Bagian Tujuh

3.7K 514 17
                                    

"Their differences make them fit together perfectly"

-----


Akhirnya Ella memang menceritakan semuanya, dan yang lain benar-benar serius mendengarkan. Hampir satu jam berlalu, hanya suara dentingan sendok atau garpu yang terdengar, selain suara Ella. Yang bercerita, tidak menyentuh apa-apa, selain memegangi ponselnya, yang sudah dikembalikan Anas.

Ella harus menceritakan bagaimana dia bertemu lagi dengan Bella di bandara, lalu tawaran Bella, lalu rencana Bella, lalu mundur ke bagaimana dia mengenal Miko pertama kali – yang langsung ditimpali Epin dengan, "OH! Jadi cinta lo udah sejak lama banget dong!?" dan dibalas pukulan pelan di bahu Epin oleh Ella – ke hubungan mereka sampai SMP, sampai ke SMA, sampai pertengkaran bodoh, sampai Miko kuliah ke Amerika karena beasiswa, lalu kembali lagi ke minggu lalu ketika Ella interview pertama dan bertemu Yefta, dan Bella ikut mengajak Yefta masuk ke rencana mereka, dan Yefta setuju, hingga berakhir dengan menceritakan bagaimana hasil interview tadi.

Setelah selesai, Ella menarik gelasnya dan menghabiskan isinya dalam sekali teguk, sementara yang lain memiliki banyak ekspresi. Ada yang ikut senyum-senyum najis menjijikkan – ini Epin dan Anas, tentu saja, – dan ada yang mengangguk paham, ada juga yang hanya tersenyum kecil menanggapinya. Beberapa bahkan berkomentar.

"Lo masih secinta itu sama dia sampe selama kerja dulu pun, ga pernah punya pacar, ya, La?"

"Padahal dulu si Billy ngejar-ngejar lo banget,"

Itu komen dari 2 teman kantor Epin, yang juga teman kantor Ella dulu.

Atau komentar tidak sopan dari Anas, "Yang namanya Yefta itu, boleh juga kayaknya, La," sambil meng-gogling partner Miko.

Tapi yang paling mengesalkan memang komentar Epin.

"Memang jauh-jauh ke Amrik, kalo jodoh disini mah, balik kesini lagi ya, La," katanya tanpa rasa berdosa sama sekali.

Dan lagi-lagi, kupu-kupu di perut Ella kompak beterbangan bersamaan.

"Apaan sih, Pin!"

Epin hanya menanggapi dengan senyum penuh makna.

Sementara Ella hanya bisa merutuki dirinya sendiri.

Gila ya? Belum apa-apa aja, belum ngapa-ngapain juga, tapi efek Miko sudah sebegitunya.

= MAUKA MAKAI =

Setengah jam selanjutnya, – setelah bagian Ella diinterogasi plus diledekin habis-habisan sudah benar-benar selesai – mereka hanya mengobrol ngalor-ngidul tanpa ada topik tertentu. Dan sekarang sudah jam 8 lewat.

"Pulang kemana pada-pada?" tanya Epin. Masing-masing menjawab, sambil menyebutkan angkutan apa yang akan mereka naiki. Teman kantor Epin akan ikut Allo, yang membawa mobil, dan ternyata searah. Ella akan dijemput Andra, dan berencana akan mengganti pakaian sebentar lagi. Anas, masih harus di cafe sampai jam 11 untuk closing nanti.

Ella akan kembali ke apartemennya di daerah Salemba, sementara Allo dan kedua teman mereka itu ke arah selatan; Kalibata dan Pasar Minggu. Epin menawarkan Ella ikut dengannya, tapi Ella menolak.

"Gak ah, lo sama Andra malah jadi muter-muter kalo nganterin gue dulu,"

"Ya, atau gak, lo ikut kita sampe mana gitu, nanti dari situ setopin taksi," kata Epin. Dia dan Andra, yang tinggal di daerah Kuningan, memang tidak bisa mengantar Ella sampai ke apartemen.

"Gausah, gue ambil taksi dari sini aja. Lagian masih jam segini, masih aman," kata Ella, sambil menoleh-noleh ke area lain cake shop Anas.

Dan tiba-tiba dia sulit bergerak.

Mauka & MakaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang