Bagian Empat

4.4K 594 20
                                    

"Perfect is not when compatible people re together. It's when you're both opposite but in that way, you both complete each other"

-----

Dan ini dia hari yang ditunggu-tunggu. Bertemu kembali dengan Miko.

Ella duduk di ruang meeting berisi 4 buah kursi berwarna biru langit, dan satu buah meja bundar berukuran sedang. Dia duduk di kursi yang membelakangi pintu, dan meletakkan tasnya di sebelahnya. Sengaja memilih kursi yang itu, karena tidak ingin langsung menghadap pintu dan melihat Miko berjalan ke arahnya. Perutnya bisa melilit tidak karuan, nanti. Walaupun sebenarnya, sekarang juga perutnya mulai terasa aneh.

Ella merapikan ujung pencil skirt nya yang berwarna hitam dengan motif garis samar. Dia mengenakan blus tanpa lengan dengan motif floral lace favoritnya, Akris' product, yang pernah digunakan Meghan Markle dalam salah satu episode Suits, serial TV favoritnya. Ella langsung membelinya secara online setelah menonton episode itu, dan blus ini menjadi favoritnya hingga kini.

Dia tidak mau terlihat sangat rapi atau terkesan terlalu formal, karenanya, dia hanya memakai flat shoes, dan tidak membawa blazernya. Tapi, itupun dia merasa sedikit overdress. Ketika memasuki kantor pAPPilon tadi, dia bertemu dengan resepsionis di depan, yang hanya memakai celana jeans dan kaos pAPPilon, kaos hitam dengan tulisan perusahaan tersebut di dada sebelah kanan, lengkap dengan logonya. Dan memasuki wilayah kerja ketika diantar ke ruang meeting, hampir semua berpakaian sama: celana jeans dan kaos. Bahkan ada yang memakai jersey club bola, dan celana kargo.

Ella lupa, kantor ini hanya berpakaian 'rapi' pada hari Senin dan Selasa saja. Sisanya, bebas asal masih sopan. Tidak celana pendek, tidak kaos kutang.

Ella mendesah. Selain salah kostum, juga karena sudah 10 menit berlalu dan Miko belum juga datang. Bella sudah memberitahu rencananya. Hari ini, Miko akan punya sesi interview sendiri, dan waktu Bella tadi memberitahukan Ella bisa berangkat atau tidak, sebenarnya perempuan itu sedang menimbang-nimbang.

Shall I? Shall I not?

Dan sekarang, rasanya dia ingin memilih yang kedua saja.

Apa yang dia harapkan? Miko datang kepadanya, meminta maaf, mengakui dia memiliki perasaan pada Ella, atau apa?

Ella kembali teringat pertanyaan Bella sebelum mereka berpisah dulu itu, di bandara, setelah Bella menelpon Miko dan memastikan kalau abang sepupunya itu sudah menunggu di luar.

"Sebenernya, lo sayang gak sih sama Mas Miko? Punya perasaan gak sih sama dia? Walau cuma secuil?"

"Entah," kata Ella, mengangkat bahunya. Bella gemas sendiri melihatnya.

"Seriusan Kaaak!" katanya. Dia sudah bersiap-siap untuk berdiri dan meninggalkan Ella yang masih harus menunggu flight nya sekitar sejam lagi. Dan Bella membatalkan niatnya untuk berdiri karena jawaban Ella yang dirasanya tidak memuaskannya. Sama sekali.

"Serius. Gue gak pernah tau gue punya perasaan apa sama Miko. Yang jelas gue nyaman sama dia, seneng bareng sama dia. Sampe gue putus sama Rino pun, kayak yang gue bilang ke dia, kayak gue ceritain ke lo, sampe disitu, gue ngerasa orang gak perlu cemburu sama Miko, karena dia temen gue. Tapi waktu Miko ngomong begitu di kamarnya, gatau kenapa, gue sakit hati, Bel,"

"Kenapa?"

"Itu dia yang masih gue gak ngerti saat itu. Tapi, selama gue dan dia kayak orang asing berbulan-bulan itu, gue mulai mikir. Mungkin, Miko gak Cuma bikin gue ngerasa nyaman di deket dia. Gue juga ngerasa aman. Gue juga ngerasa tenang. Dan waktu dia nyuruh gue untuk hubungin cowok lain, awalnya gue sedih, karna gue pikir, serendah itu pemikiran Miko soal gue. Dia pikir gue cewek model begitu?" kata Ella, menumpahkan kekesalannya.

Mauka & MakaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang