25 - Inikah Cinta?

7.2K 314 4
                                    

       Tidur satu ranjang dengan Alysa bukanlah moment yang menyenangkan, dan bagi Retno itu adalah sebuah bencana. Semalaman lelaki itu tidak bisa terlelap satu menitpun, karena tidur Alysa yang mosak-masik. Dari mulai gaya menyerong, menindih perut Retno dengan kedua kaki, sampai-sampai menempeleng kepala Retno. Alhasil akhirnya Retno memilih untuk bangun. Dia tidur terduduk diatas ranjang dengan bermodalan satu bantal untuk menutupi wajah.

Akibatnya sekarang kantung mata Retno menghitam macam panda. Berkali-kali lelaki itu mencoba untuk menghilangkan lingkaran hitam itu menggunakan berbagai sabun yang ada di kamar mandi, namun sia-sia. Sudah mencoba menyamarkan lingkaran hitam itu dengan bedak milik Alysa, pun malah membuat wajahnya mirip bencong.

Alysa yang melihat tingkah resah Retno di depan cerminnya buru-buru bangun dan menghampiri, “Lo ngapain pake bedak gue?” tanyanya, tangannya tidak berhenti mengucek kedua mata.

Malu-malu kepala Retno menoleh, “A-aku minta sedikit.”

“Buat apa? Lo kan laki masa pake bedak! Ish!” Alysa mulai marah. Dia menyambar bedaknya di genggaman Retno lantas meletakannya diatas meja rias.

“Tadi aku minta sedikit buat nutupin lingkaran hitam, disini.” Retno mencoba menjelaskan, dia menunjuk lingkaran hitam pada kantung matanya.

Bola mata Alysa memutar jengah. Dia berusaha untuk tidak meluapkan emosinya sepagi ini. Dan lebih memilih menghela napas sabar, menghadapi suami menye-menyenya.

“No, biasanya laki-laki itu nggak pernah peduli sama lingkaran hitam di kantung mata. Dia bakal biarin aja. Dan, menurut gue, lingkaran hitam di kantung mata lo itu keliatannya....nggak masalah! Malah lo keliatan tambah kece...” kata Alysa, diakhiri menguap selebar-lebarnya.

Sedang mata Retno kini sudah membola tidak percaya. Bukan. Bukan karena Alysa yang menguap terlalu lebar, melainkan ucapan wanita itu. Barusan Alysa bilang apa? Kece?

“Ma-maksud kamu?”

“Lo kece, keren, ganteng! Dan lebih ganteng lagi kalo kacamata lo di lepas!” ketus Alysa lantas memilih untuk masuk ke kamar mandi.

Tubuh Retno mematung di tempat. Benarkah dirinya kece, keren dan ganteng? Kepala Retno geleng-geleng sambil senyam-senyum salah tingkah. Ada rasa senang menyelimuti hatinya kala Alysa memujinya.

Retno keluar dari kamar Alysa yang kini sejak semalam sudah resmi menjadi kamarnya juga. Lantas masuk ke kamar sebelah untuk sekedar mengambil tas kerja. Sambil melangkah menuruni anak tangga untuk berangkat bekerja, Retno melepas kacamatanya. Hari ini dia tidak akan memakai kacamata. Dan sepulang kerja, ia akan menyempatkan diri untuk ke klinik mata. Memeriksakan matanya agar tidak lagi bergantung pada kacamata.

***

    Alysa tidak main-main dengan ucapannya semalam pada Retno. Setelah sarapan dan mandi, dia langsung masuk ke kamar Retno. Memboyong barang-barang lelaki itu untuk dibawa kembali ke kamar Alysa. Mulai dari pakaian, sampai meja karja.

Entah setan baik apa yang semalam merasuki tubuh Alysa, yang jelas ia sangat berterimakasih. Semenjak mengetahui bahwa Retno tampan tanpa kacamata, Alysa sebenarnya ingin sekali tidur sekamar dengan Retno. Tetapi ia gengsi untuk mengajak suaminya tidur bareng. Dan, semalam adalah kesempatan emas. Dengan percaya dirinya ia meminta Retno untuk tidur sekamar selamanya, tanpa menunggu persetujuan Retno.

Usai memindai barang-barang Retno dari kamar sebelah ke kamarnya, Alysa duduk sejenak di ruang tengah untuk mengistirahatkan tubuh. Dua botol air mineral dingin sudah ludes ia tenggak. Ketika matanya hendak tertutup ingin tidur, suara ponsel berdering membuatnya segera membuka mata. Alysa berdecak sebal sambil meraih ponsel diatas meja. Nama Goyang Morena yang merupakan adik tirinya itu terpampang jelas di layar ponsel.

Marriage Absurd (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang