CEWEK. bagian 2

45 20 15
                                    

Saat dimana seseorang hanya melihat ke padamu, kau melihat kepada orang lain yang tidak memperdulikanmu. saat kau menoleh, orang itu sudah lebih dulu mengalihkan pandangannya darimu, dan kau tidak pernah tau..

"Mas arya haus? Mau naomi buatin teh? Atau kalok nggak jus? Mas arya bilang aja sama aku."

Naomi menatap berbinar pria di hadapannya. Baginya Arya adalah sosok pria yang paling keren. Bukan hanya kepintaran dan wajahnya. Tapi jika hanya sebatas wajah ganteng dan kepintaran naomi tidak akan pernah tertarik, yang membuatnya kagum pada Arya adalah karena sosoknya yang baik hati. Hanya itu? Tidak. Ada sesuatu yg spesial dari arya. Sosok yang membuat naomi bisa mengabaikan semua pelajarannya dan menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menstalking instagram Arya. Padahal Arya hanya mempunyai dua foto di sana.

Arya yang ditawari minum hanya menghela nafas. Ia sudah berceloteh panjang lebar dan ketika bertanya, Naomi malah menawarinya teh? Arya jelas kesal..

Naomi masih tersenyum lebar dengan wajah berseri. Ia tidak memperhatikan apa yang dikatakan arya dari tadi. Rasanya tidak butuh batas waktu untuk bosan menatap Arya.

"Ya ampun naomi.. Kamu ngerti gak yang mas bilang? Mas kan udah jelasin dari tadi.. "
sungut arya dengan kesal. Kadang ia tidak habis fikir dengan kelakuan naomi yang sangat ajaib.

Naomi yang merasa bersalah pun menggembungkan pipinya dan menatap Arya.

"Mas Arya sihh, punya muka  ganteng banget. Aku kan jadi gagal fokus mas.."

Lagi lagi Arya menghela nafas. Menghadapi Naomi memang membutuhkan kesabaran yang banyak. Dan Arya pikir yang ia gunakan sudah melebihi kapasitas yg org lain punya.

"Nao, ini udah mau deket ujian kan? Kamu harus bener bener serius belajarnya... Kamu nggak mau ngecewain bunda sama ayah kan?"

Dan setelah berkata seperti itu, Naomi tau, Arya sudah hampir lelah menghadapinya. Maka ia harus menahan dirinya untuk tidak menggoda Arya sementara. Apa boleh buat? Terkadang memang sangat menyenangkan menggoda laki-laki itu. melihat Arya mengerutkan kening karena ulahnya membuat jantung Naomi berdebar kesenangan.

"Iya deh.. Aku bakal serius."

" yaudah. Mas gak bisa lama lama. Abis ini mau ke toko buku sama Nadine.." kata arya

Naomi mengangkat kepalanya dan menatap arya berbinar

"Aku ikut..! "

Arya mengerutkan kening tidak setuju.

"Aku juga harus cari buku buat ujian " sambung Naomi meyakinkan sebelum mendapat sanggahan.

Meskipun Arya tau itu hanya alasan, namun  ia tidak akan bisa menolak keinginan Naomi.

***
Laras datang ke kantor tepat waktu kali ini. Semalam -Meta- teman sekantor mengatakan akan ada manager marketing yang baru di kantor mereka. Dan karena itu Meta memaksanya habis habisan untuk datang tepat waktu., agar tidak memberikan kesan buruk pada pertemuan pertama mereka. Laras melangkahkan kaki cepat hingga sampai dimejanya. Ia membuka laptopnya dan mulai mengerjakan berkas untuk perencanaan promosi produk mereka.

"Laras !! Kamu itu gimana sih? Kok gak ke lobi? Tu acara penyambutan manager udah selesai . Kamu tau nggak? Muka nya itu ganteng amat deh.. Kayak mukanya selebriti Gitu.."

Laras manatap dan mendegarkan Meta berbicara. Ia hanya diam. Meta menghela napas diakhir katanya.

"Tapi sayang dia nya udah punya istri."

Laras tersenyum kecil, melihat Meta yang aktif berekspresi kadang mebuatnya iri. Perempuan itu begitu terbuka. Laras masih tersenyum ketika pintu ruangan mereka terbuka. Ridwan yang tadinya fokus pada laptopnya tiba-tiba berdiri dan sontak membuat laras dan Meta menoleh menatap pintu yang ditatapi ridwan.

"Selamat pagi." sapa  pria bertubuh tinggi di hadapan mereka.

Meta dan ridwan pun sontak membungkukkan kepala mereka hormat. Laras menatap pria di hadapan mereka dengan tatapan polos. Hingga ketika Meta berbisik di telinganya bahwa pria itu adalah manager marketing yang baru.

Laras mengerutkan keningnya sebelum kemudian mengangguk dan setelahnya ikut menunduk hormat pada pria itu.

"Selamat pagi dan selamat atas promosinya pak. Bapak bisa memastikan apa yang harus dikerjakan pada kami."

"Ya terima kasih.  Saya hanya ingin menyapa dan berharap kita bisa bekerja sama lebih baik kedepannya." pria itu pun tersenyum. Sebelum kemudian melanjutkan.

"Jadi mulai besok saya harap laporan pemasukan dan pengeluaran produk kita sudah bisa dikerjakan "

"Baik pak. Kami akan mulai mengerjakannya."

Hening beberapa saat hingga akhirnya pria itu pamit undur diri

"Cakep kan ras? Iya kan? Mukaknya ituloh.. Mateng banget keliatannya." Laras menatap Meta dan tersenyum kecil kemudian kembali ke laptopnya sambil mengacuhkan Meta dengan celotehannya.

***

"Ri..!  Riri! "

Riana menolehkan kepala saat  seseorang memanggil namanya.
Riana menatap rido sambil mengerutkan kening, melihat laki-laki itu tergopoh-gopoh berlari ke arahnya.

"Kenapa do?"

"Lo nanti ada acara nggak?" tanya pria itu semangat.

"Nggak tau juga sih. Emang kenapa? Basket lagi??" tanya riana berusaha menebak.

"Nggak.. Melani ngajakin ngumpul bareng dirumah dia. Lo bisa ikut kan? Nanti gue jemput deh."

Riana mengerutkan kening bingung. Karena hari ini ia harus menemani bundanya yang cerewet itu berbelanja.

"Nanti gue kabarin di grub deh. Lo semua pada siap-siap aja. Mau gue dateng apa kagak, lo semua bisa ngadain sendiri kan?".

" yaelah ri..  Nggak bakalan seru deh kalok lo gak ada."

Riana kembali menimbang nimbang.
" nanti deh gue usahain. Nanti siang gua harus nemenin nyokap buat belanja. Tapi bakal gue usahain. Beneran deh."

"Ok deh. Kabarin kita ya.!!" kata rido sambil berlari cepat.

***
Riana turun dari motor tukang ojol yang mengantarnya dari simpang jalan tadi. Iya memberikan ongkos hingga kemudian ojol itu pergi dari halaman rumah riana. Perempuan itu membuka gerbang rumahnya. Hingga suara pintu mobil yang tiba tiba berdebam membuatnya sedikit terlonjak.  Ia menolehkan kepalanya ke halaman sebelah hingga tatapannya beradu pada lelaki yang semalam bertamu kerumahnya.

Ya. Dia si tetangga baru kesayangan bunda.

Laki laki itu baru saja menutup pintu garasi mobilnya. Seperti baru saja mengambil sesuatu.
Riana segera memalingkan wajahnya. Dari semalam ketika baru saja bertemu, entah kenapa Riana masih enggan menyapa. Senyum yang diberikannya semalam terlihat palsu baginya. Ia lantas masuk dan menutup kembali gerbang kemudian berjalan dengan langkah cepat.

Hendro mengerutkan keningnya. Bukannya ia tidak sadar bahwa putri ketiga ibu rahma itu sangat tidak menyukainya. Tapi kenapa? Apa mereka pernah bertemu sebelumnya? Atau ia pernah berbuat salah pada perempuan itu?

***

"Nad, kamu udah  dapet bukunya?"
Arya menghampiri nadine yang memegang beberapa buku.

"Udh sih.. Tinggal buku tentang anatomi. Bentar ya.. Aku cari kesana dulu."  nadine menunjuk ke rak buku dibagian sudut toko.

Arya mengangguk setelahnya.  Arya pun mengedarkan matanya mencari satu perempuan yang harus dipantaunya itu. Bukan apa apa hanya saja..  Ah itu dia.
Arya menghampiri naomi yang berada di pinggir rak buku didekat meja kasir. Perempuan itu terlihat semangat memilah pena dan pensil yang menurutnya imut.

"Nao, ngapain disini.? Katanya mau nyari buku buat ujian?"

Naomi mebalikkan tubuhnya menghadap arya lalu tersenyum tanpa dosa sambil mengangkat pena yang dipilihnya ke hadapan wajah arya.

Tuh kan bener.. Noami berulah lagi..

Arya menggelengkan kepalanya dan menatap naomi gemas..  Arya pun lantas menarik tangan Naomi ke rak buku ekonomi. Iya. Pasalnya Naomi itu sangat luar biasa "pintarnya".

***

Malta_vee

LNRNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang