39.

1.4K 69 24
                                    

Sejujurnya, aku suka kalau kalian komen, sejelek apapun meskipun sakit hati tapi aku ngerasa ngobrol sama kalian, dan jadi ajang evaluasi buat aku.

Vote please!😁

•••

"Al," Nira mengelus pipi putrinya yang sudah terduduk lemas di lantai dingin rumah sakit yang beraroma jeruk.

"Mi.. hiks.. a-abi," Alia meringsek ke dalam pelukan Nira-Uminya.

"Ini beneran Alia? kok disini?" Nira malah mengalihkan topik pembicaraan.

Pikiran Alia sudah awut-awutan. Ini bukan saat bertanya apakah Alia benar-benar di situ. Tubuhnya bahkan bisa di elus, kenapa masih harus ditanyakan. Ini sekarang masalah Abinya yang sudah... Alia sampai tidak bisa melanjutkannya.

"Mi, Al telat, Abi" Alia masih menangis.

"Abi udah nggak papa kok sayang, udah nggak sakit lagi" mendengar ini membuat Alia makin meringsek ke dalam pelukan Nira. Ia ingat betul kalimat yang Rusyo-Abinya katakan saat Eyang hajinya meninggal dunia. Kalimat Nira hampir mirip dengan itu, masih terngiang di kepala Alia.

"Umi," Alia menangis, masih.

"Ayo ikut Umi" pinta Nira, mengangkat tubuh putrinya untuk berdiri mengikutinya. Berjalan berlawanan arah dengan ranjang sakit berkain putih yang sudah didorong menjauh.

"Mi.. Abi," Alia bingung, Uminya ini kenapa sih, menjauhkannya dari Abinya.

Meski Alia cengeng tapi ia bisa menahan emosinya. Ia ingin melihat tubuh Abinya terakhir kali, tapi kenapa seakan Nira tidak mengijinkannya. Alia bahkan tak melihat wajah sedih dari Uminya, tanpa tangis dan wajah sumpek layaknya dia. Hanya wajah sumringah dan mata berbinar. Apakah karena kehadirannya.

Uminya terlalu kuat sampai bisa menutupi kesedihan yang tak bisa Akia bendung.

"Mi, Abi."

"Iya, ayo ikut Umi," Nira mengelus puncak kepala Alia, menuntun putrinya untuk mengikuti jalannya "Abi pasti seneng lihat putrinya pulang," Nira bahkan sebercanda ini untuk menghibur putrinya.

Gadis itu dibawa ke sebuah ruang rawat inap yang diyakini bukan kelas reguler. Alia hanya pasrah, tak mau melawan Uminya.

Dibukalah pintu ruangan.

Secepat kilat gadis itu berlari setelah mendongakan wajahnya. Berlari ke ranjang sakit, memeluk orang yang sedang duduk bersender sambil menghabiskan makanannya. Tak perduli dengan wajahnya yang sudah becek. Tak peduli jika yang dipeluk akan sesak napas setelahnya.

"Abi.... Al kira-" tidak bisa ia lanjutkan, rasa bahagianya memuncak. Lelaki yang sampai membuatnya pulang ke Indonesia masih bisa ia lihat, ia dekap bahkan ia rasakan detak jantungnya.

Aish, ia salah paham.

"Loh, anak Abi kok disini?" kalimat pertama yang keluar dari mulut Rusyo, ikut terkejut melihat putrinya yang memeluknya dengan wajah kucel itu.

Alia memukul pelan lengan Abinya "Al khawatir sama Abi, masa Umi nggak kasih tau Al" rengeknya.

Dikecup pucuk kepala putrinya yang masih sesegukan itu "udah ya, jelek nanti putrinya Abi" Alia manyun karena Abinya malah menggodanya "Maafin Abi ya, bikin kamu khawatir" ujarnya.

(menuju) Jodoh Halalku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang