BAGIAN SATU
Mocca -
Bundle of Joy• • •
Suasana hening memenuhi atmosfer sebuah ruangan yang ukurannya tidak terlalu luas, namun tidak juga terlalu kecil. Ruangan ini dikhususkan untuk anggota ekskul musik melakukan latihan atau rapat anggota seperti sekarang ini. Mereka semua tengah mengadakan rapat dalam rangka menentukan satu orang kandidat lagi yang akan mewakili SMA Nusantara dalam lomba pentas seni musik tahunan yang diadakan oleh sekolah favorit kedua di ibukota, SMA Tunas Harapan.
Anggota ekskul musik yang mengikuti rapat sebanyak delapan orang tengah kebingungan menentukan siapa yang akan dipilih, terutama Airina. Sebagai ketua ekskul musik, tentu saja ia merasa kebingungan apalagi kandidatnya kali ini terdiri dari lima orang yang merupakan siswa-siswi kelas 11 sudah beberapa kali mengharumkan nama sekolah dengan prestasi mereka masing-masing di bidang musik.
Keikutsertaan mereka berlima dalam pemilihan ini dilakukan melalui proses seleksi dan sekarang, Airina, Davin, dan Tasha kebingungan untuk menentukan satu orang lagi yang akan terpilih untuk mengikuti lomba pentas seni tersebut. Di hadapan mereka, ada Ira, Sheeren, Fathan, Risya, dan Fiora. Salah satu dari mereka akan terpilih untuk menemani satu orang yang telah terpilih untuk mewakili sekolah.
Berbeda dengan keempat temannya, Fiora bukanlah anggota ekskul musik sejak pertama masuk ke sekolah ini. Gadis berkacamata itu baru bergabung selama tiga minggu. Murid baru? Bukan. Ia baru kepikiran untuk bergabung ke dalam ekskul musik karena alasan khusus dan alasan itu hanya dirinya dan Tuhan yang tahu. Fiora dipilih Airina melalui seleksi pribadi yang diadakan oleh dirinya sendiri, tidak seperti teman-temannya yang lain. Menurutnya, Fiora dapat diajukan sebagai peserta karena selain memiliki suara merdu, ia juga mahir memainkan gitar dan piano.
"Sebenarnya, kita masih bingung buat milih salah satu di antara kalian," ucap Airina setelah berdebat dengan pikirannya sendiri. "Melihat kemampuan kalian selama ini, gue, Davin, dan Tasha masih bingung buat nentuin siapa yang bakalan wakilin sekolah."
"Di antara kalian berlima, siapa yang siap untuk mengikuti lomba ini?" tanya Davin, selaku wakil ketua yang membantu Airina dalam pemilihan ini.
Ira, Sheeren, Fathan, Risya, dan Fiora tidak menjawab pertanyaan Davin. Alih-alih menjawab, mereka saling menatap satu sama lain. Lebih tepatnya, mereka juga saling berdiskusi lewat kontak mata.
"Kalau begitu, menurut kalian masing-masing, siapa yang pantas untuk ikut lomba ini?"
Kali ini, bunyi pertanyaannya berbeda. Tak menunggu waktu lama, Ira, Sheeren, Fathan, dan Risya, serempak menjawab, "Fiora!"
Yang namanya disebut, tentu saja terkejut sekaligus bingung. Pasalnya, ia baru saja bergabung tiga minggu dan sama sekali belum menyumbang prestasi dalam bidang musik kepada sekolah. Padahal, teman-temannya ini sudah banyak kali menyumbangkan piala. "Kok gue? Nggak salah, ya?"
"Nggak. Kita berempat milih lo karena kita tahu lo pasti bisa. Apalagi ini kan event pertama yang lo ikuti setelah bergabung dengan ekskul musik. Kita pengen ngasih kesempatan buat lo, itung-itung buat nambah pengalaman kan?" ujar Ira. Gadis itu berusaha membujuk Fiora agar mau mengikuti lomba ini.
"Disini kita nggak permasalahin lo masih anak baru atau nggak, karena yang dilihat disini adalah kemampuan lo dan minat lo buat ikut lomba ini. Iya kan, Kak?" ucap Risya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Always Been You
Teen Fiction#46 in Teen Fiction (23 November 2018) #74 in Teen Fiction (22 November 2018) #792 in Teen Fiction (14 September 2018) #832 in Teen Fiction (13 September 2018) #943 in Teen Fiction (23 April 2018) Kita tidak akan pernah tahu kepada siapa kita akan j...