lagian salah sendiri ngapain meluk meluk. Kan digamparlahh..."

"Yaudah yaudah.. Kamu ambilin handuk sana.. Kasian nak hendro basah kuyup gitu. ".

Riana masih bergeming. Bunda nya ini memang keterlaluan. Dia lebih mementingkan tetangganya, dari pada anaknya yang juga basah kuyup. Riana mencebik tidak sudi mengambil handuk itu

"Itung itung tanggung jawab kamu ri.. Gimana pun kan ini salah kamu nggak liat liat ke bawah balkon."

Riana akhirnya mendengus keras lalu pergi mengambil handuk, dan langsung melempar handuk itu ke pangkuan hendro. Dan pergi berlalu.

"Riana mau kemana? Kok langsung pergi?"

" mau ngebasket bun. Bosan dirumah. Nanti silap dikit riana bukannya nyiram atau nampar orang itu lagi, malah riana gorok tu leher sangkin keselnya" judesnya

Riana sadar, itu memang kesalahannya. Namun ia masih kesal pada hendro yang memeluknya tiba tiba. Selama ini belum ada seorangpun pria yang berani memelukkanya. Riana menggeram lagi kemudian menghentak hentakkan kakinya ke lantai. Ia yakin, mulai detik ini ia akan benci pada pria itu.

Sedangkan rahma terkekeh mendengar hal itu. Riana memang bermulut tajam, namun hanya rahma yang betul betul tau, bagaimana mulia nya hati anak gadisnya itu.

Malta_ vee

LNRNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang