Hari minggu pagi, Rangga datang ke rumah Fiora. Semenjak mereka berdua balikan dua minggu yang lalu, Rangga jadi makin gencar ngapelin Fiora, entah itu pagi, sore atau malam. Sejak semalam, Rangga sudah memberitahu Fiora kalau besok ia akan datang ke rumahnya sekaligus belajar bersama karena semester depan, mereka akan melaksanakan Ujian Nasional.
Sekarang mereka sedang menempati balkon di lantai dua. Berada di sini membuat mereka mengenang kembali saat awal mereka berpacaran, mereka tertawa mengingat momen yang tak akan pernah mereka lupakan itu.
"Yah, buku matematika aku ketinggalan di kamar, aku ambil dulu ya," ucap Fiora hendak berdiri.
"Biar gue aja. Di rak buku?" sergah Rangga yang kemudian disambut anggukan oleh Fiora.
Setelah itu, Rangga beranjak dan melangkah ke arah kamar Fiora yang letaknya tak terlalu jauh dari balkon. Rangga membuka pintu kamar cewek itu dan yang paling pertama menyambutnya adalah bau vanila. Selanjutnya, Rangga memandangi setiap sudut dari kamar ini. Sama seperti kamar cewek pada umumnya, banyak lampu tumblr yang bergantungan, frame berisi quotes serta foto masa kecil Fiora. Rangga tersenyum melihat foto Fiora saat gadis itu masih balita, sangat berbeda dengan sekarang.
Namun dari semua hal yang menarik di kamar Fiora, ada satu yang membuat Rangga tersenyum. Figur dirinya dan Fiora terdapat di dalam bingkai foto yang diletakkan di atas nakas. Rangga ingat, foto ini diambil ketika mereka baru saja memenangkan perlombaan itu. Sedangkan foto yang satunya lagi saat masih awal mereka jadian, yang Rangga ingat sebelum Evelyn datang.
Setelah memandangi foto itu, Rangga menemukan sebuah gulungan kertas putih yang diikat dengan pita berwarna merah muda. Rangga yakin kertas ini pasti penting atau mungkin berkesan bagi Fiora.
Namun seingatnya, ia tak pernah memberikan sebuah surat seperti ini kepada Fiora. Apa ini dari Fathan?
Seraya mengintip keluar kamar dan memastikan Fiora masih tetap berada di balkon, Rangga membuka pita surat itu dan mulai membacanya. Rangga sedikit mengernyitkan keningnya ketika membaca tulisan rapi itu.
Bukan ... ini bukan dari Fathan.
Teruntuk seseorang yang menjadi jatuh cinta terbaikku sekaligus patah hati terbaikku...
Tujuan aku menulis surat ini bukan untuk aku berikan kepadamu dan berharap kau akan membacanya. Tetapi, aku menulis ini untuk menumpahkan seluruh perasaanku yang terdalam kepadamu.
Kita (pernah) saling mencintai walaupun pada awalnya hanya dalam diam karena terlalu malu untuk mengakui. Tapi, lama kelamaan, kita bisa menunjukkan perasaan itu di hadapan masing-masing.
Kita bisa saling menunjukkan kepada siapa aku jatuh cinta dan kepada siapa kau jatuh cinta.
Disini aku ingin mengatakan bahwa ini bukan saatnya untuk bermain-main. Setelah apa yang terjadi, aku ingin memperbaiki segala sesuatu yang menurut aku salah. Jadi, ku harap kau pun tahu ini tanpa ku beritahu.
Jujur saja, aku tidak ingin menyalahkan siapapun disini. Aku tidak ingin menyalahkan diriku sendiri yang jatuh cinta padamu, juga tidak ingin menyalahkanmu yang jatuh cinta padaku dan juga dirinya.
Aku menerima semua yang terjadi. Karena, baik aku, kamu dan dia tidak bisa menentukan kepada siapa kita semua akan jatuh cinta.
Aku tidak bisa melarangmu untuk menyukainya karena itu adalah perasaanmu. Kamu yang merasakannya, bukan aku.
Bagaimanapun juga perasaanmu kepadaku juga kepadanya, biarlah perasaanku tetap berada di sini, dia akan tetap setia menunggu, setia menunggu tuannya pulang kembali ke pelukan.
Because...
It's Always Been You, perasaan ini tidak akan pernah berubah.
Rangga sedikit tertegun dengan rentetan kalimat yang ditulis Fiora di sana. Sekarang Rangga paham mengapa Fiora pernah membiarkan dirinya dan Evelyn untuk jatuh cinta, karena semua perasaan itu muncul tanpa disadari. Rangga juga paham kalau Fiora benar-benar menyayanginya.
Rangga tersenyum dan menggulung kertas itu lagi. Namun, satu ide jahil terbersit di pikirannya. Ia tidak membawa buku yang diinginkan Fiora, malah ia membawa kertas itu untuk diberikan kepada Fiora.
"Gue nggak dapat buku lo. Yang gue dapat cuma ini," ucap Rangga seraya mengulurkan gulungan kertas itu ke hadapan Fiora.
Fiora terkejut bukan main dan berusaha menarik kertas itu dari tangan Rangga. Namun, Rangga berhasil menghindar dari cekalan Fiora. Membuat gadis itu langsung cemberut.
"Itu kan rahasia. Ngapain di buka sih?"
"Siapa suruh naruh di nakas," cibir Rangga. "Ngomong-ngomong kapan lo nulis ini?"
Ya, setelah sekian lama Fiora mencoba menyembunyikan sisi puitis nan romantisnya dari Rangga, akhirnya hari ini ketahuan juga. Jadi, terpaksa ia harus menjelaskan dari A sampai Z tentang mengapa ia menulis semua curahan hatinya disitu.
"Pas aku tau kalo kamu mulai suka sama dia. Waktu itu, aku kayak nggak percaya buat curhat sama siapapun. Makanya aku curhatnya sama kertas, nulis semua perasaan aku di sana dan sama sekali nggak pernah berharap kamu baca itu. Karena itu memalukan," tutur Fiora dengan malu-malu.
"Jadi, kalimat terakhir itu benar?" tanya Rangga memastikan kalau kalimat It's Always Been You itu memang untuk dirinya.
Fiora mengangguk. "It's always been you, perasaan aku nggak pernah berubah. Masih sama dan akan selalu seperti itu."
Tanpa izin dari Fiora, Rangga langsung saja menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Dagunya bertumpu pada puncak kepala Fiora dan Fiora menenggelamkan dirinya di dalam pelukan Rangga.
Fiora tersenyum, Rangga pun juga begitu.
"One four three," ucap Rangga.
"Apaan itu?" tanya Fiora.
"I love you," jawab Rangga seraya tersenyum.
Fiora pun ikut tersenyum. "I love you too."
Sungguh tak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan mereka semenjak kembali bersama. Bahkan sulit untuk mendeskripsikan seberapa bahagianya mereka.
"It's always been you, perasaan ini tidak akan pernah berubah."
TAMAT
• • •
Selesaiiii!!👏🏻
Yap jadi prolognya aku ambil dari epilog, sebenarnya dari awal bikin prolog nggak kepikiran kalau bakalan jadi bagian dari epilog juga. Nah baru kemarin w mikir kek gitu.
Jadi cerita ini kayak kilas balik gitu alias flashback.
Soon aku bakalan bikin note tentang cerita ini, mulai dari ide nya dapet darimana sampe kenapa w bisa nulis cerita seribet ini.
Terima kasih buat yang udah baca. Entah silent reader atau yang setia untuk vote hehe. Jangan lupa rekomendasiin cerita ini sama temen temen kalian yang lain ya.
Once again, thank you.
A lots of love,
pacarnya Shawn. ❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Always Been You
Teen Fiction#46 in Teen Fiction (23 November 2018) #74 in Teen Fiction (22 November 2018) #792 in Teen Fiction (14 September 2018) #832 in Teen Fiction (13 September 2018) #943 in Teen Fiction (23 April 2018) Kita tidak akan pernah tahu kepada siapa kita akan j...