8.

3.7K 162 4
                                    


Suasana kantin sekolah sangat ramai. Ini adalah jam istirahat untuk para murid SMA Taruna Raya. Hampir seluruh penghunu sekolah menghabiskan waktu istirahat mereka di kantin ini.

Di salah satu sudut kantin ada beberapa siswa kelas 9 yang sedang asyik menikmati makanan yang ada di meja depan mereka. Ada tiga siswa yang tengah berbincang dengan masalah mereka di sana.

"Geser ah" pinta Dano yang baru datang membawa bakso di tangannya.

"Cari tempat duduk lain dong, full nih" protes Tio karena tak mau bergeser dari duduknya.

"Badan Lo tuh yang lebar, ngabisin tempat aja" memang Tio itu memiliki tubuh gempal yang selalu dibilang lebar oleh Dano. "Udah geser"

"Iya Lo Tio, punya badan jangan lebar-lebar orang lain gak punya tempat jadinya" goda Yohan di seberang meja.

"ih gue gak lebar cuma berisi aja"

"HaHa bisa aja Lo"

"Tadi tuh ujiannya susah banget, puyeng gue" gerutu Yohan mengingat soal ujian matematika dari pak Darwis yang susahnya mintak ampun menurut Yohan.

"Iya nih, untung aja gue jawab semua"

"wah bener Lo, jawab semua?" Tio tak percaya.

"Iyalah, walaupun gue ngawur jawabnya,  beberapa sih" Jawab Nado dengan cengiran khas-nya.

"Yaelah, gue kira, lo dapet jimat dari mana"

"Huu dasar" ucap Tio dan Yohan bersamaan, sambil melempari Nado dengan snack yang mereka beli.

"Eh, Ham Lo kok diem aja sih dari tadi" Yohan heran karena sejak mereka datang ke kantin Handan hanya diam saja.

Mereka berempat Yohan, Nado, Tio dan Hamdan. Mereka bertiga adalah teman baru Hamdan di kelas barunya, ia sudah menempati kelas itu hampir satu minggu. Iya, Hamdan remaja lelaki yang diam saja sejak tadi. Tangannya sibuk memasukkan roti berlapis selai ke mulutnya yang asyik mengunyah potongan roti itu.
Ia membisu seribu bahasa namun otaknya masih bekerja. Matanya tengah menatap tajam pemandangan di sudut kantin yang lain. Pemandangan yang entah kenapa membuat Hamdan kesulitan berfikir. Ada sedikit rasa tak suka yang mulai menyelundupi hati Hamdan. Entah apa, perasaan yang asing menurutnya.
Hamdan menatap pemandangan itu se-intens mungkin. Di sudut sana, seorang gadis dengan kerudung  panjang sepinggang tengah sibuk bertukar kata dengan remaja laki-laki yang wajahnya dihiasi kacamata. Gadis yang sudah dua hari ini memperlakukannya seperti ibu yang  anaknya sedang marah karena tidak mau dibelikan permen. Siapa lagi kalau bukan Alia.  Gadis yang membuat sebuah rasa bersalah timbul di hatinya sejak tadi malam. Alia yang sejak dari tadi ingin diajak bicara oleh Hamdan namun ia tak memiliki sebuah kesempatan yang tepat.

"Ham, woy" sentak Tio pada teman barunya itu dan hanya dibalas senyuman oleh sang pemilik nama.

Tanda bahwa ia baik dan masih menyimak topik pembicaraan antara mereka. Namun tak dapat di pungkiri sejak tadi Hamdan tak pernah mendengarkan apa yang teman-temannya bicarakan. Mata dan fikirannya masih fokus pada satu titik Alia dan rasa bersalahnya.

"Hamdan kamu dari tadi aku cariin ternyata di sini" suara yang tak asing di telinga. Suara yang pemiliknya telah membuat Hamdan kecewa.

Gadis pemilik suara tersebut datang tiba-tiba di samping Hamdan. Mendekatkan dirinya pada Hamdan yang masih diam di posisinya. "Hamdan kamu udah makan ngak" tanya gadis itu sembari membenarkan tatanan rambutnya yang panjangnya sebahu dengan jemari tangannya.

"Eh Lia lo gak liat Hamdan tuh lagi pegang roti isi" sahut Nado dengan matanya yang melirik menuju roti di tangan Hamdan.

"Lo mah ikut-ikut aja" Lia menyahut dengan nada kesalnya "Udah sana gue mau sama Hamdan" lanjut Lia.

(menuju) Jodoh Halalku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang