Mati, Stalker

3 0 0
                                    

Pukul 6 sore
Di area kantor.

Aku jadi yang terakhir berada di kantor.
Ketika kulihat sekeliling dan tak ku temukan seorangpun di sana.

"Ah, ternyata hanya tinggal aku disini" ucapku sambil merenggangkan tangan "Baiklah, ayo pulang" lanjutku pada diri sendiri

Ku kunci pintu, lalu berjalan meninggalkan kantor. Setengah perjalanan, handphone ku berdering, kulihat nomor tak di kenal meneleponku, tak ku angkat karena tau itu si peneror. Setiap hari tak bosan bosannya meneleponku.

Ku biarkan saja. Tak ku hiraukan. Aku terus berjalan sampai hampir mencapai pagar rumahku.

Tiba-tiba..
Ada yang datang.
Di belakangku.
Suara decitan.
Bagian bawah sepatunya pasti licin.

Bergegas ku buka pagar dan hendak berlari masuk kerumah, tapi ku rasakan pukulan keras di kepalaku.

Dia menyeretku, sampai ke dalam rumah.
Samar samar ku lihat laki laki dengan jaket kulit hitam dan pisau di tangannya.

Bahunya lebar. Rambutnya cepak. Dan posturnya tinggi.

Siapa dia?..

Tak lama setelah itu, dia meletakkanku di ranjang. Di hisapnya sebatang rokok, dan asapnya memaksa masuk ke hidungku, dia duduk tenang di kursi meja riasku dengan pandangan kosong. Entah apa yang dia pikirkan.

Lalu di buangnya ke lantai puntung rokok tadi. Berjalan mendekatiku

"Aku sayang padamu"..

Lalu aku merasakan hentakan keras di bagian kepalaku, dia membanting kepala ku ke kepala ranjang, berkali kali sampai pandanganku semakin kabur, aku kesulitan melihat.. Ku pikir saraf mataku sudah rusak karena hentakan keras di kepala.
Lalu kurasakan cairan hangat, merah, dan amis mengucur deras dari perutku. Dia menusukku, tak hanya itu, dia merobeknya, menusuk, lalu tarik, lalu di tusuk lagi, lalu menariknya lagi.. Ususku rasanya seperti ingin keluar.. Kaos putihku bahkan berubah warna menjadi merah karena darahku sendiri, tidak sampai disana, orang gila itu lalu mencambukku, mengambil besi panjang yang mungkin sudah dia siapkan sebelumnya, lalu memukul kaki dan tanganku,  jariku rasanya remuk, lenganku patah, kakiku lumpuh, aku merasa sakit di seluruh tubuhku.
Aku ingin mati saja.
Sungguh ini sebuah penyiksaan
Dia lalu memasukkan tangannya kedalam lubang bekas dia menancapkan pisaunya tadi, meraba raba isi perutku, lalu menarik keluar isinya.. Ginjal.. Dan hatiku..
Aku tidak bisa bersuara lagi.. Suaraku habis.. Pita suaraku putus karena ia menggores pisaunya di leherku tadi, dia bahkan mencongkel satu  mataku keluar, Apa ini neraka? Ini lebih daripada neraka.

Aku tidak bisa mendengar apapun lagi.. Aku lalu tidak merasa sakit lagi.. Aku mengantuk..

Dia penguntit yang selama ini menerorku

Full of word Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang