Chapter 8 'Everybody wanna steal my boy'

5.2K 404 26
                                    

Sinar mentari yang bersinar terik di luar sana, tidak membuat kedua gadis cantik yang sedang menyukai pria yang sama ini merasakan kehangatannya. Justru sebaliknya, yang satu rasanya menggigil kedinginan sedangkan yang satu tegang bukan main.

Gadis yang kerap di sapa Irene itu tiba-tiba menciut dan tidak berani menatap mata sang mantan sahabat yang sedang menatapnya nyalang seperti ini. Sedangkan Luhan, gadis cantik itu mati-matian menahan emosinya yang sudah di pendam bertahun-tahun, sehingga nyaris membuatnya menggigil menahan marah.

Tangannya terkepal erat, giginya gemelutuk dan matanya memerah namun menatap nyalang pada sang mantan sahabat.

'Lihatlah wajahnya, dia pikir dengan memelototkan matanya seperti itu membuatnya menyeramkan' - Baekhyun

'Kenapa mereka diam saja' -Chanyeol, yang sudah menyiapkan kamera ponsel untuk merekam perang dunia ke dua yang akan terjadi menurutnya.

'Berhentilah menggerutu, kepalaku pusing mendengar kalian berdua' - si ibu hamil yang jengah melihat kelakuan Chanyeol dan Baekhyun yang sudah hampir membuka pintu kamar tempat mereka mengintip. Ini bukan mengintip namanya. Untung saja Luhan yang sedang menghadap mereka, sedangkan Irene membelakangi mereka.

Sedangkan satu-satunya pria yang berkulit tan di sana malah sibuk mengelus perut istrinya dan sesekali menciumi bibir hati Kyungsoo.. Memang dasar mesum kan?

Tapi Luhan berterima kasih kepada mereka, karena berkat kepala Baekhyun dan Chanyeol yang sudah menyembul keluar, sedangkan tubuh mereka masih di dalam. Di tambah lagi entah sadar atau tidak, Chanyeol mengambil kesempatan dengan memeluk pinggang Baekhyun dari belakang. Seketika ingatan Luhan jadi ingat Sehun yang entah berada di mana saat ini, pria itu juga sama saja dengan Chanyeol yang suka sekali mengambil kesempatan dalam kesempitan. Luhan jadi ingin terkekeh melihat kelakuan orang-orang terdekatnya itu.

"Emh.. " Irene berdehem canggung guna menjernihkankan suaranya yang tiba-tiba parau.

"Lama tidak bertemu Luhan-ssi.. Lulu" Irene membatin di akhir kalimatnya.

"Tidak usah berbasa basi" Kata Luhan dingin "Hanya katakan apa yang ingin kau katakan. Aku bukan seorang pengangguran yang mempunyai banyak waktu" Sambungnya sambil menyilangkan kakinya dan bersedekap dada, Choi Luhan sekali.

Dua kepala berbeda ukuran yang masih menyembul di balik pintu itu mendengus geli saat mendengar suara dingin Luhan. Seharusnya mereka tidak sekhawatir ini kan? Luhan tetaplah Luhan. Siapa yang bisa mengintimidasi wanita angkuh itu.

Dan gadis berambut merah makin hilang nyali, 'ternyata benar desas-desus yang Seulgi katakan jika Luhan sudah berubah?'

Tapi dia tidak boleh menyerah, dia tidak boleh kehilangan cintanya meskipun harus menyakiti sang mantan sahabat untuk ke dua kalinya. Dia tidak perduli sama seperti dulu. Dengan sisa keberanian yang tak lebih dari seujung kuku, Irene ikut menatap mata Luhan dengan tatapan yang sama, serta menyilangkan kakinya sama seperti Luhan.

Lama mereka bersitegang, saling adu tatapan tajam, seakan berlomba-lomba mengatakan bahwa 'Akulah yang paling jahat' melalui mata cantik mereka, yang sayangnya sedang mereka salah gunakan karena keegoisan dan kemarahan yang sedang melanda keduanya. Sebenarnya keduanya adalah wanita yang baik dan sempat berhubungan baik. Namun keadaan dan takdir sepertinya tidak mengizinkan mereka untuk berdamai.

"Jauhi Sehun-ku..!!" Dari sekian banyak kata yang sudah Irene siapkan, hanya itu yang bisa dia ucapkan. Jujur saja, nyalinya yang tadinya hanya seujung kuku.. Sekarang benar-benar nyaris habis tak bersisa. Beruntunglah bakat akting yang di miliknya yang luar biasa.

Dan si gadis bermata rusa hanya terkekeh geli mendengar permintaan sang mantan sahabat, lucu sekali pikirnya. "Kenapa aku harus?" Jawab Luhan masih dengan nada dingin serta tatapan yang masih sama, namun kali ini tatapannya bukan untuk gadis yang berada di depannya ini, melainkan untuk sahabat mulut bebeknya yang sudah benar-benar keluar dari persembunyiannya sejak mendengar perkataan si rubah. Dengan Chanyeol yang sibuk menarik-narik tangan mungil Baekhyun agar tetap bersembunyi. Luhan mendelikkan mata tajamnya pada Baekhyun, sedangkan yang mendapat delikan hanya membalsanya dengan cengiran polos plus v posenya yang dia dapatkan dari Chanyeol.

Million Reasons [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang