Collaboration: Biggest Failure Ever & Apologies To Turn Down

3 0 0
                                    

"Sudahlah Ga, jangan terlalu terpuruk karena itu" kataku pada pria dengan seragam basket bernomor 6 di punggungnya, yang saat ini terduduk lesu di sebelahku

"Gimana gw gak kaya gini Mel? Kita kalah" jawabnya dengan kepala menunduk menatap nanar sepatu putihnya.

"Ayolah Ga, itu hanya permainan" cetusku sambil memainkan  ponsel

"Bagi lu itu hanya pertandingan biasa, tapi bagi gw itu lebih dari sekedar hanya, Cin. Karna gw jatoh di menit menit terakhir, semuanya hancur, team kita gagal" celotehnya terus menyalahkan diri

"Kalah itu biasa, Ga. Yang penting lu udah keluarin usaha terbaik lu dan temen temen" kataku mencoba menghiburnya

"Tetep aja kita gagal gara gara gw" di tundukkan nya lagi kepalanya yang tadi sudah naik menghadapku

"Udah deh ya! Berhenti nyalahin diri lu sendiri, Tuan Yogga yang terhormat" kini aku yang geram melihatnya terus saja membicarakan kegagalan

Dia diam. Tidak menyahut. Lalu, sayup sayup ku dengar isakan yang coba di tahan

"Ga, lu nangis? Jiahhh... Hahaha gitu aja nangis? Lu cowo bukan sih?" ku toel jidatnya dan ku putar kepalanya menghadapku, dan benar saja ia menangis sesegukan dan itu membuatku semakin terbahak

"Seneng ngetawain gw? Udah lepas! gw lengket lengket bego banyak keringet" katanya sambil memalingkan wajahnya dan melepaskan tanganku di kepalanya

"Udah diem lu, malu noh sama pohon. Dasar cengeng, ck" jawabku masih dengan sisa tawa renyahku karena sangat menggelikan melihatnya menangis

"Lagian, gagal itu biasa, Ga. Hidup tuh ga selalu tentang keberhasilan" Ku nikmati angin sepoi yang waktu itu kebetulan kita duduk di bawah pohon besar dekat sekolah

"Cih, bijak bener seakan akan lu pernah gagal" jawabnya sambil ikut menikmati sapuan angin sore itu

"Lu mau tau kegagalan terbesar gw?" kataku sambil menatapnya lekat

"Apaaa?" dia balik menatap dengan alis di terangkat

"Gw 'hampir' menangin hati lu" aku sangat ingin melihat reaksinya saat ini. Demi tuhan! Tolong jangan berpaling

"Maaf, Cin" benar saja. Dia berpaling. Raut wajahnya berubah, dingin. Persis seperti waktu terakhir kali. "Gw cabut dulu ya, udah di cariin temen temen. Lu jangan kemana mana lagi, langsung pulang kerumah. Sorry hari ini ga bisa nemenin pulang, masih ada latihan tambahan" lalu, melambaikan tangan dan hilang di tembok besar sekolah.

Ku kaitkan tasku di bahu kanan, lalu berjalan pulang

'Selalu saja karena sahabat'

-Debzz
/mungkin lebih baik kalau kita bukan teman/

DAY 07: A MYTH: BIGGEST FAILURE EVER
DAY 08: APOLOGIES TO TURN DOWN

#Debzschelude
#deyyy
#iwantwrite

#VivacityPathwayPrompt07
#VivacityPathwayPrompt08
#VivacityPathway
#WriteToHeal

Full of word Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang