Kembali disapa pagi, dengan cahaya matahari yang Indah. Alysa keluar dari kamar sambil bersenandung bahagia, menuju dapur. Hari ini ia bahagia, karena perutnya sudah tidak sakit lagi seperti waktu kemarin.
Tiba di dapur, Alysa melihat Retno sedang sibuk mengolesi mentega kacang ke roti. Hari ini sepertinya hari yang aneh, menurut Alysa. Karena rasa ingin tahunya tiba-tiba muncul, sambil duduk di kursi, Alysa iseng bertanya, “Tumben lo pake batik?”
Retno mengangkat kepala, “Lagi pengin.”
Alysa cuma ber-oh saja. Ia menundukkan kepala melihat isi meja dekatnya. “Lhoh, cuma roti? Nasi bungkusnya mana?”
“Harusnya kamu bersyukur. Diluar sana istri pagi-pagi sudah pada harus masak, kamu?”
Nyinyir banget sih itu mulut? Alysa mendengus sebal. Ia akhirnya menyantap roti olesan kacang itu dengan tidak napsu. Entahlah, mendengar Retno bilang seperti itu, membuat hari pagi yang cerahnya menjadi buram seketika. Sudah tidak adalagi bahagia, hanya nelangsa. Nelangsa, karena secara tidak langsung barusan Retno bilang bahwa Alysa adalah istri tidak becus. Tapi... Memang iya sih.
“Aku berangkat dulu,” kata Retno, melangkah pergi meninggalkan Alysa yang terbegong sambil mengunyah.
Alysa mendengus sebal. Ia beranjak keluar dari dapur sambil berusaha menghabiskan rotinya. Ketika hendak mendudukkan diri di sofa ruang keluarga untuk sekedar leha-leha, terdengar deringan ponselnya dari dalam kamar. Buru-buru Alysa masuk ke kamar, mencari ponselnya yang terletak di meja rias lantas mengangkat panggilan itu. Ternyata dari Risma. Mau apa Macanmud itu menelfonnya?
“Halo, Ris? Ngapa?”
“Lo dimana? Lo disuruh Nunung buat ikut fitting baju pengantinnya dia. Gue juga.”
“Kapan?”
“Kapan-kapan! Ya sekarang lah! Ini gue mau mandiin anak gue dulu sambil nunggu Nunung. Lo siap-siap gih, biar bisa langsung cuss... Eh, sekalian kirimin dong alamat rumah suami lo.”
“Iya-Iya...”
Usai mengakhiri pembicaraannya dengan Risma, seperti yang disuruh Risma tadi, Alysa langsung mengirimkan alamat rumah Retno lantas mulai bersiap-siap. Karena tadi ia sudah mandi, jadi tinggal ganti baju.
***
Nunung :
Gue depan rumah loPesan masuk itu membuat Alysa segera beranjak berdiri. Ia menyambar kunci rumah yang terletak di samping televisi lantas keluar. Mengunci pintu rumah dan menyimpan kunci itu di bawah keset. Dilihatnya mobil Nunung sudah bertengger di depan jalanan.
“Lama banget sih, lo!” kesal Risma, wanita itu duduk di belakang bersama anaknya.
“Yaelah, nggak sampe semenit lo bilang lama? Dasar bumil nggak sabaran!” balas Alysa tidak mau kalah.
“Heh cecunguk, nggak usah ribut deh!” Nunung menengahi perdebatan sepele itu.
Tiba di butik tempat Nunung fitting pakaian pengantin. Alysa masuk paling belakang, ia memandang horror pada setiap kebaya-kebaya yang di pajang. Dalam hati ia berkata syukur karena waktu nikah kemarin-kemarin dirinya hanya mengenakan satu kali kebaya saja.
“Lysa, coba lo pake yang ini. Kembaran sama Risma.” ujar Nunung, menghampiri Alysa yang langsung melototkan mata.
“Ih apaan! Nggak, gue nggak mau, ah! Kan elo yang mau fitting, ya sana lo aja yang pake!” tubuhnya mundur-mundur nggak jelas karena saking takutnya harus memakai pakaian itu.
Bukan Nunung namanya jika memaksa orang tidak dengan cara kekerasan. Wanita pemilik wajah bulet itu menarik pergelangan tangan Alysa kuat-kuat untuk membawanya masuk ke ruang ganti. “Gue udah fitting kemarin sama doi. Sekarang giliran lo sama Risma.... Tuh, Risma udah pake, buruan gih lo coba!” kata Nunung ketika masuk ke ruang ganti dan melihat Risma sudah mengenakan kebaya dan sedang selfi-selfi sendiri. Sedangkan anak wanita itu di biarkan begitu saja duduk lesehan diatas lantai dengan kepala mengenakan blangkon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Absurd (Tamat)
ChickLitIni hanya tentang sebuah rumah tangga yang di bangun secara dadakan, macam tahu bulat dan di jalani secara terpaksa, macam cintanya Siti Nurbaya.