Chapter 23 'Now I know'

4K 315 50
                                    

Seperti biasa, Seolah tidak mengenal lelah. Wanita yang menjadi mantan artis ini memasuki perusahaan demi perusahaan, kafe demi kafe, hotel demi hotel dan semuanya berakhir sama, GAGAL. Tidak ada satupun pekerjaan yang dia dapat.

Harus kemana lagi dia mencari pekerjaan? Dia sudah lelah berkeliaran di temani tatapan remeh dan hinaan dari semua orang yang melihatnya.

Dia sudah melakukan penyamaran sebaik mungkin, tapi seolah-olah mereka benar-benar hafal dengan wajahnya, wanita yang berstatus mantan artis ini tetap saja di kenali orang-orang bahkan saat dia di dalam toilet sekalipun.

Dari mulai di tatap remeh, di hina dan di caci maki. Di bully dan yang paling parah di permalukan di depan umum sudah dia alami selama beberapa hari ini.

Seperti saat ini misalnya. Setelah lelah seharian mendatangi beberapa tempat yang dia dapatkan dari internet. Wanita itu sedang mencari peruntungan di salah satu coffee shop yang tidak begitu ternama, bahkan ini jauh dari kawasan apartmennya yang nyaris dia jual demi biaya hidupnya yang tidak sedikit.

Tabungannya sudah hampir habis karena harus membayar banyaknya ganti rugi perusahaan yang bekerja sama dengannya, namun terpaksa di batalkan karena banyak nya penolakan yang menyebabkan perusahaan mereka merugi. Wanita itu harus mengganti rugi semunya. Semua produk yang pernah dia iklankan dulu adalah yang paling besar ganti ruginya. Karena secara tidak langsung dia sudah membuat rugi dan menyalahi aturan kontrak kerja sama mereka.. Membuat nya sering kali gigit jari hingga mengerang frustrasi.

Dia tidak tahu apa yang bisa dia lakukan di cafe ini. Tapi dia harus mencoba.

Di sore hari seperti ini, wanita itu sudah tiba di cafe dan dia harap dia tidak akan mendapatkan penolakan dan penghinaan, lagi.

"Permisi.." Sapanya sopan pada salah satu pelayan kafe yang sedang melintas di depannya.

"Apa di sini sedang menerima lowongan pekerjaan?"

"Maaf nona, bisakah anda membuka kaca mata dan masker anda?" Tanya sang pegawai heran melihat penampilan wanita yang ada di depannya ini. Apa dia seorang selebriti? Kenapa harus memakai kacamata, masker, dan hat yang serba hitam.

"Ah maaf saya tidak bisa Tuan, saya sedang sakit mata dan sedikit flu"

"Kalau begitu silahkan pergi nona. Kami sedang tidak membutuhkan pegawai yang sedang sakit"

Irene meremat roknya dengan kuat. Selalu seperti ini. Dari mulai penolakan halus sampai yang hina sekali pun sudah dia terima.

Bagaimana ini...?

Dengan tangan gemetar takut, wanita itu membuka kacamata hitamnya dan masker yang berwarna senada.

"Omo... " Sang pelayan cafe langsung membekap mulutnya saat melihat siapa yg ada di depannya. Siapa yang tidak tahu dengan wanita yang akhir-akhir ini selalu ramai menghiasi media online dengan segala skandal dan ulah memalukannya.

"Irene-ssi!!? Anda Irene-ssi? untuk apa anda ke cafe kecil kami?"

"Saya ingin melamar pekerjaan, apakah bisa?"

"Hahaha.. yang benar saja.. Ini cafe kecil nona"

Para pengunjung cafe yang sedang ramai langsung menoleh pada sumber suara tawa yang menggelegar di dalam kafe sempit ini. Membuatnya dalam sekejap langsung menjadi pusat perhatian.

Karena tidak mau mendapatkan penghinaan lebih parah lagi seperti yang sudah-sudah. Dengan kepala tertunduk, ia langsung melangkahkan kakinya ke arah toilet belakang setidaknya untuk membasuh wajah lelah dan penuh dosanya.

Lama dia mendudukkan dirinya di dalam salah satu bilik toilet sembari memikirkan segala cara kemana lagi dia harus mencari pekerjaan?sehingga dia tidak sadar jika ada beberapa pengunjung yang mengikutinya ke dalam toilet.

Million Reasons [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang