Chapter 22 'Trapped'

4.3K 315 67
                                    

Setelah keputusannya beberapa hari lalu untuk menemui Luhan harus dia tunda karena pening di kepala dan mual berkepanjangan yang di rasakannya.

Akhirnya hari ini setelah kondisinya sedikit lebih baik. Sehun tiba juga di rumah orang tuanya yang sudah beberapa hari tidak dia kunjungi setelah keputusan bodoh namun dia anggap benar untuk meninggalkan Luhan. Dan dari lubuk hatinya yang paling dalam, sesungguhnya dia berharap jika dia masih bisa menemukan kehadiran Luhan di dalam rumahnya.

Meskipun kemungkinannya benar-benar kecil. Tapi dia benar-benar berharap jika saat dia membuka pintu kamarnya, matanya akan langsung menangkap sosok si cantik yang menyambut kepulangannya dengan senyuman dan pelukan hangat seperti dulu.

Tapi harapannya langsung terhempas begitu keras saat matanya hanya menemukan kamarnya yang kosong dan berantakan.

Bahkan Sehun rasa, Ibunya pun sudah enggan mengurus kamarnya yang menyimpan kenangan pahit di dalamnya, jika di lihat dari banyaknya debu dan pengapnya udara di sini.

Langkah panjang penuh kehati-hatian itu terus menelusuri setiap sudut kamarnya, dari mulai lemari yang menyimpan baju Luhan yang sudah kosong, meja riasnya yang biasanya di hiasi beberapa kosmetik bermerk Luhan juga kosong.

Kaki jenjangnya dia bawa untuk menuju walkincloset nya, tempat si cantik menyimpan sepatu, tas, dan segala perabot penunjang kecantikannya pun juga sudah kosong, menyisakan banyak debu di sana.

Apa Luhannya benar-benar sudah pergi?

Bolehkah dia berharap jika dia masih bisa menemukan Luhan di ranjangnya yang mulai dingin ini?

Bahkan harum tubuh Luhan pun sudah tidak tercium lagi di kamar ini seakan-akan dia memilih pergi melayang mengikuti sang pemilik.

Sehun terduduk lemas di ranjangnya setelah dia tidak menemukan presensi Luhan di dalam kamarnya. Dan tangan gemetarnya menyentuh bantal yang biasa di gunakan si cantik, yang untungnya masih meninggalkan bau harum rambut Luhan yang Sehun sangat sukai di sana.

Dengan tangan yang masih bergetar entah karena apa, dia membawa bantal itu ke dalam dekapannya dan menghirup rakus aroma Luhan untuk menyumbat paru-parunya yang mulai sesak. Sesak merindukan Luhannya yang dia buang begitu saja.

Setelah dia rasa paru-parunya sudah mulai sedikti pulih, langkahnya dia bawa keluar kamar dan menuruni anak tangga rumahnya.

Tapi ketika tiba di pertengahan tangga, Sehun menghentikan langkahnya saat mata tajamnya menemukan sang ibu yang berkacak pinggang dengan wajah khas orang marah, atau kecewa, atau terluka, entahlah Sehun tidak bisa menebaknya.

"Apa anda salah alamat Tuan?" langkah sehun di anak tangga terakhir langsung terhenti saat mendengar nada tidak bersahabat ibunya yang baru dia dengar pertama kali sepanjang hidupnya.

"Eomma..!" Panggilnya lirih.

"Masih berani memanggil ku eomma setelah apa yang kau lakukan pada calon menantuku?" Benar kan dulu apa kata Sehun, jika eommanya benar-benar menyukai Luhan.

"Eomma..!" lirihnya lagi saat mendapati mata tajam penuh kekecewaan di mata cantik sang ibu.

"Mau apa kau kemari..? Jangan mendekat!!" lagi-lagi Sehun menghentikan langkahnya saat mendengar bentakan dari sang ibu.

Million Reasons [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang