BAB 17

3.9K 190 0
                                    

BAGIAN TUJUHBELAS

Shawn Mendes -
Act Like You Love Me

• • •

"Besok kamu udah tampil, dek?" tanya Mama kepada Rangga seraya memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Besok, ia harus berangkat ke Medan untuk melakukan perjalanan bisnis bersama klien.

Ngomong-ngomong, dek itu panggilan sayang Mama kepada Rangga. Karena Rangga adalah anak bungsu.

"Iya, Ma," jawab Rangga dengan nada malas. Ia sedang bersandar di pintu kamar Mama. "Emang nggak bisa diundur dulu tanggal berangkatnya? Biar adek bisa ikut antar Mama ke bandara."

Mama memandang Rangga yang sedang cemberut seraya tersenyum manis. Rangga yang sudah hampir tujuhbelas tahun, seketika akan menjadi anak lelaki berusia lima tahun apabila Mama sedang berada di rumah. Ia begitu manja.

"Nggak bisa, sayang. Lagian kamu nanti 'kan bisa jemput Mama aja kalau pulang? Besok biar Randy aja yang nganterin Mama," ucap Mama seraya berjalan ke arah anak bungsunya itu di ambang pintu.

Rangga tetap saja memasang raut wajah cemberut meskipun Mama sudah mengelus-elus kepalanya yang membuat rambutnya menjadi berantakan.

"Mendingan, sekarang kamu salat dulu supaya besok diberi kemudahan sama Allah buat lombanya. Doain Mama juga," ujar Mama seraya tersenyum.

Seulas senyum terukir di bibir Rangga. "Kalau gitu, Rangga ke kamar dulu. Mama istirahat, ya, untuk besok."

Rangga mencium kening Mama. Mama pun melakukan hal sebaliknya.

• • •

Usai melakukan salat Isya, Rangga langsung saja berbaring di tempat tidurnya. Sekarang sudah jam tujuh malam. Itu artinya tinggal menunggu beberapa jam saja, Rangga dan Fiora akan berada di atas panggung yang sama seraya menyanyikan lagu bersama.

Tiba-tiba, kejadian tadi pagi terlintas begitu saja di pikiran Ranggaーsaat Fiora melakukan sebuah prank padanya karena hari ini adalah April Mopーdan hal itu membuat Rangga tersenyum sendiri. Karena ekspresi Fiora saat itu sangatlah lucu, ia begitu bahagia padahal hanya berhasil menipu Rangga dengan tipuan yang sebenarnya sudah membuat Rangga cemas.

Tetapi, bagaimana jika apa yang dilakukan Fiora tadi pagi adalah sebuah clueーsebenarnya bukan clue lagi, melainkan sebuah bentuk pesan frontalーatas apa yang akan ia lakukan esok. Apakah besok ia akan menerima Rangga? Atau, malah menolak Rangga?

Apakah besok Rangga akan lompat-lompat kegirangan di tempat tidur? Atau, akan menangis semalam sambil memeluk guling?

Rangga memejamkan matanya perlahan. Sejujurnya untuk saat ini, ia tidak ingin terlalu berlarut-larut dalam masalah jawaban Fiora. Karena bisa saja hal itu dapat mengganggu konsentrasinya untuk tetap fokus dengan lomba esok hari. Apalagi, lomba ini bukan hanya sekadar lomba biasa, melainkan amanat dari pengurus ekskul musik bahwa Fiora dan Rangga harus menampilkan yang terbaik.

Rangga mengambil ponselnya yang terletak di nakas. Lalu, jemarinya mulai menyentuh layar ponsel untuk mencari nama Fiora di dalam kontaknya. Hatinya berkecamuk, sedari tadi hanya Fiora yang mengisi pikirannya, makanya ia memilih untuk menelepon Fiora. Siapa tahu hal itu dapat menenangkan perasaannya.

It's Always Been YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang