BAB 35

3K 135 1
                                    

BAGIAN TIGAPULUH LIMA

1-800-273-8255 -
Logic feat.
Alessia Cara & Khalid.

• • •

"Rangga!"

Perempuan itu berlari sekencang mungkin dengan derai air mata ke arah ruangan ICU. Ia tidak peduli lagi dengan suster dan beberapa pasien yang menganggapnya sebagai orang gila. Apalagi bajunya benar-benar basah kuyup karena ia menembus hujan turun dengan deras di luar sana agar sampai ke rumah sakit ini.

Ketika ia telah berdiri di hadapan Rangga yang sedang menangis tanpa suara, perempuan itu duduk di sisi kiri Rangga dan merengkuh lelaki itu ke dalam pelukannya--membiarkan lelaki itu menumpahkan segala kesedihannya pada dirinya. Ia mengusap puncak kepala lelaki itu dan berusaha menenangkannya dengan mengatakan semuanya akan baik-baik saja tanpa suara.

"Aku juga pernah rasain apa yang lagi kamu rasain sekarang. Papa sama Mama aku juga meninggal karena kecelakaan saat hujan deras. Tiga tahun yang lalu aku juga berada di tempat ini dan menangis meraung-raung. Jadi, aku paham apa yang lagi kamu rasain sekarang," ucap perempuan itu yang berhasil membuat Rangga menengadah menatap perempuan itu.

"Nangis aja. Tapi, jangan berlebihan." Evelyn mengusap air mata Rangga yang masih terus mengalir. Mata lelaki itu benar-benar sembab karena air mata. "Mama pernah bilang sama aku, kalau suatu saat Mama udah nggak ada, aku boleh nangisin dia sekali aja. Kalau setelah itu aku nangis lagi, itu tandanya aku udah bikin Mama sedih."

Tatapan mata Rangga benar-benar mengarah ke arah iris mata Evelyn. Ia menatap perempuan itu dalam seperti perempuan itulah yang ia percaya untuk mengerti keadaannya sekarang. Tatapan Rangga benar-benar sendu, bahkan ia tidak pernah menatap Fiora seperti itu.

"Aku tau kamu bakalan marah karena aku udah meluk kamu tanpa izin dari kamu, tapi aku cuman pengen nenangin kamu, Ga," ucap Evelyn dengan tulus. "Karena aku sayang sama kamu. Meskipun kamu udah sering nolak aku terang-terangan."

Rangga menggeleng pelan. "Gue nggak bakalan marah. Nggak bakalan ...." Selanjutnya, Rangga menghambur ke dalam pelukan perempuan itu lagi. Ia menangis dalam pelukan perempuan itu, menumpahkan segala kesedihannya kepada orang yang pernah merasakan apa yang ia rasakan sekarang. Mereka berdua saling berbagi kesedihan sebagai remaja yang telah ditinggal oleh kedua orangtua.

Namun pelukan itu harus berakhir, ketika Fathan dan beberapa teman sekelas Rangga datang.

"Mikirin apa, Anjir?" Fathan menepuk pundak Rangga, tentu saja membuat Rangga tersentak.

"Ngagetin aja lo, Kutil!" Rangga menoyor kepala Fathan dan lelaki itu meringis.

Rangga mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas, mencoba mencari sosok perempuan yang sudah seminggu ini seperti menjaga jarak darinya setelah mereka sempat berbagi kesedihan bersama. Nihil, perempuan itu sedang tidak berada di kelas.

To: Evelyn
Ke rooftop sekarang juga. Gue tungguin.

Dengan langkah cepat, Rangga langsung meninggalkan kelas dan berlari ke arah tangga yang akan membawanya ke rooftop.

Di saat yang bersamaan, Fiora, Giann dan Lidya mendapati sosok Rangga yang berjalan cepat ke arah tangga lantai tiga. Mereka bertiga yang saat itu sedang berdiri di depan pintu kelas, tentu saja heran dengan apa yang barusan mereka lihat.

It's Always Been YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang