BAB 27

3.2K 142 0
                                    

BAGIAN DUAPULUH TUJUH

Ten2Five -
You

• • •

Kegiatan di sanggar lukis telah selesai, baik Fiora dan Ira sama-sama mendapatkan kesan pertama yang baik saat mengikuti sanggar ini.

Setelah beberapa teman-teman satu sanggarnya pamit pulang, tinggallah Fiora dan Ira yang sedang menunggu jemputan masing-masing di depan sanggar lukis.

"Lo dijemput sama siapa?" tanya Fiora kepada Ira yang kini sedang sibuk memainkan ponselnya. Lebih tepatnya sedang mengetikkan pesan kepada seseorang.

"Nyokap. Kalau lo?"

"Bang Ryan nggak bisa. Jadi, gue minta Rangga aja buat jemput."

Ira manggut-manggut. Bertepatan dengan itu suara klakson terdengar, rupanya penjemput Ira sudah datang.

"Eh, gue udah dijemput tuh. Gue duluan, ya. Bye!" Ira melambaikan tangannya ke arah Fiora dan lekas masuk ke dalam mobil.

Setelah Ira pulang, sekarang hanya ada Fiora dan juga bayangannya. Ia menggerutu dalam hati dimana Rangga sekarang. Apa ia segitu sibuknya bimbingan sampai harus mengabaikan pesan Fiora?

Fiora mendengar nada dering ponselnya yang berada di dalam tas. Seseorang sedang meneleponnya. Namun sialnya, saat Fiora telah meraih ponsel itu, ponselnya malah mati.

"5% tapi jangan mati sekarang dong! Gue belum dijemput."

Fiora mendongak ke atas. Gumpalan awan abu-abu telah muncul ke permukaan langit dan menutupi indahnya senja. Hujan deras pasti sebentar lagi akan turun dan Rangga belum juga datang.

"Duh, Ga, kalau mau ngerjain gue jangan kek gini juga dong," ucap Fiora dengan nada ketakutan. "Lo 'kan tau gue takut naik taksi malam-malam begini."

Hujan pun turun dengan derasnya. Membuat Fiora semakin merasa takut. Baju seragamnya sedikit basah akibat gemercik air hujan.

Rasanya Fiora ingin berteriak sekencang-kencangnya. Ia berharap ada seseorang yang ia kenal dengan baik akan mengantarnya pulang.

Tiba-tiba ada lampu sorot yang menyilaukan mata Fiora. Lampu sorot mobil lebih tepatnya. Fiora mengamati mobil hitam itu yang kini berhenti tepat di hadapannya.

Fiora mengernyitkan keningnya kala melihat sosok laki-laki yang berlarian ke arahnya menembus hujan. Kedua tangannya memegang jaket agar kepalanya tidak basah akan air hujan, namun tetap saja air hujan itu membasahi wajahnya.

Ia kenal lelaki ini.

Fathan.

"Fathan? Lo ngapain di sini?" tanya Fiora.

Fathan mengusap wajahnya yang basah akan air hujan. "Harusnya gue yang nanya, lo ngapain di sini?! Masih pake baju seragam, hujan-hujanan, dan ini udah lewat magrib, Ra!" Nada suara Fathan meninggi menyiratkan rasa khwatir disana.

It's Always Been YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang