Laras segera mengambil tasnya di atas meja kerja dan merapikan barang-barangnya ketika mendengar kabar ayahnya kecelakaan. Disaat genting seperti ini, laras berusaha keras agar tidak panik.
"Lho kamu mau kemana laras?" Ridwan yang saat itu baru datang seketika bingung saat laras terlihat buru-buru.
"Ayah aku masuk rumah sakit. Aku harus kesana sekarang. " laras diam beberapa saat kemudian melanjutkan." nanti kalo Meta datang, tolong bilangin kalo laporan perencanaan pemasaran produk udah selesai dan aku letakin di laci meja aku. Dan.. Kunci mobil aku letakin aja di laci kedua." jawab laras cepat kemudian membuka gagang pintu.
Namun saat itu kepalanya malah tertubruk dengan tubuh seseorang. Laras mendongakkan kepalanya kemudian tersentak kaget. Ia refleks menjauh
" maaf pak. Saya terburu buru. Saya izin dulu buat hari ini. Laporan pemasaran yang bapak minta sudah saya selesaikan. Permisi..."
Laras tidak lagi menunggu reaksi Rangga. Ia berjalan cepat ke arah lift.
"Laras.."
Laras menolehkan kepalanya dan melihat rangga yang kini berdiri di sebelahnya menunggu pintu lift terbuka.
"Ada apa pak?" laras bertanya. Sebenarnya laras masih merasa tidak enak pada rangga karena kejadian kemarin. Ia masih menebak apakah rangga tersinggung atas perkataan orangtuanya.
"Kamu mau kemana? Kenapa buru- buru? "
Laras ragu untuk menjawab.
"Ayah saya kecelakaan pak. Saya harus kesana dulu. "
Rangga hanya diam dan mengangguk. Kemudian pintu lift terbuka. Dan sialnya lift itu pun sedang kosong. Otomatis ia hanya akan berdua dengan Rangga.
Laras lagi-lagi mencoba mengendalikan dirinya. Mereka memasuki lift bersama sama. Laras mencoba merilekskan tubuhnya. Namun ia tidak bisa berhenti menggigit bibirnya.
Laras melirik Rangga. Mencoba melihat apakah Rangga menyadari kegugupannya. Dan pria itu tetap diam.
Namun kemudian tangan Rangga terjulur ke arah laras. Membuat laras terkejut dan refleks mundur. Ia melihat tangan itu mengulurkan benda yang laras kenal. Tentu saja. Itu dompetnya. Laras merasa bodoh dengan tingkahnya. Tapi ia masih bersyukur tidak berteriak di dalam lift.
Laras kemudian mengambil dompetnya. Ia melirik pada Rangga sekali lagi. Kali ini rangga menatapnya dengan tatapan yang tidak terbaca.
"Semalam dompet kamu ketinggalan di mobil saya. " Rangga menjawab pertanyaan bisu dari laras.
Kemudian keduanya terdiam sampai pintu lift terbuka dan laras melangkahkan kakinya ingin segera pergi.
"Laras.." lagi-lagi Rangga memanggilnya membuat langkah Laras terhenti.
Laras membalikkan tubuhnya.
" Saya akan antar kamu."Laras tersentak kemudian berdehem pelan.
"Tidak usah pak. Saya bisa sendiri"
"Saya merasa saya harus mengantar kamu sekarang. Biar lebih cepat sampai."
"Tidak usah pak. Saya sudah ada yang menjemput" jawab Laras lebih tegas.
Tidak. Cukup sekali. Cukup sekali Laras membiarkan dirinya berdekatan dengan pria ini.
"Kita harus cepat." Sela Rangga langsung. Dan menarik tangan Laras.
Laras tersentak kemudian cepat-cepat menepis tangan Rangga.Rangga sedikit terkejut. Ia melihat Laras hanya diam menatapnya dengan tatapan datar namun tidak tersentuh.
Rangga menyadari keterdiaman Laras.
KAMU SEDANG MEMBACA
LNRN
RomanceJika kamu merasa terluka, jangan coba-coba membandingkannya dengan luka ku. -L- Jika kamu tau di mana letak keberanian itu, maka tolong beritahu aku. -N- Jika kamu mencari kebahagiaan, maka jangan jauh-jauh. Cukup datang kepadaku. -R- Jika kamu bel...