BAB 21

4.5K 181 2
                                    

BAGIAN DUAPULUH SATU

One Direction -
Home

• • •

Pagi ini, Fiora bangun telat lima menit dari biasanya. Hal itu dikarenakan karena semalam ia belajar bersama dengan Rangga, Giann dan Lidya hingga hampir larut malamーalias lewat jam tidur Fiora yang biasanya. Sebenarnya, hanya Giann dan Lidya saja yang masuk list perjanjian. Namun, Rangga menganggap Fiora setuju untuk belajar bersama padahal Fiora belum menyetujuinya.

Semalam, Rangga mengajari Fiora fluida statis dengan baik, semua soal fluida statis pun telah Fiora jawab berkat bantuan Rangga. Alih-alih juga ikut belajar bersama, Giann dan Lidya malah asyik mengamati kedua insan yang tengah menikmati waktu berdua mereka dengan cara belajar bersama. Tentu saja, kedua manusia berstatus jomblo ini merasa iri.

Setelah bangun dari ketidaksadarannya, Fiora langsung menyambar handuk dan bergegas ke kamar mandi. Untung saja, hari ini ia masih datang bulan sehingga ia tidak melaksanakan kewajibannya setiap hari.

Setelah ia selesai mengenakan seragam sekolahnya dengan rapi serta menyampirkan tas ranselnya di kedua pundaknya, ia langsung menuruni tangga lalu berjalan menuju ruang makan untuk sarapan pagi bersama keluarganya.

Namun, langkahnya terhenti tepat di depan pintu ruang makan. Matanya melebar kala melihat seorang lelaki yang ia kenali sedang duduk di samping Ayah seraya menikmati sarapan pagi bersama. Di sela-sela sarapannya, mereka juga membicarakan sebuah topik yang kelihatannya sangat menarik.

"Lho, Fiora? Kok nggak duduk?" ucap Bunda kala menyadari Fiora sudah berada di antara mereka semua.

"Ah? Eh, iya." Fiora buru-buru duduk di samping Bunda dengan begitu awkward. Raut wajahnya yang awkward itu ternyata disaksikan oleh Rangga, Ayah dan juga Ryan.

Fiora mengambil sehelai roti tawar dan mengoles selai strawberry di atasnya lalu memakannya. Rangga pun melakukan hal yang sama dengan Fiora.

"Fiora, kok kamu nggak bilang sama Bunda, sih, kalau semalam Rangga datang ke sini?" tanya Bunda dengan raut wajah kecewa, padahal sebenarnya Fiora tahu kalau ekspresi itu hanyalah akal-akalan Bunda untuk mendapatkan perhatian dari Rangga.

"Bunda 'kan lagi ada acara sama Ayah di luar. Lagian, Rangga pulangnya lebih dulu dari Ayah sama Bunda," ujar Fiora lalu ia mengunyah rotinya lagi.

"Bilang aja nggak mau diganggu lagi berdua," cibir Ryan yang direspons oleh Fiora dengan juluran lidah. Ryan pun tak ingin kalah dari adiknya jadi ia juga menjulurkan lidahnya kepada adiknya.

"Duh kalian udah dewasa gini masih aja berantem. Rangga pasti nggak gini, 'kan sama saudaranya?" tanya Bunda kepada Rangga.

Ada satu luka yang diungkit oleh Bunda pagi ini dan itu membuat Rangga merasa tidak enak. Seolah Bunda mengisyaratkan kepada dunia bahwa Rangga tak begitu merasakan rasa persaudaraan yang sesungguhnya baik itu kepada Randy maupun Ratna. Jadi, untuk menutupi perasaannya, Rangga hanya mengulas sebuah senyuman. Senyuman yang terkesan dipaksakan karena hatinya begitu teriris mendengar pertanyaan Bunda yang malah lebih terdengar seperti pernyataan.

Dan Fiora mengamati Rangga dengan senyuman itu. Ia tahu arti senyuman itu. Ia ingin bertanya kenapa, namun momennya tidak tepat dan Fiora yakin hanya dirinyalah yang menangkap bahwa senyuman itu memiliki makna yang berbeda dari senyuman Rangga yang biasanya.

It's Always Been YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang