Bagian Dua Belas

3.5K 467 12
                                        

"Tolerance and celebration of individual differences is the fire that fuels lasting love"

-----


Miko memandangi dokumen yang ada di depannya. Dokumen yang tadinya harus ditanda tanganinya, dan juga dokumen yang tadinya akan dikirim ke Om Ferry.

Bagaimana mengatakannya pada Ella tanpa membuat dia sakit hati?

Dia tidak mau membuat Ella terlalu sibuk? Jelas akan membuat Ella merasa tidak dipercayai lebih lagi. Atau tidak mampu.

Tidak mau membuat Ella terlalu repot? Apalagi! Padahal, memang Miko tidak mau, karena Ella sedang sibuk dengan pendaftaran logo dan merk mereka.

Tapi, lebih dari itu, sebenarnya, Miko juga melindungi dirinya sendiri. Melindungi egonya sendiri.

Dia ingin mempelajari term sheet, step-step investasi, dan hal yang berkaitan dengan itu, dilihat dari sisi hukum. Itu sebabnya dia meminta Bella mengirimkan term sheet, dan juga dokumen seeding awal perusahaan mereka, ke Om Ferry, karena dia ingin punya waktu berdiskusi dengan Om Ferry. Masalahnya, waktunya belum pasti, jadi, dengan mengirim dokumen ke kantor Om Ferry, Miko bisa mengatur waktu bertemu belakangan. Toh dokumen sudah di kantor Om Ferry. Kalau-kalau dia mendadak punya waktu dan Om Ferry ada di kantor, dia bisa langsung ke kantor Om Ferry tanpa membuat janji, dan berdiskusi disana.

Mana mungkin Miko bilang, dia tidak paham bagaimana perusahaannya mendapatkan dana, apalagi ingin belajar dari Ella.

Dia, yang sepintar itu, tidak mengetahui bagian dasar dari perusahaannya.

Tapi, sekali lagi, tidak mungkin dia mengatakan itu kepada Ella.

Masalahnya, tidak mengatakan alasannya, juga salah. Lihat saja reaksi Ella tadi.

Miko menarik napas panjang, dan mencoba menenangkan pikirannya.

Dia perlu teh.

Dia tadinya ingin pergi ke pantry dan membuat teh nya sendiri. Tapi, ke pantry berarti melewati ruangan Ella. Dan, rasanya dia masih belum bisa.

Maka dia menarik telpon di ruangannya, danmenelpon Endah untuk membuatkannya teh. 

= MAUKA MAKAI =   

Besoknya, Ella tidak masuk. Sebenarnya kemarin, dia juga langsung pulang, alasannya dia perlu ke Dirjen HAKI, karena memang, itu masih jam 2 siang, sedangkan jam pulang kantor adalah jam 6. Bella oke-oke aja, dan masih belum tahu soal pertengkarannya dengan Miko. Dan hari ini, Ella sudah mengirimkan pesan ke Bella, kalau dia sakit dan tidak masuk kantor. Bella hanya membalas 'okay, gws ya kak' di whatsapp tadi. Dan Ella tidak membalasnya lagi.

Dia sudah bangun dari jam setengah 7, tapi sampai sekarang, setengah 10, belum juga beranjak dari kasur.

Miko kenapa nyebelin banget sih!?

Kemarin, ketika melihat itu, Ella juga kesal karena entah mengapa, dia langsung mengingat masa sekolah dulu, dimana Ella memang lemah dalam hal belajar, dan Miko lah bintang sekolah. Dia harus belajar ekstra keras, agar orang-orang tidak melulu hanya melihat dia sebagai cewek cantik, tapi mulai melihatnya sebagai cewek pintar.

Dia sudah bekerja di lawfirm. Dia sudah S2 segala ke Amerika. Dia sudah mati-matian belajar. Tapi toh, Miko bisa melihatnya begitu saja. Tidak mempercayainya.

Apa kemarin katanya? Cuma mau tanya-tanya ke Om Ferry?

Like Ella will buy it! Ngomong aja kalo gak percaya!

Ella kembali kesal, sementara di sebelahnya, ponselnya kembali berbunyi. Dari setengah jam yang lalu, ini kali ketiga ponselnya berbunyi, dan menunjukkan sederet nomor. Nomor yang sama dalam tiga kali ini. Dan Ella tidak pernah mengangkat telpon dari nomor yang tidak dikenal.

Mauka & MakaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang