11 - Termaafkan

9K 370 3
                                    

Retno yang pendiam, kalem dan penakut kini berubah menjadi Retno si pemberani dan pemilik wajah judes. Perubahan Retno terjadi sejak kejadian kemarin. Alysa sudah berkali-kali meminta maaf pada Retno, namun lelaki itu terus saja diam tidak menjawab jika Alysa berkata maaf dan mohon-mohon.

Dilihat dari raut wajah Retno sehari belakangan ini, dia memang benar-benar sangat marah. Alysa tahu itu dan oleh karenanya ia benar-benar meminta maaf. Tapi rupanya untuk mendapatkan maaf dari Retno, tidaklah segampang yang dirinya fikirkan. Alysa pikir, meminta maaf pada Retno hanyalah dengan cara bilang maaf saja lantas Retno akan memaafkannya begitu saja.

Alysa menyesap kopi lantas meletakkannya di meja. Mata hitam pekat miliknya menatap tajam pada layar televisi yang tengah memberi tontonan sinetron langganan Alysa. Berbeda dengan mata yang sibuk memelototi layar televisi, otaknya kini malah berkeliaran kemana-mana mencari ide bagaimana caranya agar ia bisa mendapat maaf dari Retno.

Diam berfikir, Alysa melihat Retno melangkah cepat menuju kamar lelaki itu. Retno baru pulang kerja. Tanpa di komando, kedua kakinya berlarian menghampiri pintu kamar Retno. Alysa pandangi pintu kamar itu sampai akhirnya ia menemukan sebuah ide. Segera saja ia pergi ke dapur dan mulai mempersiapkan ide barunya.

Kemungkin besar sih, idenya yang satu ini akan berhasil. Dengan sok pintarnya Alysa memotong-motong cabe rawit dan bawang merah secukupnya. Setelah sudah terpotong semua, Alysa beralih mengambil telur di kulkas. Karena malam ini ia akan membuat telor dadar untuk Retno.

“Awas! Nggak usah sok pinter kamu, aku aja yang masak!”

Retno datang dengan wajah ketus dan juga ucapan menggunakan nada ketus. Lelaki itu masih mengenakan pakaian kerja, namun kemeja lengan panjangnya sudah di lingkes kebelakang.

Kontan saja Alysa yang kini tengah berdiri di depan wajan, sekilas melirik Retno, “Eh, nggak usah. Lo mending duduk aja, bentar lagi udah selesai kok.” katanya.

Karena tidak mau berdebat dengan Alysa, Retno mau-mau saja disuruh duduk. Dia menunggu Alysa menyelesaikan kegiatannya. Mata Retno tak pernah lepas memandangi gerak-gerik Alysa yang sedaritadi mondar-mandir kelimpungan karena telor buatannya gosong.

Lima menit kemudian, Alysa meletakkan masakannya di meja makan, menyajikan di depan Retno, “Nih... Makan malamnya udah jadi...” Kara Alysa dengan senyum sumringah tidak pernah sirna dari bibirnya.

Dahi Retno mengernyit bingung, memandang sekilas antara telor gosong dan wajah Alysa.

“Kenapa? Ayo dimakan. Itu telor gue buatin untuk lo, spesial!” ucap Alysa.

Bukannya menjawab, Retno malah beranjak dari duduknya. Dia membuka kulkas, mengambil box tupperware disana lalu duduk lagi seperti semula, “Aku udah ada salad, telornya kamu makan sendiri aja.” katanya masih dengan wajah judes.

Bola mata Alysa melotot tajam. Napasnya memburu tidak karuan. Ia menatap Retno nyalang beberapa detik. Alysa baru tahu, kalau ternyata Retno itu punya sifat nyebelin yang berlipat tinggi. Kalau bukan karena biar bisa dapat maaf, Alysa juga tidak akan sudi masakin buat Retno!

Untuk pertama kalinya, Alysa lebih memilih mengalah. Ia ambil telor buatannya dan makan sendiri. Rasanya masih sama, yaitu asin yang berlebihan. Entah kenapa setiap Alysa masak pasti rasanya nggak jauh-jauh dari yang namanya nggak enak.

Sambil berusaha menghabiskan makanannya, iseng-iseng Alysa bertanya pada Retno, “Gimana kerjaan lo hari ini, No?” hanya sebatas basa-basi agar bisa lebih mudah mendapat maaf tentang masalah sex konyol yang diadakan Alysa.

Sekilas Retno melirik. Dia enggan menjawab, lebih memilih sibuk mengunyah salad. Dipikirnya Retno tidak tahu apa, kalau Alysa saat ini sedang akting baik-baikin Retno.

Marriage Absurd (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang