42.

2K 57 13
                                    

Last chapter to the epilogue, huhu.. 🤧
Last vote.

••••

Alia pikir Nira benar, seharusnya dia tidak usah kembali pulang saat ini.
Harusnya ia lebih waspada dan sabar. Menunggu disana dan pulang pada waktu yang tepat, yang telah ditentukan.

Dirinya sekarang tidak tahu bagaimana takdir hidupnya bergulir.

Kegegabahan membawanya pada penyesalan. Segalanya terlalu gegabah, terlalu cepat untuk bisa Alia terima dengan mata terbuka. Sekuat apapun dirinya berkata bahwa semua kan baik-baik saja, nyatanya semua tidak akan baik jika Alia dibawa ke dalam dunia yang tidak ada dalam kemauannya.

Sejak semalam ia tak tahu harus bagaimana. Keputusan gegabah yang ia ambil malah membawanya kedalam penderitaan batin seperti ini. Dia uring-uringan sejak semalam. Memaki dirinya sendiri karena menyetujui ajakan menikah kilat ala Hamdan.

Menangis sampai sesegukan dan tenggorokannya kering. Menangis memang bukan jalan keluar untuk sebuah masalah, tapi apa salahnya menyadari kalau diri sendiri terlalu rapuh untuk menjadi kuat. Apa salahnya meneteskan air mata untuk hukuman atas kesalahannya.

Sejak semalam, Alia tidak bisa menghubungi Arozy lagi. Bahkan nomor yang dengan sengaja dan tudak diharapkan mengiriminya foto tidak bisa dihubungi. Nomornya di blokir.

Kecewa.

Tidak bisa Alia pungkiri dirinya sangat kecewa pada Arozy, Hamdan, Rusyo, Nira, dan semua orang, terlebih pada dirinya sendiri. Dia yang tidak bisa menghentikan masalah di depan matanya sendiri. Tapi, dirinya masuh berharap pada Arozy. Berharap yang sangat menyakitkan. Dimana Alia tahu, sahabatnya itu mustahil akan datang dan menolongnya pergi. Bak Rama yang menyelamatkan Sinta dari sekapan sang Rahwana. Alia berharap sebesar itu. Tapi kecewanya juga sama besarnya.

Dirinya bodoh, benar-benar bodoh.

Tok tok tok

"Alia" suara Nira dari balik pintu.

Alia ujung matanya juga bekas air mata di pipinya. Menghadap cermin, memastikan agar matanya tidak terlihat sembab. Semalam dirinya memangis dan ketiduran. Alia dulu sering seperti ini, saat menonton film. Paginya matanya sudah membengkak, matanya sangat mudah membengkak.

Cklek

A

lia buka pintu kamarnya, yang memang ia kunci sejak kepulangan keluarga Hamdan dari rumahnya. Dia tidak keluar sama sekali, hanya saat Uminya bilang Hamdan dan keluarganya berpamitan pulang, dirinya keluar. Berat hati kalau disuruh keluar, apalagi hatinya tidak karuan saat itu. Tapi ingat dengan Nira, wanita paruh baya itu akan mengomel kalau anak perawannya susah menjaga sopan santun.

"Ayo sarapan" ajak Nira.

Alia menggeleng, menolak ajakan Nira. Dirinya benar-benar tidak nafsu makan kali ini, ia hanya ingin tidur dan berharap saat bangun ini hanya mimpi semata. Berharap agar dirinya lupa dengan masalah yang ia buat. Berharap kalau kehidupannya masih sama seperti sebulan yang lalu. Berharap agar rasa kecewanya berkurang, dan berharap agar tidak ada harapan lagi dalam hatinya.

"Kamu belum makan loh, semalam juga" bujuk Nira, ia khawatir pada kondisi putrinya. Sejak kepulangan keluarga Hamdan dari rumah mereka, anak gadisnya ini tidak keluar dari kamarnya barang sekali. Dirinya harus berbuat sesuatu agar Alia ini tidak seperti ini.

(menuju) Jodoh Halalku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang