Hujan Di Waktu Sore. bagian 11

29 8 11
                                    

Di setiap kehidupan orang, akan ada satu kenangan yang melibatkan hujan di dalamnya. Hujan.. selalu punya cerita.

Hari ini hujan deras. Nadine duduk di salah satu halte di gerbang kanan kampusnya. Ia duduk di ujung. Diantara beberapa orang yang juga sedang menunggu angkutan atau jemputan. Nadine mengeluarkan dua bungkus kue dengan rasa yang berbeda dari dalam tasnya. Tadi pagi ia mengambil kue itu dari toko bundanya. Hal itu karena Nadine tidak ingin makan siang di kantin hari ini. Arya punya tugas kelompok dengan teman satu jurusan management nya, jadi dia tidak bisa menemani Nadine.

Nadine lupa memakan kue itu karena sibuk memilih buku di perpustakaan. Maka dari itu ia berniat memakannya seorang selagi menunggu Arya dan ayahnya yang pergi ke rumah sakit untuk check up.

Pasalnya ayahnya baru keluar rumah sakit dua hari yang lalu. Bukan luka parah, hanya luka di bagian lengan.

Nadine juga sudah sering mengganti perban dan merawat luka ayahnya di rumah. Untuk apa ayahnya mempunyai seorang anak calon dokter jika merawat luka kecil saja tidak bisa. Namun tentu saja bundanya yang super bawel itu tidak akan tinggal diam jika ayahnya tidak pergi ke rumah sakit untuk memantau luka.

Biar lebih akurat. Soalnya kan Nadine belum resmi jadi dokter. Padahal bunda khawatir sama ayah kalian. Bunda sayang sama ayah. Tapi kenapa kalian ngga ngerti sih?
katanya ketika Nadine dan saudarinya yang lain memutar bola mata sambil mengusulkan untuk tidak perlu ke rumah sakit.

Namun ayahnya yang masuk ke perangkap drama bundanya menyerah. Ia tidak sanggup bila bundanya sudah melontarkan kata-kata sayang.

Alhasil saat ini Arya lah yang mengantar ayahnya sekaligus menjemputnya di kampus setelah selesai dengan tugas kelompoknya. Karna Nadine harus masuk lab siang tadi. Begitupun juga saudari dan bundanya yang tiba-tiba sibuk dengan pesanan kue dalam jumlah yang banyak.

Nadine menyimpan satu kuenya. Dan ia mengigit kue yang didalamnya terdapat cream keju. Alhasil cream itu belepotan mengelilingi bibir bahkan sampai hidungnya. Nadine menjilat, mencoba menggapai cream dengan lidahnya.

Nadine menyerah. Ia mengambil tissue dari dalam tas. Menghapus bekas keju dari bibir atasnya.
Kemudian membuang bungkus ke tempat sampah di dekatnya.

Hari semakin sore. Dan hujan belum juga berhenti meski tidak sederas tadi. Nadine mengeratkan sweater nya. Juga menarik rok panjangnya agar tidak terkena becek.

Orang-orang perlahan pergi, menaiki angkot atau jemputan. Kini tinggal ia dengan seorang perempuan muda yang menggunakan seragam SMP namun tubuhnya tambun. Namun tak begitu lama perempuan itu juga pergi. Nadine menunduk ke bawah kemudian bersenandung kecil mencoba mengusir keheningannya sendiri. Ia kemudian mendongak, menatap kemacetan kota Jakarta. Ia mengedarkan pandangannya kemudian berhenti tepat pada seseorang yang duduk rapat ke tiang halte di ujung lainnya. Nampak melipat tangannya. Orang itu memakai Hoodie hitam dengan kerudung Hoodie yang menutupi kepalanya. Ia tampak sedang tertidur.

Nadine fikir ia hanya tinggal berdua dengan perempuan tadi. Ternyata ada seorang lagi di balik tubuh perempuan muda yang tambun itu.

Nadine kembali menunduk.

Namun dengan cepat menolehkan kepalanya kearah orang itu lagi. Mengamati kemudian Nadine melebarkan matanya. Benar. Ia tidak salah liat.

Orang itu Gilang..

Duduk dengan kaki menjulur ke depan dan topi Hoodie yang menutupi kepalanya.

Nadine cepat-cepat menunduk. Takut jika ia terlihat. Namun kemudian dia tersadar. Gilang sedang tertidur.

Nadine mengangkat wajahnya perlahan. Melirik dari helaian rambutnya yang menjuntai.
Dipandanginya lekat-lekat wajah lelaki itu. Meski jaraknya cukup jauh, tapi Nadine sadar jika Gilang menutup telinganya dengan earphone. Dibalik kerudung Hoodie nya. Pria itu tampak tidur dengan damai.

LNRNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang