The End

14.7K 505 63
                                    

Sepanjang perjalanan pulang, wajah Alysa hanya menampilkan satu ekspresi yaitu cemberut. Yak, si anak Punk yang sekarang udah vakum itu ceritanya lagi marahan sama Ibu Elda. Sejak keluar dari rumahnya Risma sampai ke pasar hingga sekarang Alysa tetap menampilkan wajah seramnya itu.

Kenapa?

Karena Ibu Elda nggak ngizinin dia buat ngadopsi salah satu anak kembarnya Risma.

"Nak, bukannya Ibu nggak ngebolehin kamu ngadopsi anaknya Risma. Boleh kok, boleh. Cuma.. nant-,"

"Nanti kapan?!" sela Alysa penuh kekesalan. Anak punk kalo lagi marahan, jangan tanya suaranya kayak apa.

"Ya pokoknya nanti, kalo sudah saatnya dan memang benar-benar kamu harus ngadopsi. Yang penting sekarang, kita cari apotik buat beli tespack."

Dengan dahi mengernyit, bola mata Alysa melirik sosok Bu Elda di sebelahnya. "Lysa tuh nggak hamil, Bu!" bantahnya.

"Nggak hamil gimana? Muntah-muntah terus, haid juga telat, kepala suka pening, itu tuh udah ketebak banget Nak kalo kamu lagi hamil." Bu Elda tidak mau kalah.

"Yaelah, itu mah karena Lysa keracunan seblak!"

"Seblak ndas-mu. Itu di depan ada apotik, berhenti disana. Ibu yang belikan, kamu di mobil saja nanti."

Alysa menurut saja. Dia malas ladenin Ibunya yang lagi gila pengin banget punya cucu. Sampai anaknya yang nggak hamil dibilang hamil, padahal cuma keracunan seblak. Dan, ini gara-gara Mas Nur.

Lima menit kemudian, Bu Elda kembali masuk ke dalam mobil. Alysa lanjut mengemudi menuju rumah. Beliau memperlihatkan isi plastik putih di tangannya pada Alysa. "Ini nanti kamu coba, ya. Ibu belikan lima tespack."

"Banyak banget."

"Ya, buat jaga-jaga. Siapa tau tespack pertama gagal, setelah di coba pake terpack kedua malah positif."

"Mana ada yang begitu."

"Pokoknya nanti kamu coba aja kalo nggak percaya. Dikasih tau kok ngeyel melulu."

Alysa mendengus sebal. Ia kembali melajukan mobilnya menuju rumah, sambil dalam hati berdo'a semoga saja ia benar-benar tidak hamil dan muntah-muntah itu hanyalah karena keracunan seblak. Semoga.

Baru saja tiba di rumah, setelah meletakkan belanjaan diatas meja makan, Bu Elda menarik paksa Alysa untuk masuk ke kamar mandi. Beliau menyerahkan satu tespeck beserta gelas kecil untuk menampung urine.

Alysa yang benar-benar sudah muak dengan kelakuan aneh Ibunya berkali-kali membantah. "Bu aku lagi nggak pengin pipis. Lagian aku tuh nggak hamil!" katanya.

"Yaudah, Ibu ambilin air putih sebotol buat kamu minum biar pengin pipis, ya?" Bu Elda sudah hendak berbalik untuk mengambil sebotol air putih, namun dicegat segera oleh Alysa.

"Nggak perlu. Ini udah pengin pipis!" ketusnya lantas menutup pintu kamar mandi.

Dasar Ibu-Ibu!!

Sepuluh menit kemudian, Alysa keluar dari kamar mandi. Ia terlonjak kaget melihat Retno, Ayahnya, dan Bu Elda berdiri menunggunya tepat di depan pintu kamar mandi. Mereka serentak menghampiri Alysa, menanyakan bagaimana hasilnya.

Kepala Alysa geleng-geleng heran. Dengan senyum amis, eh salah manis dan percaya dirinya ia menyerahkan tespeck pada Bu Elda. Alysa menunggu reaksi Bu Elda.

"Kok negatip?" tanya Bu Elda tidak percaya.

Alysa mengangguk, "Lagian orang nggak hamil disuruh pake tespack, ya negatif-lah hasilnya."

Seolah tidak percaya, Bu Elda mengambil satu tespack lagi dari kantong plastik dan menyerahkan pada Alysa, "Coba sekali lagi."

Bola mata Alysa melotot. Ia melirik Ayahnya yang hanya bisa garuk-garuk rambut kepala pasrah melihat tingkah istrinya. Lantas lanjut melirik Retno, yang malah mengangguk seolah setuju dengan perintah Bu Elda. Alysa melototi Retno, tapi Retno malah mengambil alih tespack di tangan Bu Elda dan meletakkannya pada tangan Alysa secara terpaksa. "Coba sekali lagi, siapa tau beruntung."

Marriage Absurd (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang