BAGIAN DUAPULUH SEMBILAN
Shawn Mendes -
Mercy• • •
Fiora benar-benar kesal setengah mati. Ia mencoret-coret kertas cakarannya membentuk angin topan yang biasanya digambar anak SD. Berkali-kali ia mengumpat pelan dan berusaha agar tidak ada yang mendengar, tapi percuma saja karena Giann yang sedang fokus mengerjakan soal ulangan harian Fisika pun masih bisa mendengar berbagai macam umpatan Fiora.
Jika dikilas balik lagi apa yang dipersiapkan oleh gadis itu semalam, wajar jika sekarang ia lebih memilih untuk mengutarakan kekacauan hatinya pada selembar kertas dan juga bolpoin yang menari di atasnya. Pasalnya sejak semalam, Fiora sudah menyiapkan segala perlengkapannya untuk ke sekolah esok hari setelah seminggu absen. Ia bahkan memasang alarm lebih awal dari biasanya. Belum lagi tadi pagi ia sempat berdebat dengan Bunda. Bunda menasehati anak gadisnya itu agar tidak ke sekolah dulu karena kondisinya juga masih demam namun Fiora tetap ngotot ingin ke sekolah karena pengen lihat Rangga pas olimpiade.
Namun ternyata takdir tidak berpihak padanya hari ini. Di saat ia, Giann, Lidya, Fathan dan Vino hendak masuk ke dalam mobil agar bisa menyaksikan Rangga (jadi mereka bolos), Ariーketua kelas 11 IPA 1ーberlari ke arah mereka dan mengatakan bahwa hari ini Pak Ardi akan memberikan ulangan harian Fisika mendadak. Tentu saja, hal itu membuat Fiora, Giann dan Lidya mengumpat secara bersamaan dan harus merelakan Fathan dan Vino saja yang datang menyaksikan Rangga.
Lidya yang duduk di depan Fiora terus fokus mengerjakan soal, begitupun juga dengan Giann. Terkadang Fiora heran dengan kedua sahabatnya itu, mengapa mereka bisa menguasai Fisika sementara dirinya tidak?!
"Lima menit lagi!" seru Pak Ardi yang langsung saja membuat suasana di kelas jadi panik dan ribut di saat yang bersamaan. Semuanya langsung sibuk menengok ke kanan dan ke kiri demi mendapatkan jawaban dari soal kematian itu. Meskipun pergerakan mereka tidak lepas dari pandangan Pak Ardi, mereka tetap gencar menyahut satu sama lain meminta pertolongan. Begitu juga dengan Fiora.
"Gi, gue nyalin punya lo dong! Gue nggak nginget apa-apa soalnya mendadak banget nih ulangan sialan," ucap Fiora.
Giann menyodorkan kertas ulangannya kepada Fiora. Lalu, ia mengambil kertas cakaran yang sudah penuh dengan coretan dan menulis sembarang kata di atasnya sebagai bentuk kamuflase agar Pak Ardi tidak mengetahui kalau ternyata ada seorang murid dermawan di dalam kelas ini.
"Mulai hitungan kesepuluh, kalian harus kumpul di depan kelas," ucap Pak Ardi yang membuat suasana kelas makin panik. Bahkan sudah ada yang berani beranjak dari bangkunya dan membentuk sebuah kelompok.
Fiora segera mempercepat gerakan tangannya. Ia sudah menyalin jawaban empat soal dari lima soal. Tangannya sudah sangat pegal namun ia tetap menulis karena hitungan Pak Ardi sudah berada di hitungan kelima.
"Empat..."
"Tiga..."
"Dua..."
"Duh Fiora buruan dong!" desak Giann yang sedari tadi gregetan karena hitungan Pak Ardi juga sahabatnya yang belum juga menyelesaikan salinannya.
"Satu... kumpul!"
Fiora dan Giann segera berlari ke meja guru dan mengumpulkan tugasnya. Begitupun juga dengan Lidya yang masih sempatnya menulis jawaban seraya berjalan ke depan kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Always Been You
Teen Fiction#46 in Teen Fiction (23 November 2018) #74 in Teen Fiction (22 November 2018) #792 in Teen Fiction (14 September 2018) #832 in Teen Fiction (13 September 2018) #943 in Teen Fiction (23 April 2018) Kita tidak akan pernah tahu kepada siapa kita akan j...