satu langkah. bagian 27

12 1 8
                                    

Jadi, jadi, jadi, aku mau minta maaf dulu karna jarang update padahal lagi korona gini gak sibuk-sibuk amat. Nah, mungkin karena udah kelamaan bisa jadi lupa sama alurnya, Hilang feel, trus gak suka lagi ಥ‿ಥ jadi aku saranin buat baca ulang. Atau baca part yg disuka aja. Karena ini ceritanya dari part 1 ke part lainnya lompat-lompat. Jadi bisa ngga ngeh deh.. sekali lagi maaf (。•́︿•̀。)(。•́︿•̀。)
Dan makasih(ㆁωㆁ)🖤


________

"Nadine"

Nadine menoleh kepalanya cepat. Gilang meletakkan tas nya dan duduk di hadapan Nadine.

Saat ini ia ada di perpustakaan.
Dan Nadine masih terdiam.

"Aku di minta Bu Laksmi buat bantu kamu ngeringkas materi gejala penyakit kemarin."

"O oh.. ini aku udah ngerjain setengah. Sebentar lagi selesai. "
Nadine menjawab gugup. Masih terngingan suara Gilang yang memanggil namanya.

" untuk bagian terakhirnya aku aja yg kerjain" Gilang mengeluarkan dua buku yang lumayan tebal dari tasnya.

Nadine hanya diam dan mengangguk. Pikirannya masih kacau namun mencoba tetap fokus. Mereka bekerja dengan diam. Namun seperti biasa, Nadine tidak tahan untuk tidak melirik diam-diam.

Ketika akhirnya pekerjaan Nadine selesai. Ia hanya bisa menatap Gilang yang masih serius mengetik di laptopnya dan sekali-kali melirik buku di sampingnya.

"Ada yang bisa aku bantu?" Tanya Nadine pelan.

Gilang melirik sebentar ke arahnya dan menarik sudut bibirnya.
"Ngga. Ini udah hampir selesai."

Nadine terdiam. Tidak tau harus berbuat apa. Apa ia harus pergi atau tetap duduk? Tapi untuk apa dia di sini? Jika Gilang sendiri tidak memerlukan bantuan. Tapi jika boleh jujur Nadine tidak ingin pergi. Tapi bukankan penolakan Gilang tadi bermaksud mengatakan Nadine tidak dibutuhkan lagi? Nadine bingung saat ini. Tapi kemudian setelah berdebat dengan dirinya sendiri, dia berdiri dan berniat pergi.

" mau kemana? Disini aja dulu."

Nadine yang hendak pergi mengurungkan niatnya. Diam-diam dia tersenyum kecil.

Nadine kemudian mengeluarkan sebungkus roti coklat yang Gilang suka. Dia mengulurkannya ke arah Gilang tanpa berkata apa-apa. Tepat di saat Gilang menyelesaikan ketikannya dan menutup laptop.

Gilang melirik Nadine sebentar dan menatap roti itu.
"Ini buatku?"

Nadine mengangguk pelan. Rautnya wajahnya terlihat ragu. Namun berubah ketika Gilang tersenyum kecil dan menerima roti itu.

Gilang membereskan buku dan laptopnya kemudian berdiri dan berbalik.

Nadine menatap punggung itu. Sambil berkata dalam hati semoga besok masih ada kesempatan belajar bersama Gilang lagi. Nadine pun berdiri dan berbalik berlawanan dengan Gilang. Namun saat itu juga suara Gilang menghentikannya. Nadine berbalik dan menemukan Gilang menatapnya heran.

"Mau ke mana?"

"Pu-pulang?"

Gilang menaikkan alisnya sebelah.
"Kamu gak ikut ngeprint ini? Trus ngasih materi ini sama ibu Laksmi ? Trus ngebuat ibu itu mikir aku ngerjain ini sendirian?"

Nadine merutuk dalam hati. Bodohnya dia berfikir untuk lepas tangan terhadap tugas yang diberikan. Nadine tersenyum tidak enak pada Gilang.

Gilang tertawa pelan. Membuat Nadine mendongak terperangah melihat Gilang yang tertawa kecil melihatnya. Kemudian mengikuti Gilang dari belakang.

Namun Gilang berhenti dan mensejajarkan langkahnya dengan Nadine. Nadine menunduk menyembunyikan senyumnya.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LNRNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang