Jarak

28 0 0
                                    

Aku pergi ke mall, aku hangout bersama teman2, aku bersenang2

Aku mengingatnya

Aku makan siang dengan menu kesukaanku

Aku mengingatnya

Aku lelah bekerja dan sesekali memejamkan mataku yang diserang kantuk tak tertahan

Aku mengingatnya

Aku menonton film favoritku

Aku mengingatnya

Aku berbaring di kasurku yang paling bisa memberiku rasa nyaman luar biasa

Aku mengingatnya

Begitu juga dia. Dia mengingatku.
Setiap hari dia habiskan untuk meneleponku, bercerita panjang lebar tentang kesehariannya, pekerjaannya, aktivitasnya, masalahnya.

Aku menyukainya. Suaranya sudah bagaikan candu untukku. Wajahnya adalah tontonan favoritku. Dirinya yang aku mau.

Dia sering mengirim pesan2 singkat dalam jumlah banyak hanya untuk menanyakan hal hal kecil. Dia ingin tahu.

Aku selalu kalah akan itu. Setiap kali dia mengirimkannya, aku selalu tersenyum. Sekuat apapun aku mencoba untuk tidak tersenyum, nyatanya "aku kalah"

Dia sesekali mengirimkan video video dirinya yang kerap kali membuatku tertawa terbahak.

Aku pikir itu lucu.

Tapiii ...
Apakah akan selalu seperti itu? Ada baanyak hal yang ingin aku lakukan lebih dari itu

Aku muak. Tidak perlu munafik.

Aku ingin menyentuhnya.
Aku ingin menari bersamanya.
Aku ingin memeluknya erat.
Aku ingin makan dengannya.
Aku ingin jalan dengannya.
Aku ingin olahraga bersamanya.
Aku ingin "dia".

Jarak itu jahat, bukan.
Karena aku tidak bisa menyentuhnya, tidak bisa bersamanya, tidak bisa di dekatnya , tidak bisa memeluknya, tidak bisa memasak untuknya, tidak bisa menunjukkan senyumku di depannya, dan juga tak bisa memandangnya dengan "nyata"

Jarak itu jahat bukan, membuat dua insan tercekik oleh rindu setiap harinya

Jarak itu jahat bukan,
Jarak itu jahat,

Membuatku melihatnya hanya dari ruang obrolan~

LONG DISTANCE LOVE

Full of word Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang