BEING PART 3

7 0 0
                                    

One fine day, film yang lagi marak maraknya di bicarakan banyak orang karena akting michael ziudith yang memang mengagumkan. Dan kami memutuskan menonton nya malam ini.
Ku sempatkan waktu memesan tiket untuk 2 orang, Ingga dan aku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi malam ini.

"malem tante. Gini, saya pinjem Ingga nya bentar bisa ya tan? Hehe" kataku pamitan sama ibunya Ingga

"Oh Ben, iya malem. Boleh kok, bentar ya tante panggilin" jawab ibunya ramah

"Siapppppp??" kataku dengan alis terangkat dan lengan ku sodorkan ke Ingga meminta ia untuk mengaitkan lengannya di lenganku.

"Siapppppp?! Eh apasih Ben" boro boro meraih lenganku, ia malah menepuk bahuku kuat mengisyaratkan kalau saja ibunya melihat

"hehe, maaf"

"Yaudah ayooo boo"

Ruang tunggu cinemax penuh sesak, biasalah malam ini kan malam nya para anak muda, hehe. Kursi kosongpun tak ada satu pun. Terpaksa aku dan Ingga berdiri sambil menunggu lima menit sebelum pintu di buka.

"Penonton dengan tiket cinema 1 silahkan memasuki ruang teater, film akan segera di mulai"

"Penonton dengan tiket cinema 1 silahkan memasuki ruang teater, film akan segera di mulai"

"Penonton dengan tiket cinema 1 silahkan memasuki ruang teater, film akan segera di mulai"

3x pemberitahuan di ulang, kebetulan kita dapet teater yang gede hehe

Kita duduk di bangku D, sengaja karena tidak terlalu dekat dengan layar dan tidak terlalu jauh, ini posisi ideal menurut kami, apalagi kami memilih kursi no 21 dan 22 jadi tepat di tengah

"Ben, sini liat kamera" aku yang sedang membalas pesan rekan kerjaku segera menoleh ke wanita di sebelahku ini, melihat apa yang ia lakukan

"asemmmmmm, kok kuping beruang? Kan ada kuping kucing yang lebih imut" kataku protes karena Ingga memilih emoji beruang di snapgram nya

"ya kan lu emang beruangnya gw hahaha" tawanya pecah, ia duduk dengan kaki bersila di atas kursi bioskop sambil tangannya meraih popcorn berukuran besar ke dalam mulutnya. Caramel. Ingga suka rasa caramel makanya ku pesan dengan ukuran besar. Dia juga suka lemon tea ketimbang colla. Seakan aku sudah tau semua ya haha

"iya deh terserah nona Lingga anggreni yang terhormat" jawabku dengan meraih minuman di samping kursiku

"heheheheheh" hanya di sambut cengiran kecil dari Ingga yang lalu menatap ke layar bioskop sambil lanjut makan

Aku suka nonton film bersama gadis kecil ini, karena aku suka memandang ekspresi nya yang berubah ubah saat nonton, sesuai genre film nya. Kalau nonton film horror dia bisa saja berteriak kaget dan menggaet tanganku segera karena takut, juga tertawa kencang karena komedi yang di suguhkan dalam film, itu membuatku sedikit malu, di tambah dengan caranya bersikap seakan di rumahnya sendiri, jujur saja aku malu karena membawa seekor kucing liar ini keluar dari kandangnya, tapi aku juga tersihir oleh kucing ini. Dari sekian banyak gadis yang aku kencani, dia yang paling aneh. Dan yang paling aku suka.

"Ingg"

"hah?" jawabnya sambil menyeruput es jeruk di depannya.

"kok tumben pesen es jeruk?" aku bingung karena dia pesan es jeruk dan bukan jus sirsak seperti biasa

"gapapa, sekali kali nyoba yang asem manis, biar tau asem manisnya hidup hehe kalo sirsak kan manis mulu" jawabnya santai masih dengan sedotan di mulutnya

"oalah, hidup itu ya harus manis terus donk kalo bisa Ing, siapa sih yang mau asem haha" kataku dengan pandangan tak lepas darinya

"hidup tuh ga selalu manis Ben, ada banyak rasa, jadi kita ga boleh terbiasa sama manis aja" di ketiknya beberapa kalimat di ponselnya membalas pesan teman sekolahnya, aku tahu karena dia tidak pernah menutupi apapun yang dia lakukan

"kaya kita donk" aku memulai. Entah kenapa denganku malam ini. Sejak tadi aku sangat gelisah. "kenapa sih nolak aku? Kenapa ga boleh pacaran?" aku tidak bisa menahannya lagi. Aku masih ingin meyakinkan dia lagi, walaupun aku tahu jelas alasannya.

"karena kalo kita makan bareng, aku mengaitkan sepuluh jariku membentuk kepalan yang tak rata di depan dada, mengucapkan selamat makan kepada bapa, sedangkan kamu menadahkan kedua tangan menghadap atap  berdoa kemudian mengusap wajah" jawab gadis kecil ini sambil menatapku lekat sampai aku bisa melihat jelas iris matanya.

"Ingg, aku pindah agama ya?" kataku memberanikan diri, padahal aku tak akan.

"Tuhan itu satu Ben, kita yang beda. Jadi, tolong jangan khianati hati kamu ya, jangan maksain diri" deep. Menusuk sekali. Rasanya seperti kami sangat menyedihkan "yaudah apaan sih pake aku-kamu segala haha" lanjutnya

Ku raih tangan kirinya, "Ing, tapi janji ya buat bertahan" 

"tapi sampe kapan Ben? Gw udah berkali kali nolak lu kan, lu yang sampe kapan mau bertahan? Sama orang yang jelas jelas ga bisa nerima lu" matanya seperti memohon

Ku lepas genggamanku, "gw bertahan karna gw tau lu sayang sama gw, makanya gw bakal tetep nerusin ini" ku paksa tersenyum "udah sana makan, tuh sop udah ampe dingin kaya es" 

"nih, mau??" Ing mengulurkan sendok di tangannya yang berisi wortel kemudian memasukkan nya ke mulutku

"cih dasar oon" jawabku sambil mengunyah wortel dalam mulutku

#Debzschelude
#deyyy
#BeIngstory
#BEINGPART3

Full of word Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang