Bagian Sepuluh

3.8K 528 56
                                    

"When man and woman are able to respect and accept their differences, the love has a chance to blossom"

-----

Miko memperhatikan laptop Ella dan mengecek koneksi dengan printer, dan sengaja melakukan semuanya berlama-lama. Dia sibuk memperhatikan benda-benda di meja Ella.

Sebenarnya masalahnya gampang, dan begitu melihatnya saja, Miko bisa menyelesaikannya dalam waktu kurang dari 5 menit. Tapi, toh Ella tidak lagi duduk di kursinya, dan sudah pindah ke kursi Bella. Ditambah, dari tadi dia menunduk menatap ponselnya. Jadi, Miko aman melakukan kegiatannya.

Memata-matai.

Astaga, Miko!

Miko menggeleng, mengenyahkan perasaan yang sedang mengata-ngatai dirinya sendiri.

"Kenapa? Rusak ya?"

Ternyata Ella melihatnya menggeleng barusan.

"Gak kok, gak rusak. Bentar ya,"

Ternyata Ella tidak benar-benar tidak memperhatikan sama sekali.

Miko sengaja berdiri dan melihat ke arah printer, lalu menekan beberapa tombol asal, lalu kembali ke laptop Ella. Padahal, dia sebenarnya tidak melakukan apa-apa.

"Tadi diapain?" tanyanya kemudian, mencoba mengajak bicara Ella.

"Gak diapa-apain. Gue kan emang masih beres-beres dokumen tiga hari ini, jadi nge-scan-in terus. Nah, udah beres scan, yang aslinya rencananya mau gue masukin lemari yang ini semua," kata Ella sambil menunjuk lemari di dekat kursi Bella, yang memang anti terbakar.

"Trus bikinin copy-an gitu buat yang penting-penting, kayak akta pendirian, perubahan terakhir sama peningkatan modal, trus sama semua ijin gitu-gitu. Trus tapi gabisa. Apa karna tiga harian ini dipake scan terus?"

Miko sengaja tidak menjawab.

"Tapi, kemaren Bella nge-print bisa kok. Gue juga kemaren nge-print bisa. Seharian ini emang scan terus sih, belum nge-print. Nah giliran mau nge-print, gabisa,"

Miko hanya mengangguk sekali, dan sengaja belum mengalihkan tatapannya dari layar laptop, walaupun dia tidak melihat apa-apa. Dia sengaja mengetikkan beberapa kali, sekali lagi secara asal.

Padahal matanya masih memperhatikan isi meja Ella.

Ada body mist vanilla The Body Shop di sebelah printer, dan body lotion chocolate, dan sebuah hiasan meja berbentuk pot tempat 2 lembar foto polaroid berada; satu Ella dengan papa mamanya, dan satu lagi Ella dengan teman-temannya di bridal shower dua minggu lalu.

Yang berakhir dengan Ella mengatakan kalimat itu.

Dan Miko yang terus memikirkan hal itu seminggu penuh.

Apa maksudnya dengan meninggalkannya begitu saja? Kapan? Ketika Miko tidak lagi mau mengantarnya? Ketika Ella mengkonfrontirnya di kelas kapan dulu? Atau ketika dia akan pergi ke Amerika untuk beasiswa?

"Trus gimana?"

"Apanya?" Miko sempat kaget karena pertanyaan Ella barusan, dan jadi bertanya balik.

"Itu, printer-nya kenapa? Baik-baik aja?"

"Oh ini," Miko kembali berdiri, lalu mematikan printer. Sudah diselesaikannya dari tadi sebenarnya masalah ini, tapi dia sengaja mengulur waktu. Dalm 4 kali klik, sebenarnya masalahnya sudah beres. Dan sebenarnya tidak perlu mematikan printer.

Tapi, hanya agar lebih meyakinkan Ella bahwa printer-nya bermasalah, dia perlu me-restart printer.

"Harusnya abis ini udah bisa," katanya, sambil kembali menekan tombol di printer, untuk menghidupkan benda itu. Dia masih berdiri, dan sengaja menoleh ke arah Ella. Wanita itu balik menatap Miko, dan ketika bunyi printer mulai terdengar – tanda printer sudah kembali hidup – Ella mengalihkan pandangannya ke printer.

Mauka & MakaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang