Bagian Tiga

4.6K 583 7
                                    

"You'd be surprised how much you can have in common with someone completely different from you"

-----


"Lo ngejauhin gue ya, Ko?"

Miko berhasil menjauhi Ella selama beberapa bulan, sebelum Ella mulai merasa. Awalnya, dia punya alasan yang masuk akal, dan cukup bisa diterima. Miko, di 2 bulan pertama kelas 12, harus ikut olimpiade, dan persiapan selama sebulan penuh, bisa membuatnya menghindari Ella, setelah insiden "gue sama lo temenan," itu.

Di hari itu sih, waktu Ella mengatakan itu, mereka sedang ada di rumah Miko. Sebulan sejak masuk kelas 12, ketika Ella dan Rino hanya bertahan sekitar 3 bulan. Mereka jadian sejak persiapan ospek murid baru, Rino juga anak OSIS, dan mereka jadi dekat. Bukannya Miko tidak melihat itu semua, karena toh, Miko juga anak OSIS. Tapi, Miko bisa apa? Selain hanya melihat dari jauh, dan tetap siap sedia kalau Ella memilih pulang bareng dirinya daripada diantar pulang Rino dengan mobilnya.

Ella bilang, dia sudah putus seminggu dengan Rino, waktu Miko tanya, kenapa dia justru ada di rumahnya, di kamarnya, di hari Sabtu, dan bukannya pacaran dengan Rino.

"Gue kan udah putus, Kola," kata Ella waktu itu. Ella selalu memanggilnya Kola, bahkan kadang Kokakola, plesetan dari merk minuman yang terkenal itu. Sedangkan Miko memanggilnya Sela, pelafalan dari 2 suku kata terakhir namanya, Marcella.

Pembicaraan dimulai dengan Ella yang masuk ke kamar Miko, sudah rapi, dan langsung duduk di atas kasurnya, dan mengajak Miko pergi ke luar. Miko, yang di hari Sabtu itu jam setengah 12 siang, belum melakukan apapun selain menyantap 2 helai roti selai coklat yang dibuatkan mama tadi, dan bermain sepanjang hari di depan komputer, hanya menoleh ketika Ella masuk, dan menolak diajak pergi, lalu mengatakan kenapa Ella tidak pergi dengan pacarnya.

Miko waktu itu sedang sibuk dengan komputernya, bermain Harvest Moon kalau tidak salah. Atau mungkin permainan lainnya. Tapi, dia tetap menoleh ke arah Ella, yang tidur-tiduran di atas kasurnya sambil menaikkan kedua kakinya ke udara. Dia sepertinya bersiap melakukan sikap lilin di atas kasur Miko.

"Kenapa putus?"

"Soalnya dia suka rese. Dia bilang, gue manfaatin dia doang selama Ospek, biar ada yang anterin gue pulang aja. Gue bilang aja, gue justru lebih sering pulang sama lo daripada dianter dia. Eh, dia malah ngungkit-ngungkit lo. Katanya, gue terlalu sering main sama lo, padahal gue pacarnya dia, trus apalah semua dibilangin soal lo gitu. Gue kesel, gue bilang aja, ya gue kenal lo udah lebih lama, lama banget malah, ya udah biasa aja, eh trus dia makin marah," kata Ella sambil sekarang menggerakkan kakinya ke kiri dan ke kanan. Miko sudah kembali menatap layar komputer, walaupun sekarang dia tidak memperhatikan apapun di layar komputernya. Hanya telinganya yang berfungsi sekarang, mendengarkan keluhan Ella, yang mungkin sudah menceritakan puluhan cerita putus kepadanya.

"Kan aneh aja mereka semua cemburu sama lo, padahal gue udah bilang, gue sama lo temenan, dan ga ada gunanya cemburu sama Miko."

Tiba-tiba saja Ella sudah berdiri di belakangnya, memandang ingin tahu dari balik bahu Miko. Cowok itu sedikit terkejut, dan kemudian menoleh ke belakangnya.

"Tapi gue bosen di rumah. Papa ada seminar, mama lagi arisan. Jalan-jalan yuk," katanya dengan mata bulatnya, penuh harap. Miko hanya memandangi Ella dalam diam.

"Gue, ehm, gue harus jaga rumah Sel," katanya kemudian. Tidak sepenuhnya bohong. Mama sedang ke supermarket untuk belanja bulanan, papa masih di Surabaya, dan kakak perempuannya satu-satunya sudah menikah 3 bulan yang lalu. Walaupun yah, kalau Miko mau keluar, dia bisa saja menelpon Mama, karena Mama pasti membawa kunci rumah.

Tapi Miko sedang tidak ingin.

Ella cemberut, dan meletakkan kedua tangannya di dada.

"Lo bisa pergi sama yang lain kan? Pasti ada lah cowok yang mau banget nganter kalo lo ajakin sekarang,"

Mauka & MakaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang