Bagian Dua Puluh Enam

3.1K 395 9
                                    

"Sometimes the greatest relationships are the one you never expected. The ones that sweep you off your feet, and challenge every view you've ever had."

---

"Ini temen kamu yang kapan dulu acara bridesmaid di café itu?"

Miko akhirnya mengantar Ella ke tukang jahit langganan Tante Ambar. Tadi Tante Ambar sudah menelpon Teh Pipit – sang tukang jahit – dan menginformasikan Ella bakal kesana. Lalu, Tante Ambar memberi nomornya ke Teh Pipit, dan Ella mengirim pesan, kemudian Teh Pipit mengirimkan alamat dengan send location dari whatsapp.

Dan mereka sudah sekitar 10 menit berada di jalan.

Tadi Ella sempat ngambek karena mama dan Tante Ambar terus menggodainya. Sampe berhenti makan dan langsung naik ke kamar segala. Jelas aja Miko langsung negor mama, yang malah cuma ketawa bersama Tante Ambar.

"Kamu bawain makannya ke atas gih Mik. Kalo tante yang bawa, Ella gak bakal mau bukain pintu."

"Iya Mas, bawa gih. Kasian itu Ella baru makan berapa sendok doang. Masih laper pasti."

"Mama siiih." Kata Miko, sementara Tante Ambar hanya menggeleng.

"Gapapa. Biarin, lagi manja doang itu. Mumpung lagi bisa ambek-ambekan sama Tante." Kata Tante Ambar. Ya Miko ga mungkin nengor mamanya Ella kan?

"Tapi ntar aja. Miko beresin dulu aja makannya. Gausah sekarang banget nganterin punya Ella. Biar dia dieman dulu barang 10 menitan."

Dan mereka melanjutkan makan, dengan sepuluh atau lima belas menit kemudian, Miko membawa makanan Ella – yang sudah disiapkan dengan rapi oleh Tante Ambar – ke atas, sementara kedua ibu-ibu itu ke dapur membawa piring kotor.

Dan Miko juga sebenarnya tidak ada rencana untuk mengikuti rencana mama – jadi plus one-nya Ella ke nikahan temennya, apalagi bikin baju dari bahan yang dikasi ini – tapi tadi, waktu nganter makan, Miko entah bagaimana, bisa berkata demikian.

Ya sebenernya sih, tawarannya memang cuma menemani Ella ke nikahan temannya itu. Dia juga ga yakin Ella mau pergi bareng Miko, apalagi 'berpasangan' sama Miko sampe seragamnya dijahit ukuran Miko. Tapi, waktu Ella berkata begitu barusan, Miko rasanya mau ngerem mobil mendadak trus turun dari mobil buat teriak-teriak girang di pinggir jalan.

"Iya yang kemaren itu. Emang kamu mau diukur juga?"

"Hah?"

"Kan seragamnya dikasi sepasang gitu sama Epin. Buat cewek sama cowok gitu. Kamu emang mau nemenin?"

Sejujurnya, Miko tidak mendengarkan pembicaraan sepenuhnya di meja makan tadi. Sejak Tante Ambar bilang "Sama Miko aja!" ketika Ella mengajaknya ke penjahit langganannya, Miko terbatuk dan benar-benar sudah tidak fokus. Pikirannya kemana-mana.

Oke, sejujurnya, pikirannya ke rencana pergi berdua dengan Ella di Bandung. Sebenarnya, dia sudah berencana untuk mengajak Ella jalan-jalan malam ini, kalau Ella mau. Walaupun, tadi di meja makan, Ella udah bilang bahwa dia ga ada rencana pergi berdua dengan Miko. Ditambah dia mau bertemu papanya.

Well, kata-kata "Ga ada yang mau pergi berdua!" dari Ella, berhasil menarik Miko kembali dari khayalannya menghabiskan malam bersama Ella, di kepalanya.

"Ko?"

"Eh, eh eng, ya?"

"Emang kamu bisa nemenin?"

"Tanggal berapa emang?"

"Dua bulan lagi sih. Eh, ga sampe deng. Bentar."

Ella membuka ponselnya dan sepertinya mencari foto undangan Epin atau chat atau apapun yang menginformasikan tanggal pernikahan temannya itu.

Mauka & MakaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang